Vee membasahi bibir nya sendiri, ia memandang diri nya di hadapan cermin yang ada di kamar nya, perasaan nya gelisah, hati nya terus saja mengatakan untuk menyusul pria yang berstatus suami nya di kamar nya. Namun dia sangat ingat tentang peraturan yang di buat pria itu sendiri. Vee menghela nafas kesal, ia benci kondisi ini, dimana ego dan nurani nya berebut posisi dalam nalar nya.
Percakapan dengan Jessica, ibu mertua nya sebenarnya berakhir baik. Hanya saja, air wajah pria itu berubah saat ibu nya dengan antusias menceritakan anak kedua sekaligus adik dari Hans.
Vee menarik nafas panjang, ini tidak seharusnya ia lakukan namun kali ini, nurani nya kembali menang.
"Nama nya Ken Gruber, kau pasti mengenali nya."
Vee menelan ludah nya kasar dan lagi-lagi, ia melirik ke arah suami nya itu, "A-ahh..., aku tahu dia..., kami memang sering berebut nilai dari dosen-dosen pengajar."
Jessica tersenyum senang melihat reaksi menantu nya, "Ya, dia bercerita banyak tentang mu. Apa kalian juga berteman?"
Vee tersenyum malu-malu, "Apa ibu pikir, murid yang saling bersaing merebut nilai bisa menjadi teman?"
Jessica tertawa kecil, "Kau benar, tapi cobalah menjalin teman dengan nya, dia pasti sangat senang bisa berteman dengan gadis secantik dan sepintar diri mu."
"Baiklah jika itu yang ibu inginkan," Vee mengangguk samar membalas ucapan mertua nya.
Setelah nya, isi percakapan mereka hanyalah seorang ibu yang membanggakan anak kedua nya yang di nilai sangat tampan, berprestasi dan sangat sempurna jika di jadikan pacar ataupun suami nya, tak sedikitpun Jessica menyinggung soal kebaikan Hans atau kelebihan-kelebihan anak pertama nya itu membuat Vee berkali-kali melirik ke arah suami nya dan memastikan dia tidak menangis atau semacam nya.
"Ibu ingat, saat pemanas ruangan di rumah kami rusak, Ken lah yang memperbaiki nya padahal saat itu umur nya masih sebelas tahun!" Jessica tersenyum bangga, "Dia memang sudah menunjukkan kepintaran nya sejak kecil."
Vee hanya mangut-mangut sambil tersenyum kecil, ia tak mau bertanya lebih tentang putra kedua nya itu karena ingin menghargai suami nya yang diam seribu bahasa.
Vee menarik nafas kecil, "Ibu tahu, Hans juga sering membantu ku mengerjakan tugas-tugas yang tak ku mengerti. Seringkali dosen memberi kami tugas yang belum di pelajari sebelum nya namun dengan kehadiran dia, aku bisa mengerjakan tugas ku dengan mudah."
Hans spontan menoleh ke arah Vee, menatap nya dingin sekaligus heran, satu bulan pernikahan mereka hanyalah tentang saling mencaci maki dan melemparkan ujaran kebencian. Sejak kapan dia malah membantu gadis ini? Menyiapkan sarapan saja tidak mau apalagi mengerjakan tugas.
"Benarkah?" Jessica tersenyum menatap Hans, pria itu ikut tersenyum kecil lalu mengangguk samar. Jessica kembali menatap Vee, "Tapi, jika kau mengerjakan nya bersama Ken, kau mungkin bisa lebih paham dan lebih cepat mengerjakan tugas-tugas itu. Dia itu sangat bla bla bla."
Vee menarik nafas lagi dan menatap Hans, membiarkan mertua nya mengoceh tentang anak kedua nya itu, yang ada di pikiran nya sekarang adalah perasaan suami nya melihat ibu nya yang membanggakan adik nya itu.
Vee mengulum bibir nya sejenak, ini adalah kedua kali nya ia melanggar perintah pria itu. Pertama, saat ia mengobati nya yang sedang terluka. Kedua, saat sekarang, ia berdiri tepat di depan pintu kamar nya.
Vee menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada siapapun yang ada di sekitar nya. Tangan Vee perlahan terangkat lalu mengetuk nya pelan.
Lima detik pertama, tidak ada jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Her
FanficHans merasa harga diri nya hancur saat istri nya tidak mau di sentuh sebagaimana perempuan lain nya saat melihat diri nya. Tapi ada satu yang membuat Hans selalu saja terdiam ketika berhadapan dengan gadis yang masih anak kuliahan itu. Mata nya, ma...