Raib POV Start
Setelah kejadian itu, aku tidak henti henti meminta maaf kepada seli dan Ali, Karena tanpa sadar aku telah memperlakukan mereka amat sangat buruk. Namun, Seli dan Ali hanya bilang kalau itu tak apa-apa dan memintaku untuk berhenti meminta maaf.
Kami sudah menjalani hari dengan normal, namun kami belum bersinggungan lagi dengan dunia paralel sejak kejadian itu, Ibu mata dan ayah tazk benar benar terharu dan menangis melihatku pulang. Mereka memelukku lebih erat dari pelukan seli.
Beberapa tahun telah berlalu, kami sudah akan lulus, tinggal hitungan hari saja. Hubungan ku dan Ali sudah menjadi kembali baik sejak hari itu. Seli dan ily sudah bertunangan, rencananya setelah Seli lulus, mereka akan langsung menikah. Pernikahan Seli dan ily juga hanya dalam hitungan hari setelah kami lulus.
Saat wisuda hanya tinggal terpisah malam, hari itu, Ali meminta untuk berbicara berdua denganku. Dia mengajakku ke taman universitas.
"Ada apa?" Aku bertanya sembari duduk di kursi taman.
"Yah, besok kita wisuda kan?"
"Udah tahu masih tanya." Ali nyengir mendengar jawaban ku.
"Seli dan ily sudah mau menikah."
Aku mulai menatap Ali dengan heran, dia mengajakku ke taman hanya untuk berbicara hal seperti ini kah?
"Iya, terus kenapa? Kalau kamu cuma mau bicara yang umum seperti ini, aku pergi saja!" Aku berdiri dari kursi dan sudah bersiap melangkah kan kaki tapi Ali menahan ku.
"Tunggu dulu, Ra. Kamu tidak sabaran sekali."
Aku cemberut, kembali duduk di kursi taman.
"Jujur ya, ra. Aku hanya mengulur waktu saja tadi."
"Mengulur waktu? Kamu mau bilang apa sampai mengulur waktu? Biasanya kamu langsung to the point. Hari ini kau agak aneh, Ali."
"Aku memang agak aneh hari ini karena memikirkan suatu hal."
"Memikirkan apa?" Ali tersenyum, aku menatapnya Lamat Lamat, dia itu aslinya tampan ya ಥ‿ಥ, aku saja yang tidak memperdulikan mukanya dari dulu.
"Kamu masih ingat saat di klan mars, aku bilang kalau kita sudah dapat membiayai diri kita sendiri, aku ingin membangun rumah tengga denganmu, ra?"
"Ya, aku masih ingat, lalu kenapa? Kamu mau mempercepat nya?" Ali kembali tersenyum, dia menatap langit biru di atas kepala kami.
"Kalau kamu mau."
Aku terpaku menatap ali, aku mulai tersenyum. Tanpa sepengetahuan Ali, aku mencuri cium di pipinya.
"Aku mau tuh." Ali memegang pipi nya. Dia gantian terpaku menatapku, lalu dengan cepat dia tertawa kecil.
"Baiklah, setelah seli dan ily menikah, kita menyusul nya secepatnya." Aku mengangguk cepat, tersenyum. Aku mulai bersandar ke bahu Ali.
"Iya..." Jawabku pelan. Aku bisa melihat Ali menutup matanya, dia terlihat senang. Aku ikut menutup mataku. Aku tak sabar menunggu hari itu, ali.
Besoknya, kami bertiga wisuda. Acaranya berjalan lancar, dan kami berhasil melewati hari itu dengan bahagia.
Seperti yang sudah direncanakan, dalam hitungan hari setelah kelulusan, seli dan ily menikah. Resepsi nya dilaksanakan di klan matahari. Lebih tepatnya di stadion matahari. Seli terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin. Gaun pengantin yang dipakai seli berwarna orange lembut dengan sedikit campuran pink.
Aku dan ali duduk di kursi tamu. Kami berdua terpaku melihat seli, dia amat sangat cantik.
"Ra, kamu mau pakai gaun warna apa saat pernikahan kita nanti? Apa kamu mau sama seperti seli?"