Sebelum baca votenya dulu lah.
***
Aku terbangun dengan air mata yang belum mengering, rasa dingin menerpa tubuhku, selimut tebal yang menjadi satu-satunya pelindung tubuhku turun hingga ke perut, aku mengusap air mataku kasar, jantungku berdegup kencang, aku ketakutan setengah mati, aku kembali dihantui oleh mimpi buruk terbesar dalam hidupku, kejadian bertahun-tahun lalu yang meredupkan terangnya kehidupanku, kejadian dimana janjinya yang tak akan pernah melepaskanku terwujud hingga saat ini.
"Aku pengen kamu lagi." bisik seseorang disampingku.
Sontak aku menarik selimut hingga ke leherku, aku memeluk tubuhku sendiri dan enggan menatap pria dihadapanku.
"Hei, kenapa kamu nangis?"
Aku enggan menjawab, tetapi seperti sebuah kebiasaan aku tetap membuka mulutku, aku benar-benar trauma dengan setiap ancamannya jika aku tak menjawab pertanyaannya, "Aku habis mimpi buruk."
Ia memelukku pelan, tangannya menyusup masuk ke dalam selimut, ia mengusap punggungku lembut.
"Selama ada aku kamu ga bakal kenapa-napa."
Aku tak menjawab sama sekali, memilih memandangi dada telanjang laki-laki itu daripada menatap matanya.
"Dira, aku mau kasih tau sesuatu."
Jantungku mulai berdegup kencang, firasatku mengatakan akan ada hal buruk yang terjadi, dan mimpi buruk tadi yang merupakan kepingan masa lalu kami merupakan pertanda kejadian buruk di masa depanku nanti.
"Farrel, aku ngantuk, bisa kita omongin nanti?"
Farrel menghentikan usapan tangannya dipunggungku, ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku pengennya sekarang."
Aku diam, jika Farrel menginginkan sesuatu maka tak akan ada yang bisa menghalanginya, ia terlalu keras untuk dilawan.
"Kita udah 14 tahun pacaran."
Apakah dia akan mengatakan jika ia bosan denganku? Sebagian hatiku sedih membayangkannya, tetapi ada bagian lain di hatiku yang bersorak sorai jika itu memang benar terjadi.
"Gimana kalau kita nikah?"
"Apa?" spontan aku menjawab, aku tak menyangka akan mendengar kata itu dari mulut seorang Farrel, ia bukan tipikal laki-laki yang mau menikah, begitu yang dulu ia katakan padaku, dan aku pun tak mengharapkan apa-apa dalam hubungan ini, aku sama sekali tak pernah membayangkan akan menikah dengan laki-laki ini.
"Aku pengen kita nikah."
Aku bangun dari tidurku, aku menunduk, kedua tanganku menahan wajahku, menikah dengan Farrel tidak ada dalam masa depanku, dan seterusnya akan begitu.
"Farrel. Aku.. aku ga siap." ucapku pelan.
Farrel juga bangun dari tidurnya, ia menggeser tubuhnya agar semakin mendekatiku, Farrel memagut bibirku lembut.
"Kamu bilang kamu ga tertarik menikah." ucapku pelan.
Ia menarik tubuhku hingga aku duduk di pangkuannya, aku tidak suka dengan sikapnya, fakta bahwa kami tak mengenakan sehelai benang pun dengan posisi seperti ini membuatku tak nyaman.
"Aku ingin kita lebih Dira." Ia berucap seraya mengecup leherku.
"Farrel, aku udah ngasih kamu segalanya. Sekarang apa lagi?"
Farrel menggigit leherku kencang, pertanda bahwa ia tak suka dengan sikapku, ia tak suka jika aku memprovokasinya, ia tak suka jika aku tidak menuruti kemauannya, ia terlalu mendominasi hubungan ini.
"Segalanya?"
"Segalanya Farrel, waktu, pikiran, prioritas, kebebasan, seks, aku ngasih segalanya Farrel!" jeritku marah, aku menangis pilu, bahuku naik turun, tubuhku bergetar, Farrel memelukku erat, aku menaruh kepalaku di bahunya.
"Aku ingin ikatan, Dira. Kita ga mungkin selamanya seperti ini tanpa ikatan apapun."
"Farrel, kamu tau kan aku ga mau nikah dengan siapapun?"
"Aku ingin ikatan yang lebih Dira, aku ingin ada hukum yang menguatkan ikatan kita. Supaya kamu ga bisa lari dari aku gitu aja, supaya kamu terikat sama aku, supaya kamu ga punya pikiran buat lari dari aku lagi."
"Farrel, kamu tau aku ga kaya gitu, kamu tau aku-"
"Kamu pikir aku ga tau apa keinginan terbesar kamu saat ini?" sela Farrel cepat, ia mengarahkan mulutnya ke telingaku.
Tubuhku menegang, aku tak siap mendengarkan kalimat Farrel selanjutnya.
"Satu-satunya yang kamu inginkan adalah lepas dari aku, karena buat kamu, aku ini neraka yang tak berkesudahan."
Aku mulai menangis, darimana ia tahu isi pikiranku?
"Aku bisa gila kalau kamu ga ada disisi aku Dira. Kamu tau aku bakal lakuin apa aja kalau itu berhubungan dengan kamu."
"Farrel, jangan begini."
"Dira, kamu tau kan diantara kita siapa yang pasti bakal menang?"
Farrel dan segala kekuasaannya, Farrel dan dominasinya, aku benar-benar ingin melenyapkan Farrel sekarang juga.
Aku turun dari pangkuan Farrel, baru saja aku akan turun dari ranjang, ia menarik tubuhku hingga aku jatuh kembali ke ranjang.
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau pulang ke rumah." ucapku seraya menangis, aku berusaha menarik tubuhku, tetapi Farrel mencengkeram lenganku erat.
"Kamu ga boleh pulang. Aku belum selesai ngomong. Kita bakal nikah, aku ga peduli kamu mau atau ga, jangan harap kamu bisa ngilangin fakta ini."
Farrel dan segala keegoisannya, aku benar-benar muak. Namun aku hanya bisa berteriak marah dan memukul Farrel sekuat tenaga untuk melampiaskan amarahku.
***
Setelah baca jangan lupa komentar ya!
Ciao🌌
San.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover of Mine
RomanceBaginya gadis itu adalah segalanya, dan ia akan melakukan apapun agar kekasihnya tetap tinggal di sisinya. DILARANG MELAKUKAN PLAGIARISME ❌❌