Aftertaste - First

6.8K 228 4
                                    

Sebelum baca votenya dulu lah.

***

Demi apapun aku sangat merindukan Farrel saat ini.

Sejak pagi aku sama sekali belum beranjak dari ranjang, kamarku gelap karena semua tirai belum kubuka, lampu juga tak kunyalakan, tisu-tisu bekas bertebaran dimana-mana, aku hanya meringkuk seraya dililiti selimut tebal berbulu ini, wajahku sudah pasti bengkak, mata dan bibirku mungkin yang paling parah, tetapi bagaimana aku bisa memerhatikan keadaan wajahku jika sejak semalam perasaanku sungguh tak karuan?

Aku merindukan Farrel, mengesalkan sekali rasanya harus memiliki perasaan yang tertinggal seperti ini, padahal aku yang mengakhiri hubungan kami, tetapi sulit untuk melupakan semua kebersamaan kami, aku ingat sekali saat pertama kali kami-

Tidak, aku harus melupakannya, hatiku benar-benar kacau jika mengingat semua tentang Farrel, sudah seminggu ini hidupku menjadi berantakan, setiap malam hanya dihabiskan untuk menangisinya dan tidak tidur sama sekali, akibatnya aku tidur di kelas, jadwal harianku juga kacau.

Aku menarik selimutku hingga ke ujung kepala, tangisanku semakin keras, menangisi sebagian perasaanku yang masih tersisa untuk Farrel.

***

"Bangun, Dira."

Mengapa Farrel selalu mendominasi kehidupanku?

Rasanya aku sudah benar-benar gila karena membayangkan Farrel berada di ranjang yang sama denganku, ia mengenakan hoodie biru dongker dan jeans, kemudian ia menarik selimut tebalku dan membuangnya ke lantai, tubuhku ditarik paksa agar segera bangun, aku pun menyenderkan punggungku di kepala ranjang, kepalaku berdenyut nyeri pun rasa pusing mendera hebat, aku masih menangis walaupun tidak separah tadi pagi, hanya sesegukan kecil yang menandakan bahwa tangisanku akan berakhir, tadi malam adalah puncaknya aku merindukan laki-laki itu, dan sekarang mungkin masih berlangsung karena dengan kurang ajarnya halusinasi itu menderaku.

"Farrel.." aku menyebut namanya masih seraya menangis, tenggorokanku nyeri, suaraku hampir habis, aku belum minum sejak tadi pagi.

Aku melompat ke pangkuannya dan memeluk tubuhnya erat, ia pun membalas pelukanku seraya mengusap rambut dan punggungku lembut, berkali-kali aku menghirup aroma tubuhnya dalam, benar-benar menjadi candu bagiku, aku semakin memeluknya erat hanya untuk menyadari bahwa laki-laki di depanku bukanlah wujud dari halusinasiku, melainkan sesuatu nyata yang keberadaannya benar-benar harus kuhindari.

Aku benar-benar sudah gila rupanya karena berani memeluk laki-laki ini.
Dengan kewarasan yang nyaris habis aku mendorong tubuh Farrel agar ia menjauhiku, laki-laki itu lengah, mudah bagiku untuk lepas dari pelukannya, meskipun tubuhku lemas, kepalaku berdenyut hebat, aku berusaha lari turun dari ranjang, tetapi hanya butuh beberapa detik bagiku agar tumbang kembali, aku hampir terjerembab ke lantai dengan posisi yang menyakitkan, seharusnya aku sudah berlari ke pintu jika saja tangan gesit Farrel tidak menarik kaki kiriku kasar.

"Dasar brengsek!" umpatku marah.
Aku berusaha menarik kakiku agar bisa turun dari ranjang, tetapi Farrel dengan mudahnya menarik dan membalikkan tubuhku sehingga aku kini berada di bawah kungkungannya.

Oh lihatlah dia, lihatlah Farrel kesayanganku ini, aku ingat sekali dimataku dulu dia adalah kakak kelas dengan segudang prestasinya, tetapi sekarang yang terlihat didepan mataku hanyalah monster yang siap menghancurkan duniaku detik ini juga.

"Kamu benar-benar menyedihkan Dira." bisiknya pelan.

Penampilanku kacau, aku paham itu, dan aku sama sekali tak peduli, meskipun perasaanku belum mati sepenuhnya, tetapi otakku masih waras untuk tak mendekati Farrel apalagi dengan jarak sedekat ini.

Lover of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang