Di ruang kerja nya yang sangat luas, Hans duduk di kursi kebesaran nya sambil membaca secarik kertas yang ia pegang. Itu laporan hasil pencurian mereka untuk bulan ini.
"Aku dengar kau menikah, Hans." ujar Tony sambil bermain-main di kursi nya.
Hans menghela nafas jengah, "Pernikahan sialan, Tone."
"Why? Bukankah dia masih muda?" Tony terkekeh pelan, "Perkenalkan dia pada kami."
"Aku menikahi nya karena dia juga anak seorang mafia besar, aku punya banyak keuntungan jika menikah dengan nya." Hans meletakkan kertas itu ke atas meja, "Kau pikir aku menikah begitu saja, mengikatkan diri ku pada seorang wanita jika tidak ku pikirkan keuntungan bagi ku sebelum nya?"
Tony kembali terkekeh mendengar nya, "Kau tahu, cinta itu akan muncul, lama atau cepat."
"Cinta itu kelemahan, Tone." Hans tersenyum miring, "Dan aku bukanlah pria lemah."
"Entahlah, aku sering menonton film romance akhir-akhir ini," Tony berputar di kursi nya, "Dan yang paling ku ingat adalah," pria itu diam sejenak, "Cinta itu akan muncul karena terbiasa."
Hans tersenyum geli, "Film itu hanya rekayasa," Hans membuka laci meja nya lalu mengambil pistol kesayangan nya. "Dan kau percaya?"
Tony memperhatikan boss nya mengisi peluru ke dalam pistol tersebut, "Aku menonton kisah nyata, Hans."
Hans selesai mengisi pistol nya lalu berjalan menuju pria manis berambut pirang tersebut lalu tersenyum, "Cinta itu hanya untuk seorang pengecut. Ketika mereka di pojokkan, mereka akan berlindung di kata cinta."
Hans kembali tersenyum geli, "Inti nya cinta itu bodoh."
"Bersiaplah," Hans berjalan gagah menuju pintu. "Ada bank yang menunggu kita."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.
"Dia sudah tidur?"
"Seperti nya begitu, Tuan." balas maid yang mengambil mantel Hans dengan kepala yang terus saja menunduk. "Tapi dia membuatkan anda makan malam."
Hans diam, ia memperhatikan makanan yang ada di atas meja makan di rumah nya yang sangat luas lalu tersenyum miring. Gadis manis yang berstatus istri nya membuatkan nya makan malam, dia gadis yang sangat peka, bukan? Dia tahu, suami nya pulang kelelahan dan ia membuatkan makanan.
Hans menoleh ke arah pintu berwarna coklat itu lalu kembali tersenyum. Seminggu pernikahan mereka, gadis itu tak pernah tidur sekamar dengan nya. Baguslah, Hans juga tidak menginginkan itu namun kali ini, ia penasaran, apa yang di perbuat gadis itu di kamar nya?
Hans berjalan mendekat lalu membuka pintu nya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Dan hal pertama yang ia lihat adalah seorang gadis duduk di meja belajar nya menghadap layar laptop.
Gadis itu menoleh dengan kacamata yang bertengger di hidung nya, "Bukankah membuka pintu tanpa mengetuk adalah hal yang tidak sopan?"
"Well," Hans berjalan masuk dengan senyuman nya. "Aku ingin melihat istri ku, apa itu salah?"
Gadis itu menaikkan satu alis nya dengan wajah datar membuat Hans menghilangkan senyuman di wajah nya.
Gadis itu mengalihkan pandangan nya ke layar, "Apa kau merampok bank lagi hari ini?"
"Kenapa?" Hans bersandar ke meja lalu melipat tangan nya di depan dada, "Aku yakin Ayah mu juga sering melakukan nya."
"Jangan sebut dia di hadapan ku."
Hans terdiam lalu kembali tersenyum. "Ku rasa ada kisah menyedihkan di antara kalian berdua. Apa?"
Gadis itu mengeraskan rahang nya.
"Ceritakan saja, aku penasaran."
