Liora - Second

1.6K 113 6
                                    

Aku bisa merasakan tetesan keringat Pradipta yang berjatuhan mengenai tubuhku, tetes demi tetes turun ke wajahku, bercampur bersama air mataku yang tak kunjung mengering karena tangisanku yang belum berhenti.

Seluruh tubuhku remuk redam, ingin kumaki Dipta habis-habisan, ingin kulayangkan pukulan sekuat tenaga yang kubisa, ingin sekali aku membuat Dipta menyesal karena telah membuatku seperti ini, tapi bahkan untuk melihat wajahnya pun aku tak mampu.

Dipta sudah selesai sejak tadi, tapi ia tak kunjung turun dari tubuhku, aku tak tahu apalagi yang sedang ia nantikan saat ini, aku juga tak mengerti apa yang akan ia lakukan, Dipta tak mengatakan apapun selain racauan gilanya selama kami bercinta tadi.

"Lio, lihat aku."

Aku tak menuruti ucapannya, dengan sengaja aku menolehkan kepalaku ke samping, menghindari tatapan tajam seorang Pradipta.

"Liora." panggilnya sekali lagi, kali ini lebih tegas, tapi tak kupedulikan sama sekali panggilannya, aku tak mau berinteraksi dengannya, aku ingin cepat-cepat pergi dari sini dan merencanakan bagaimana cara menyingkirkan Dipta dari hidupku.

"Aku ga ngerti kenapa dari dulu kamu ga suka cara yang baik-baik." tangan kanannya mencengkeram daguku kasar, membuatku mau tak mau menatap matanya yang menatapku dingin.

"Minggir, pergi dari sini." usirku padanya, kucoba lagi untuk mendorong tubuhnya, tapi Dipta terlihat tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

"Pergi dari sini, menyingkir dari hidup aku." ucapku dalam.

Dipta tampaknya agak tercengang dengan tingkahku, tak pernah sekalipun aku bersikap kasar kepada laki-laki itu sejak dulu, aku selalu memperlakukannya dengan hormat karena aku menghargai Dipta sebagai tunanganku, tapi sekarang, Dipta bukan siapa-siapaku lagi, ia tak lebih dari pengacau yang harus segera kusingkirkan dari hidupku.

Aku marah sekali, marah sekali padanya ketika ia memaksaku untuk bercinta dengannya, aku marah dengan sikap kasarnya kepadaku, aku marah dengan Dipta yang selalu bersikap ingin menundukkan ku sejak dulu hingga sekarang.

Dipta melepaskan cengkeraman tangannya di daguku, kini ia memainkan jarinya di wajahku, menyentuh wajahku dengan lembut, sesekali menyelipkan rambutku yang menutupi wajah ke belakang telingaku, "Liora sayang, dari dulu aku selalu suka dengan sikap pemberontak kamu." bisiknya.

Ia menenggelamkan wajahnya di bahuku, mengecup leherku pelan berkali-kali, menggigitnya kecil, kemudian ia mengangkat wajahnya dan mengecup bibirku pelan, menggigitnya dan memaksaku agar membuka mulutku.

"Aku bakal bersikap kasar lagi kalau kamu masih keras kepala." ancamnya.

Ia kembali mencium bibirku, kali ini lebih kasar, Dipta memaksaku membuka bibirku hingga lidah kami saling bertaut, lagi-lagi keinginan Dipta terpenuhi, membuatku kesal hingga aku kembali menangis.

Dipta menarik wajahnya, kali ini ia menghapus air mataku yang terus menerus keluar, "Jangan nangis Lio, aku bakal bersikap lembut kalau kamu mau bersikap baik."

"Please.."

"Kenapa hm? Kamu mau apa? Kamu tau kan dari dulu aku selalu berusaha nurutin apa yang kamu mau?"

Aku mencengkeram lengan Dipta, menatapnya memohon, "Please, udah. Aku butuh waktu buat nerima ini semua."

"Sayang.." Dipta terlihat frustasi akan diriku, tetapi ia kembali menciumku kasar hingga nafasku hampir habis, aku tak tahu seberapa mengenaskannya diriku sekarang, terdiam pasrah di bawah Dipta adalah mimpi burukku sejak dulu, dan lagi, ini harus terulang kembali.

Ketika aku sudah tak bisa bernafas lagi dan tubuhku sudah sangat lemas, Dipta melepaskan ciumannya dan membiarkanku bernafas sebanyak-banyaknya, ia menjatuhkan tubuhnya ke sampingku, membuatku tahu Dipta masih mau mendengarkan permintaanku.

Ia memiringkan tubuhnya dan menarik tubuhku hingga tak ada jarak tersisa diantara kami, Dipta menarik selimut hingga menutupi tubuh kami dan mendekapku erat dari balik selimut ini, berkali-kali ia menciumi rambutku lembut.

"Tidur Lio, besok aku punya kejutan buat kamu."

Aku mendongak, perasaanku tak enak, segala sesuatu yang berhubungan antara Pradipta dan kejutan selalu berakhir tidak baik, "Kejutan apa?"

"Mau aku bocorin?" Dipta tersenyum sinis, "Hukuman kamu karena udah ninggalin aku."

Aku kembali menunduk, memilih menatap dada Dipta dibanding menatap tatapan tajamnya yang menusuk, kukira Dipta sudah memaafkanku, tapi sepertinya ia tak akan membiarkannya begitu saja.

"Selamat datang kembali di hidupku Lio. Liora sayang, Liora milik aku." gumam Pradipta pelan.

Aku memutuskan untuk memejamkan mataku, tak mau lagi berinteraksi dengan Dipta, tubuh dan jiwaku sudah kelelahan karena kedatangan Dipta yang begitu tiba-tiba, aku memilih tidur dan memasrahkan diriku dalam dekapan Pradipta malam ini, diam-diam berharap ini semua hanya mimpi semata.

***

Hiiii
Ini part 2 ya, sampai ketemu lagi di part 3, Ciao.

Lover of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang