"Kenapa kau perduli padaku?"
Vee diam, ia membiarkan manik nya beradu dengan mata pria itu. Mencari tahu apa yang ada di balik netra kecoklatan tersebut hingga akhirnya ia menarik nafas panjang kemudian melipat tangan nya di depan dada untuk menyadarkan pria ini dengan jarak nya.
"Apa ini menghantui mu seharian, Mister?" Vee tersenyum kecil, "Kau baru tahu, bahwa ada musuh yang peduli pada mu?"
Hans menatap nya kian intens, "Aku hanya ingin tahu apa maksud di balik 'kepedulian' mu."
Vee mengangkat bahu nya acuh, "Aku tidak punya maksud apapun."
"Cih." Hans tersenyum meremehkan lalu kembali menatap gadis itu dingin, "Aku hidup lima belas tahun lebih lama dari mu, Nona. Dan tidak ada orang yang tidak orang yang peduli dan dia tak punya kepentingan. Jadi-"
"Kau hanya belum bertemu dengan orang-orang seperti itu." Vee menatap nya prihatin yang membuat Hans membenci tatapan itu. "Tak heran, hidup mu di habiskan untuk merampok dan membunuh," Vee berbalik dan hendak duduk di kursi belajar nya, "Tentu saja kau tidak bertemu dengan orang-"
Hans mencekal tangan nya lalu menarik hingga ia gagal untuk duduk kemudian mendorong nya ke dinding lalu menghimpit tubuh nya. "Tinggal katakan alasan nya, Nona Veela County Gruber." suara Hans merendah tanda ia sangat serius sekarang.
Vee terdiam di tempat nya, mereka belum pernah sedekat ini apalagi ia bisa merasakan hembusan nafas pria ini. Lalu ia tersadar dengan tangan nya yang masih di cengkram Hans, dengan cepat ia menarik paksa tangan nya.
Hans tersentak dengan tindakan gadis ini namun tetap menatap mata nya intens.
Vee menarik nafas lalu menatap Hans lantang, "Karena aku manusia bermoral, Hans."
Hans mengerutkan kening nya.
"Walaupun aku sangat membenci mu namun jika kau butuh bantuan dan aku bisa membantu mu, aku akan melupakan semua rasa benci ku dan menolong mu." Vee menaikkan dagu nya, "Karena aku manusia bermoral, kau mengerti?"
"Sekarang." Vee terlihat tidak nyaman dengan jarak intim mereka, "Keluarlah, aku baru saja pulang dan sangat lelah, aku ingin tidur."
Hans diam, ia memperhatikan wajah Vee yang menunjukkan ketidaksukaan nya dengan jarak mereka. Hans berdecih pelan, semua wanita saat dalam jarak ini akan meminta Hans untuk meniduri nya tapi gadis ini- anak Mafia kelas atas memang berbeda.
Hans menarik tubuh nya lalu mengangguk samar, "Seorang anak dari seorang pria yang berhasil menyekap Presiden berbicara tentang Moral, lucu sekali."
Vee mengeraskan rahang nya, "Pergi lah. Aku ingin istirahat sebelum memasak untuk makan malam."
Hans kembali memandangi wajah gadis itu, kali ini ia terlihat sangat tidak suka atas kalimat nya yang membawa nama sang Ayah. Dari awal Hans memang menyadari kejauhan hubungan anak dan Ayah itu. Hans tersenyum miring lalu melangkahkan kaki nya pergi meninggalkan nya sendirian di kamar nya.
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Mereka baru saja menghabiskan jam makan malam dan meminum air putih saat seorang gadis cantik dengan wangi parfum menyebar ke seluruh rumah Gruber yang luas datang dengan gaya catwalk.
Hans menatap Vee yang juga menatap gadis itu lalu beralih pada Catline.
"Kau tidak bilang kau akan datang, Catline."
"Aku hanya merindukan mu, apa itu salah?"
Hans kembali menoleh pada Vee yang kini menyuapkan salad ke dalam mulut nya, "Tentu saja tidak, aku juga merindukan mu."
Catline tersenyum merekah, "Aku juga dengar kau sakit, Tuan."
"Yeah," Hans melirik Vee yang sama sekali terlihat tidak terganggu dengan interaksi mereka. "Tapi ketika melihat mu, rasa sakit ku hilang."
Vee tersenyum mendengar nya lalu mengangguk kagum.
"Darimana kau tahu tentang hal itu, Catline?"
"Nona Vee."
Degh.
Hans langsung menoleh ke arah Vee yang sedang tersenyum ke arah Catline.
"Vee?"
Vee menoleh ke arah nya, "Ku pikir, setelah seharian di rumah akan sangat membosankan, bukan? Jadi aku berbaik hati memberi tahu gadis kesayangan mu dan meminta nya untuk kemari."
Vee tersenyum, "Aku akan pergi tidur. Have fun!"
Hans memperhatikan gadis itu berjalan masuk ke dalam kamar nya yang masih bisa di lihat dari tempat nya berada lalu kembali menatap Catline. "Apa dia keracunan makanan?"
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.
Hans melangkah menuruni tangga di susul Catline di belakang nya, tentu saja mereka menghabiskan malam yang panjang bersama. Namun saat ia menuju meja makan, Hans mengerutkan kening nya karena belum ada satupun makanan di atas meja.
"Dimana Vee?"
"Belum bangun, Tuan."
Hans berdecak lalu melangkahkan kaki nya cepat menuju pintu kamar gadis itu dan hendak mendorong nya namun tidak bisa karena di kunci dari dalam.
"Vee!" Hans menggedor pintu nya dengan brutal.
Setidaknya ada lima belas detik Hans terus saja menggedor pintu kamar gadis itu sebelum akhirnya penghuni nya membuka pintu itu sambil mengusap mata nya dan masih memakai pakaian tidur.
"Apa ini hari minggu? Kau libur kuliah? Kenapa belum ada makanan di atas meja?!"
Vee menatap Hans jengah lalu menoleh ke arah jam dan melototkan mata nya, "Kenapa kau tidak membangunkan ku?!"
Vee langsung kembali menutup pintu dengan kasar dan mungkin ia sedang bergegas untuk mandi. Hans mengulum bibir nya lalu menoleh ke samping, saat itu juga semua nya menunduk kembali.
Hans berdeham lalu berjalan menuju meja, "Buatkan aku makanan, apapun itu, cepat!"
Vee duduk di atas kursi dengan terburu-buru dan mengambil sandwich di atas meja dengan tergesa-gesa.
Hans menatap gadis itu sambil mengunyah makanan nya, "Apa yang kau lakukan tadi malam?"
"Melakukan hal yang menyenangkan?" Vee menatap pria itu. "Aku belajar sampai jam dua pagi."
Hans tetap memperhatikan nya sambil mengunyah sandwich tersebut, ia memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah lalu tersenyum kecil. "Kau baru saja minum, bukan?"
"Minum air putih? Ya."
Senyum Hans semakin lebar, "Apa kau keluar dengan teman mu? Aku tidak mencium alkohol saat kau membuka pintu kamar mu tadi."
Vee menoleh ke arah nya, "Jika iya pun, apa itu ada urusan nya dengan mu?"
Hans terkekeh pelan, "Aku tidak menyangka kau bisa minum juga."
Vee memutar bola mata nya malas lalu buru-buru menghabiskan makanan nya. Lalu ia berdiri dan hendak pergi ketika seorang pria dengan pakaian formal datang masuk ke dalam rumah mereka. Vee mengenali nya, tentu saja.
"Maaf menganggu, Tuan Hans dan Nona Vee." pria itu tersenyum, "Aku menyampaikan pesan bahwa tuan Arkan ingin bertemu dengan kalian."
D E G H
Baik Vee ataupun Hans sama-sama terkejut lalu kedua nya saling menoleh dan bertatap-tatapan.
"Owh shit."
T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Her
FanfictionHans merasa harga diri nya hancur saat istri nya tidak mau di sentuh sebagaimana perempuan lain nya saat melihat diri nya. Tapi ada satu yang membuat Hans selalu saja terdiam ketika berhadapan dengan gadis yang masih anak kuliahan itu. Mata nya, ma...