Gadis itu akhirnya menoleh yang membuat Hans yang tadi nya tersenyum kini kembali terdiam. Lagi-lagi, tatapan itu. Tatapan yang bisa membuat darah nya membeku. Entah apa yang ada di balik tatapan yang sangat dingin itu, sudah seminggu, yang Hans dapatkan dari istri muda nya hanyalah spageti dan tatapan dingin itu.
"Cerita yang paling menyedihkan adalah," Ia sedikit menurunkan kepala nya, "Menikahi mafia seperti mu."
Hans diam, ia memperhatikan manik kehitaman itu. Ia tak melihat ada nya rasa benci, sedih ataupun marah seperti kalimat yang baru ia lontarkan. Tatapan nya murni dingin. Tapi apa? Apa yang membuat nya selalu terdiam ketika di tatap?
"Aku harus mengerjakan tugas ku." ia kembali menatap laptop nya, "Pergilah."
Hans tertarik ke kenyataan setelah mendengar ucapan istri nya. Ia lantas terkekeh pelan. "Pergi?" Hans berdiri dari sandaran nya, "Veela County Gruber. Ku ingatkan," Hans menarik paksa tangan gadis itu, "Ini rumah ku. Aku bisa bebas untuk ke kamar mu dan pergi kapanpun yang aku mau, kau tidak berhak melarang ku sekalipun kau istri ku!"
Walaupun Hans mencengkram tangan Vee, tapi tetap saja, raut wajah nya hanya menunjukkan kedataran dan tatapan dingin itu, lagi.
Hans menelan ludah nya kasar lalu mencampakkan tangan gadis itu, ia berdeham sejenak, ia lantas merenggangkan dasi nya.
Vee diam, ia tak protes sedikitpun dan hanya menatap pria yang berdiri di depan nya dengan dingin.
"Ku rasa mata mu bisa menjadi senjata yang mematikan, Vee." ujar Hans, mencoba terlihat tidak kalah dengan terkekeh pelan.
"Mati adalah hal yang biasa bagi mu, bukan?"
Hans tersentak mendengar nya.
"Kasihan, kau menikahi gadis mati." Vee tersenyum, senyum nya manis namun menyeramkan. "Gadis mati."
"Veela," Hans menarik paksa tubuh gadis itu dan mencampakkan nya ke atas kasur lalu menindih nya, mata nya menyorotkan kemarahan. "Aku tahu, kau membenci ku. Lalu apa kau juga tidak mengetahui nya? Bahwa aku juga sangat membenci mu. Aku benci pernikahan ini, aku benci berbagi rumah dengan mu dan aku benci kau. Jika saja Ayah mu itu bukanlah mafia hebat yang bisa mengangkat nama ku dan memberi ku keuntungan yang luar biasa, aku juga tidak akan mau menikahi gadis seperti mu!"
Nafas Hans tersenggal setelah mengucapkan kalimat panjang itu, dada nya naik turun, kening nya berkerut menahan amarah lalu mata nya berkontak langsung dengan manik hitam itu.
Hans mengeraskan rahang nya lalu menarik tubuh nya menjauh. Daripada ia hilang kendali atas amarah nya, lebih baik ia pergi. Hans keluar dengan membanting pintu dan membuat semua maid menunduk ketakutan.
Hans menaiki anak tangga dengan emosi yang tertahan di dada nya, ia ingin pelampiasan karena tidak mungkin ia melampiaskan nya pada gadis itu.
Hans membuka pintu kamar nya kasar lalu terdiam melihat seseorang di dalam kamar nya. Entah siapa, namun yang jelas Hans tersenyum melihat nya.
"Kau selalu tahu aku, ya?"
T B C OR STOP?
bosen ah hans nya yang dingin, sekalikali dong oc nya yg dingin awokawok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Her
FanfictionHans merasa harga diri nya hancur saat istri nya tidak mau di sentuh sebagaimana perempuan lain nya saat melihat diri nya. Tapi ada satu yang membuat Hans selalu saja terdiam ketika berhadapan dengan gadis yang masih anak kuliahan itu. Mata nya, ma...