Hans meraih ponsel yang tersimpan dari kantung celana nya saat merasakan benda tersebut bergetar, ia melihat siapa yang memberi nya pesan dan ternyata itu dari istri kecil nya, Vee. Ia menaikkan satu alis nya heran, sudah hampir satu bulan mereka menikah, ini adalah pertama kali nya gadis itu mengirim pesan.
Ia menoleh ke belakang sebentar, memperhatikan teman-teman nya yang sedang memasukkan uang rampasan mereka ke dalam tas. Hans kembali menatap layar ponsel nya lalu menekan nya.
"Cepat pulang, aku menunggu mu."
Hans membuka bibir nya sedikit, benar-benar tak percaya apa yang ia lihat. Gadis yang terang-terangan membenci nya mengirim pesan seakan-akan dia adalah istri yang sangat romantis.
"Hans!" panggil Tony. "Apa yang kau lakukan? Melamun?"
Hans menghela nafas lalu kembali memasukkan ponsel nya ke dalam kantung celana kemudian berbalik dan membantu anggota nya memasukkan uang. "Biar aku saja, kau urus para sandera."
*.*.*.*.*.*.*.*.
Selama di perjalanan pulang sehabis merampok uang dengan senjata baru yang di hadiahkan mertua nya untuk diri nya, Hans terus berpikir, apa yang membuat gadis itu mengirim pesan untuk pertama kali nya, bahkan pesan nya tak di sangka-sangka. Uang hasil pencurian nya hari ini sedikit berlebih dari yang sebelum nya, tentu saja itu berkat bantuan mertua yang menghadiahkan nya senjata canggih.
Mobil sedan hitam Hans memasuki perkarangan rumah, semakin ia mendekati rumah, semakin ia penasaran, apa yang sedang di siapkan oleh gadis itu. Seingat nya, Hans tidak menaruh racun dalam makanan nya, lalu apa yang membuat nya tiba-tiba berubah?
Hans memberikan kunci nya pada penjaga mobil kemudian melangkahkan kaki nya masuk ke dalam rumah.
Para maid menyambut kepulangan nya lalu hal pertama yang Hans lakukan adalah menyebarkan pandangan nya ke rumah, mencari atensi istri nya.
"Dimana gadis itu?" tanya Hans pada salah satu maid yang ada di sana.
"Nyonya Vee ada di taman belakang, tuan."
Hans langsung melangkahkan kaki nya ke tempat yang baru saja di sebutkan gadis itu. Semua maid yang tak sengaja menangkap keberadaan si Tuan rumah yang sedang memakai setelan kemeja putih dan Jas biru dongker langsung membungkuk hormat.
"Vee, apa yang ingin kau—"
DEGH-!
Hans merasakan jantung nya melemah, darah nya berdesir hebat dan otak nya yang tak bisa berpikir jernih, tubuh nya mematung, lidah nya kelu ketika di hadapkan pada pemandangan yang tak pernah ia duga dan harapkan sebelumnya.
Gadis itu, Vee, istri nya, berhasil membawa wanita yang sudah berkeriput itu menginjakkan kaki nya di rumah nya. Wanita yang menjadi alasan nya tetap hidup sampai sekarang walau penolakan dan makian nya pada jaman dulu sangat menyakitkan.
Ibu nya.
Wanita yang melahirkan nya ada di sini, sekarang. Wanita yang sempat mengatakan bahwa diri nya adalah hal yang paling wanita itu sesali karena memilih jalur yang sama dengan Ayah nya. Yaitu, menjadi perampok berkedok Mafia.
Ia masih ingat saat ibu nya mengatakan bahwa dia tak ingin lagi melihat ataupun mendengar tentang diri nya bahkan jika itu ujung rambut atau kabar kematian nya.
Tanpa sadar mata Hans berlinang melihat ibu nya itu dengan santai bercerita pada Vee yang setia mendengarkan nya. Sadar air mata nya jatuh, Hans langsung menghapus nya, tak mau terlihat lemah di hadapan kedua wanita ini.
"Oh, kau sudah pulang?" Vee yang menyadari kehadiran Hans langsung membuka suara.
"Y-ya, aku sudah pulang." Hans setengah berbalik dan sibuk menghapus jejak air mata nya setelah nya ia kembali menatap istri nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Her
FanficHans merasa harga diri nya hancur saat istri nya tidak mau di sentuh sebagaimana perempuan lain nya saat melihat diri nya. Tapi ada satu yang membuat Hans selalu saja terdiam ketika berhadapan dengan gadis yang masih anak kuliahan itu. Mata nya, ma...