Eps 6

381 19 10
                                    

Yang ada di belakang ibunya 001 adalah si tanpa mahkota, tamus, dan ali. "Hai manusia!" Sapa seli sekenaknya, ali nyengir.

"Aku akan kembali ke rumah kami, besok aku akan datang kesini untuk mengajak kalian membangun Klan Mars, selamat tinggal." Seli tiba-tiba berdiri dari duduk nya, aku melanjutkan makan dengan santai, aku melirik seli. "Kamu kenapa, sel?" Seli menggeleng, sambil menghembuskan nafas pelan, tamus dan si tanpa mahkota sudah pergi, ali duduk di meja makan, dan mulai mengambil makanan. "Aku hanya trauma, mereka setiap mengatakan selamat tinggal, aku refleks mikir mereka malah mau ngebakar rumah ini, ra. Bisa jadi manusia bakar nanti kita, atau malah babak belur." Aku mengangguk, si seli trauma ternyata:v

"Yah, aku tertarik dengan teknologi Klan ini." Kata ali, aku hanya diam dan terus menyendok makanan di piring ku, seli mengangguk, mulutnya penuh, jadi cuma bisa mengangguk saja.

"Hallo." Aku menoleh, ada miss selena dan ibu mata, miss selena dan ibu mata berjalan ke tangga menuju lantai 2,  aku tersenyum, memilih melanjutkan makan, seli menyapa mereka berdua, ali mengangguk. "Permisi putri." Aku spontan berdiri, menoleh cepat. "Ya? Ada apa?" Aku terkejut tadi, rupanya ada robot perempuan yang memanggil ku, aku kembali duduk. "Apakah makanan putri sudah habis?" Aku mengangguk, menyerahkan piring kosong, segera aku mengambil minum, aku terdiam, menatap ali di depan ku, ali dan aku jaraknya cuma terpisah meja makan saja. "Kamu sedang memperhatikan ku ya, ra?" Aku tersedak minuman, terbatuk-batuk, aku segera menjawab dengan cepat. "Enak saja! Siapa juga yang memperhatikan mu, mungkin robot perempuan di belakang ku yang memperhatikan mu." Aku memasang muka kesal, si ali tidak pernah tersedak ya? Senang banget bikin orang tersedak. "Oh ya?" Kata ali sambil tersenyum tidak percaya,  aku tidak peduli, aku hanya terus meneguk air putih di gelas ku, gelas ini bentuk nya mirip dengan bebek.

"Hei, seli. Kamu tidak rindu dengan ily?" Tanya ali, seli terdiam. "Tidak, memangnya kenapa?" Ali mengangkat bahu nya. "Yah, dia kan pacarmu, kita juga akan tinggal disini beberapa bulan." Seli menggeleng.

"Hallo, kalian sudah selesai ngobrol nya?" Tanya 001 di ujung meja, aku nyengir. "Sudah, btw kami akan menginap disini?" Tanya seli, 001 kembali mengangguk. "Akan kutunjuk kan kamar kalian." 001 melangkah keluar dari ruang makan, seli, aku, dan ali mengikuti nya. "Kamar sebelah sudah di tempati oleh ibu nya raib dan miss selena, kamar yang di depan kita ini bisa muat 3 orang, jadi kamar kalian bertiga disini saja ya? Nanti buat area tidur nya ali di kasi sekat." Kami bertiga mengangguk, segera masuk, kamar ini luas, nyaman, dan... dingin. "Suhu di sini bisa di atur tidak?" Tanya seli, ali menoleh ke dinding di sebelah ku. "Bisa." Aku menoleh kearah ali, kedua tangan ali meraih dinding di sebelah ku, membuat ku terkunci di dalam nya, aku melotot, ali mendekat, seli diam memperhatikan, ali semakin mendekat, sampai muka nya dan muka ku hampir bersentuhan, muka ku sempurna merah, ali berhenti mendekat. "Kamu kenapa, ra? Jangan bilang kalau kamu salting, aku kan cuma ingin mengatur suhu di kamar ini." Aku terdiam, segera memasang wajah sebal, seli tertawa, aku keluar dari kedua tangan ali, berjalan mendekati seli. "Apa yang sedang kamu tertawa kan? Cepat, kita harus mandi terlebih dahulu." Kataku, tapi seli malah tambah tertawa, aku nyengir, segera berlari ke lemari terdekat. "Alat pengatur suhu ruangan nya ada di samping ku rupanya, ali tadi cuma mau mengatur suhu memakai alat itu, tapi kenapa rasa-rasa nya malah... ali seperti mau me-mencium ku ya?" Gumamku pelan, Wajahku kembali memerah, aku segera menggeleng-geleng kan wajah, dan mencari baju ganti di lemari kamar. "Seli." Seli menoleh. "Ada apa, ra?" Seli mendekatiku.

"Kamu mau pakai baju yang mana?" Seli menatap dua baju yang aku keluar kan dari lemari. "Yang ini saja." Seli menunjuk salah satu baju, aku mengangguk. "Kalau begitu, aku pakai yang ini." 

                  ↓ Style Seli ↓

                  ↓ Style Seli ↓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                 ↓ Style Raib ↓

Sesudah mandi dan ganti baju, aku mengamati sekat di tengah-tengah kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesudah mandi dan ganti baju, aku mengamati sekat di tengah-tengah kamar. "Dibalik sekat itu adalah kamar ali, kan?" Tanyaku, seli mengangguk. "Suhu disini jadi agak hangat." Seli mengangguk lagi. "Sofa disini bisa bicara, ra." Aku menoleh ke sofa di pejok kamar. "Benarkah? Berarti sama seperti sofa di Klan Bintang, dong." Seli tersenyum, mengangguk, aku segera duduk di sofa itu. "Hallo nona raib." Aku tersenyum, benar. "Hallo juga." Sofa itu mengecek kondisi kesehatan ku, suasana hati ku, dll. "Terimakasih." Kataku setelah selesai. "Sama-sama." Jawab sofa itu, ku dapati seli sedang rebahan di ranjang, aku ikut menahan di ranjang ku sendiri, aku menoleh, ranjang ku persis di samping sekat ruangan. "Hei, ra." Ali membuka sedikit sekat ruangan, menatap ku. "Ada apa?" Ali berfikir sejenak. "Umur mu berapa?" Dahi ku terlipat. "Umur?" Ali mengangguk. "18 tahun, memangnya ada apa?" Ali menggeleng. "Tidak apa-apa, terimakasih sudah menjawab ra." Ali kembali menutup sekat, aku nyengir. "Aneh." Gumamku pelan.

"Eh, ra. Kenapa kita bisa bicara bahasa Klan ini?" Aku menatap seli, terdiam. "Entahlah." 001 tiba-tiba membuka pintu kamar, membuat aku dan seli kaget. "Karena kalian sudah dipasangkan antena bulat Klan Mars, setelah dipasangkan antena bulat di punggung kalian, sekejap, kalian bisa bicara bahasa Klan Mars, dan juga bisa memahami Bahasa Klan Mars, btw yang memasangkan antena bulat itu di punggung kalian adalah robot perempuan." Aku dan seli terdiam, ali membuka sekat, mengangguk biasa, dan kembali menutup sekat, lagi.  Aku menghembuskan nafas pelan. "Pintu nya di ketuk dulu, zone." Kata seli, 001 terdiam. "Oh iyah, maaf membuat kalian kaget, aku tadi lewat dan tidak sengaja mendengar percakapan kalian, aku pergi dulu ya, eh... kalian cocok sekali memakai baju itu." Aku tersenyum, mengangguk. "Terimakasih, zone." Kata seli lagi, 001 keluar dari kamar, menutup pintu kamar pelan. "Antena bulat di punggung kita canggih sekali, transparan juga." Kata seli, aku mengangguk.  "Apakah ada robot laki-laki di Klan ini?" Tanyaku. "Ada, ra." Jawab ali di balik sekat, aku hanya ber-oh pendek, lagi males dengerin penjelasan ali.

Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu kamar lagi. "Kamu buka in pintu nya, ra." Aku mengangguk, segera berjalan ke pintu, membukanya. "Ya zone, ada apa lag—" aku langsung berhenti bicara, orang yang mengetuk pintu kamar adalah... fala. "Hallo, raib." Aku mematung, masih belum terbiasa dengan fala yang dulu hampir membunuh ily. "Emm... ha-hallo juga.... emm..." fala tersenyum, jujur saja, senyuman nya si fala itu harusnya kan indah, manis, dll, tapi... kok senyuman nya si fala malah nyeremin dan... berasa horor gitu. "Panggil saja aku fala." Aku tersenyum kaku. "Besok kalian akan sekolah di Klan Mars." Seli yang sedang minum segelas air putih di dalam kamar malah nyembur, ali membuka sekat dengan cepat, aku melotot. "Sekolah?!" Seru ku dan seli, ali masih terdiam. "Iya, sma bukan?" Seli segera menghampiri ku. "Maaf, tapi kami sudah kuliah." Kata seli cepat. "Baiklah." Kata ali santai, sambil menghampiri ku dan seli, Aku mematung lama. "Terima sajalah, ra, sel." Bisik ali di belakang kami. "Tidak." Balas seli, aku menghembuskan nafas pelan. "Baiklah." Seli melotot. "Ra?" Aku mengangguk. "Sudah terima saja." Seli ikut mengangguk pelan. "Seragam nya sudah ada di lemari, aku pergi dulu." Fala berjalan cepat ke bawah, meninggalkan kami di pintu kamar. "Kenapa kamu selalu menerima semua kata-kata fala, ra?" Seli menatapku, aku tersenyum tipis. "Tidak apa-apa." Ali sedang sibuk melihat-lihat seragam sma Klan Mars, aku menutup pintu kamar, kembali rebahan, seli terus-terusan ngemil di atas sofa, sampe di omelin sama si sofa, katanya jangan banyak-banyak ngemil, aduh... itu makanan nya ada yang jatuh lho sel, dan.... seli, berhentilah ngemil di atas ku.

Seli akhirnya berhenti ngemil, dan ngikut aku rebahan di ranjang nya sendiri, ali kembali ke area kamar nya sendiri, hari sudah malam, robot perempuan mengantar kan makanan ke kamar, kami memakan nya dengan cepat, dan segera tertidur lelap, tapi... tunggu dulu. "Hey!" Seru seli, ali membuka sekat dengan ngantuk, aku menoleh. "Apa?" Seli berfikir sejenak. "Bukan nya kita di suruh membangun Klan Mars? Kenapa malah jadi disuruh sekolah?" Aku menggeleng, tiba-tiba... "Kami tidak jadi menyuruh kalian berkerja, kami akan menyuruh kalian sekolah saja, urusan pembangunan, biar mata dan selena yang membantu kami." Aku melotot cepat, tamus datang di hadapan kami. "Oh." Jawab seli pendek.  "Segera lah tidur, besok kalian harus sekolah." Tamus tiba-tiba menghilang. "Rasanya tamus seperti ayah kita bertiga saja..." kata seli, aku tertawa, ali kembali menutup sekat, kami segera tidur, besok adalah hari pertama kami sekolah sma di Klan Mars, rasanya aneh, karena kami ini sudah kuliah, mungkin kami akan jadi anak terpintar dan tercerdas di sekolah nanti, tapi entahlah.

# Bersambung ke Eps 7 #

The Paralel's Universe 2 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang