#8

593 77 16
                                    

Vee melangkahkan kaki nya menuju kamar nya yang berada di lantai dua rumah mewah milik Ayah nya. Begitu ada kesempatan, ia langsung meninggalkan acara tersebut, sungguh ia membenci mereka semua. Memang pesta nya ada di Major Family, letak nya di tengah-tengah tanah milik keluargga, semua keluargga Ayah nya tinggal di lingkungan yang sama namun saking luas nya mereka jadi jarang bertemu, lagipula mereka semua punya rumah masing-masing.

Vee membuka kunci nya dan akan memutar kenop nya jika saja ia tak mendengar suara langkah kaki yang aneh.

Vee berbalik dan saat itu juga ia melihat suami nya yang sedang jalan sempoyongan. Vee mengerutkan kening nya, "Kau mabuk?"

Tak di jawab namun Vee sudah tahu jawaban nya, ia menarik nafas jengah. "Sudah ku katakan, jangan—"

Vee memekik tertahan saat pria itu mendekat, mendorong tubuh Vee dan membuka pintu bersamaan hingga akhirnya mereka berdua ada di kamar dengan Hans yang memeluk pinggang gadis itu. Tercium jelas bagaimana bau alkohol itu menyeruak dari tubuh pria ini. Vee berusaha memberontak namun tenaga ini terlalu kuat, "Hans! Sudah ku katakan jangan sampai mabuk!"

Hans menatap gadis yang ada dalam dekapan nya dengan mata setengah terbuka, "Memang nya kenapa, hm?"

Vee mengerutkan kening nya.

"Memang nya kenapa jika aku mabuk?" Hans tertawa renyah.

"Kau masih bertanya?" Vee menaikkan satu alis nya. "Karena kita tidur di kamar yang sama!"

Hans diam sebentar lalu tertawa geli melihat reaksi gadis itu, "Seharusnya itu bukan masalah, aku suami mu."

Vee mengeraskan rahang nya, "Kau sedang mabuk!"

Hans kembali tertawa renyah lalu tangan nya terangkat membelai wajah gadis itu lembut, "Aku sempat tak sadar aku memiliki istri secantik diri mu. Mungkin karena kau terlalu sering menatap ku sinis," tatapan mata Hans semakin berat, "Kau tahu? Kau mirip dengan ibu ku."

Vee diam sejenak lalu mengerutkan kening nya, "Kau punya ibu?"

Hans terdiam lalu berdecih pelan, "Wanita hebat namun tak mau menemui anak nya sendiri selama bertahun-tahun. Anak yang dia sayangi hanya adik ku, dia pria yang pintar dan berprestasi, tidak seperti ku," seketika wajah Hans menjadi sendu, "Yang memilih untuk mengikuti jejak Ayah nya sendiri."

Vee hanya diam menatap wajah pria ini namun tersadar saat merasakan dekapan nya semakin erat.

"Lepaskan atau aku akan teriak?"

"Jika tertangkap, apa yang akan kau katakan?" Hans tersenyum miring, "Kau akan bilang bahwa suami mu ini mencoba mencium mu?"

Vee terdiam, ia tak berpikir sampai sana karena prinsip nya tidak ada pria yang boleh menyentuhnya bahkan suami nya sendiri.

"Kau, gadis sialan." Hans terkekeh pelan, "Menolak untuk di sentuh oleh ku. Apa kau tahu ada berapa wanita yang menatap ku seolah berharap aku akan memasuki nya?"

Hans maju membuat Vee mau tak mau harus berjalan mundur hingga kaki nya menyentuh kasur.

"Kau membuat harga diri ku jatuh hanya karena tidak mau bermalam dengan ku," fokus Hans pecah, antara menatap manik hitam itu dan bibir tipis ranum Vee. "Bukankah harusnya aku yang begitu? Karena ada banyak wanita yang menginginkan ku, aku hanya tinggal memilih nya."

Hans mendorong tubuh Vee hingga terbanting ke atas kasur empuk, belum sempat Vee bergerak, Hans sudah menindih nya. Ia menatap lama wajah itu dengan lekat-lekat, memperhatikan tiap inchi dan bertanya, apakah semua dewa-dewi ikut andil saat membuat wajah gadis ini di alam sana? Karena dia benar-benar sempurna.

Into HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang