Seli POV Start
Setelah kejadian itu, kami berdua segera menuju ke basement ali. untuk merencanakan misi baru kami. Setelah sampai di basement ali, kami duduk di meja bundar yang biasa untuk berdiskusi kami bertiga dulu. Huft... Ra, seandainya dulu kamu itu lebih hati-hati dan melihat jalan...
"Langsung saja." Aku segera membuyarkan lamunan ku karena mendengar Ali mulai berbicara.
"Aku sebelumnya sudah menemukan ide yang bagus. Tebak bagaimana ideku, sel?""Mana aku tahu, Cepat ketakan saja idemu, ali!"
"Sabar, sel." Kata Ali, aku memang stress dan tak bisa berfikir jernih karena kejadian yang tadi.
"Jadi, ideku untuk misi ini hanya sederhana."
"Dulu itu kenapa raib bisa tertabrak truk?" Tiba tiba saja tanpa sadar aku mengatakan itu, namun entah kenapa aku juga tidak bisa menarik kata kataku lagi. Ali terdiam.
"Itu karena ku, aku sudah bilang dulu kan, sel?" Kata Ali pelan.
"Aku tahu itu karena mu, tapi kenapa bisa? Kamu mendorong nya?!" Entah kenapa aku mulai berteriak.
"Aku bukan orang yang seperti itu, sel! Lagipula mana ada aku mendorong orang yang kucintai?!"
Aku mulai menetes kan air mataku lagi, Ali terlihat menahan kesedihan nya.
"Kita harus kembali ke awal pembicaraan, agar kita bisa mengembalikan ra." Kata Ali serius. Aku mengangguk pelan, sambil terus mengusap air mata ku.
"Kita harus menemui nya lagi, sel." Lanjut Ali.
"Apa? Menemui nya lagi? Apakah kamu lupa apa yang dia katakan pada kita sebelum dia pergi tadi, Ali?" Aku mulai cemberut membayangkan muka Ra yang terlihat murka saat melihatku dan Ali tadi.
"Itu tak masalah, sel. Aku punya ide yang lebih baik ku praktik kan langsung ke Ra."
"Kamu kira Ra itu kelinci percobaan?" Aku tetap cemberut.
"Bukan begitu, sel. Sudah ikut saja." Aku yang tak bisa apa-apa lagi dan tak punya ide hanya bisa ikut saja.
Ali segera melakukan teleportasi ke rumah raib, ajaib bukan? Dia langsung tahu rumah baru raib?
Setelah sampai Ali langsung mengetuk pintu rumah raib, aku mulai gemetar.
Tidak lama kemudian, raib membukakan pintu. Dia kaget melihat bahwa tamunya kali ini adalah aku dan Ali.
"Apa yang kalian lakukan disini? Pergi." Kata raib menekan dan dingin. Itu semacam ancaman ke 1.
Ali tetap diam, aku mulai kebingungan dan takut.
"Sekali lagi, apa urusan kalian kesini? Pergi." Kali ini nada raib lebih menekan dan lebih dingin. Aura kejam nya mulai keluar, padahal raib hanya menunjukkan itu saat sedang berhadapan dengan musuhnya di dunia paralel dulu. Aku yang melihat itu langsung mundur, namun belum ada 2 langkah, Ali langsung menahan ku.
"Aku sudah memperingati kalian tadi kan?" Raib menatap kami remeh dan kejam, tangan nya mulai mengeluarkan gemericik petir biru kecil.
"Itu!!" Aku refleks berseru, Ali terpaku. Raib tetap menatap kejam kami, kapan pun gemericik petir biru itu bisa menyambar kami.
"Kamu sekarang sudah upgrade ya, Ra?"
Aku menatap Ali tak percaya, itu kata kata yang amat sangat buruk untuk dikatakan saat ini.
"Tentu saja." Aku mulai menganga mendengar jawaban percaya diri dan kejam raib.
"R-ra... Kamu tahu kekuatan d-dan dunia p-paralel...? Dan kamu tahu kalau namamu r-raib...?" Aku memberanikan diri bertanya.