Nilla menutup mulut dengan kedua tangan saat menyadari lidahnya terpeleset. Wajah Bieru yang memerah membuat rona di paras Nilla menguap.
"Ma-maaf, Dok."
Bieru menatap nyalang mahasiswinya. "Nilla, saya tahu kamu pintar, tapi kamu nggak bisa mengekang lidahmu. Cara bicaramu ini justru akan menjegal kesuksesanmu, Nil. Camkan itu! Sekarang keluar! Kembalilah setelah kamu merenungkan kesalahanmu! Bila tidak terima, silakan kamu ganti bagian lain!"
Mata Nilla berkaca. Namun, ia hanya berdiri dan membungkuk sebelum berpamitan."Maaf, Dok. Terima kasih. Saya permisi dulu."
Bieru mendengkus, menatap punggung Nilla yang menjauh. Gadis cantik dan pintar itu terlalu arogan dan sombong sehingga seenaknya saja berkata-kata. Lelaki itu hanya mengeratkan rahang berusaha meredam amarah.
***
Sesampainya di kos, setelah meletakkan tas di atas meja, Nilla mengambrukkan begitu saja tubuhnya ke kasur pegas. Gadis itu melepas kacamata, dan memejamkan kelopak mata sejenak.
Bayangan Bieru yang marah, membuat Nilla didera rasa bersalah. Ia menggigit bibir mengingat nasihat ibunya agar selalu menjaga lidah.
"Mbak, lidah tidak bertulang. Tapi bisa membunuh orang atau justru membunuh dirimu sendiri."
Nilla bangkit. Ia menghampiri meja tulis dan mengeluarkan laptopnya. Di saat seperti ini, ia rindu bapaknya yang berpulang tepat saat hari ulang tahunnya.
Gadis itu membuka lipatan laptop, dan menyalakan layarnya. Ia hendak membuka email dengan harapan ada kabar dari Aga. Lelaki itu yang menjadi figur ayah saat Nilla kehilangan sosok pengayom dalam hidupnya.
Mata Nilla membeliak. Senyum lebar tergambar di wajah saat ia membaca email Agarela masuk di inboxnya. Jari gadis itu terburu-buru mengarahkan kursor ke baris surat terbaru. Sambil menunggu email terbuka, ia mengambil kaca mata yang ia letakkan begitu saja di atas kasur.
Nilla duduk. Kepalanya mendekat ke layar, dengan mata menyipit.
Dear, Nilla,
Maaf baru balas. Kabar Om baik saja. Om sudah membaca e-mailmu yang terakhir. Ehm, Om hanya bisa bilang, kamu harus lebih rendah hati. Bagaimana pun dia dosenmu, gurumu yang akan mengantarkanmu menjadi seorang dokter. Om harap skripsimu lancar dan bisa menjadi dokter yang baik.
Regards,
Om Aga.Nilla mengerutkan bibir. Otaknya mencerna surel singkat yang dikirim Aga. Nasihat lelaki itu laksana titah ayahnya. Ia berjanji akan memperbaiki diri.
Dear, Om Aga
Baik, Om. Nilla akan laksanakan. Wisuda besok, apakah Om bisa datang? Nilla ingin bertemu.
Nilla
Balasan telah dikirim. Nilla hanya mendesah panjang.
***
Bieru termangu memandangi laptopnya. Matanya menatap deretan huruf yang tertoreh di layarnya, sementara pikirannya teringat pada peristiwa siang tadi. Bieru tahu Nilla adalah mahasiswi yang pintar. Tapi bila IQ tidak diimbangi EQ, percuma saja. Sebagai seorang pendidik, ia wajib menegur bila ada muridnya yang tidak bisa menghormati orang yang lebih tua.
Bieru menggeleng. Apa yang salah dengan anak itu sehingga bersikap arogan dan angkuh. Seolah lidahnya selalu saja menggetarkan kata yang membuat telinga lawan bicaranya memerah.
Saat Bieru larut dalam lamunannya, derik pintu kamar yang ia pakai untuk bekerja terdengar. Seorang gadis kecil dengan piyama tidur bergambar Frozen menghampiri dirinya. Lelaki itu melirik jam duduk yang ada di atas meja kerja. Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Duren Mateng (Completed-KBM&KK)
Romance"Nill, menikahlah denganku dan jadilah mami bagi Violet." Permintaan Alexander Bieru Sagara itu bagai durian runtuh. Dosen Anatomi yang berpredikat "Duren Mateng"-Duda Keren, Mapan dan Ganteng-dan menjadi incaran para mahasiswi Fakultas Kedokteran i...