The Witch

3.5K 163 7
                                    

Sebelum baca vote dulu lah.

***

Sebentar lagi, sihirnya akan bekerja sebentar lagi.

Aku berdiri dengan peluh keringat yang membasahi tubuhku, kualirkan sihir milikku seraya merapalkan mantra kuno kepada tubuh mungil yang sedang berbaring di hadapanku. Kulitnya pucat dan dingin, tetapi kecantikannya sama sekali tak menghilang setelah jiwanya pergi. Kutatap wajahnya dengan penuh kasih sayang, sebentar lagi belahan jiwaku akan kembali ke tubuhnya, tidak sia-sia aku menggunakan sihir kuno yang bahkan taruhannya nyawaku sendiri.

Ketika cahaya emas menyelimuti tubuhnya, mataku berbinar, aku menangis terharu, "Akhirnya... akhirnya... Ashleen kesayanganku." bisikku pelan.

Perubahan yang terjadi padanya sungguh signifikan, kulitnya yang dingin berubah menjadi hangat dan segar, bibir pucatnya kini kembali merah merekah, samar-samar aku dapat mendengar detak jantungnya dari posisiku.

Lihatlah cintaku ini, ia sangat cantik sekali, meskipun aku tak mampu menyelamatkan bayi kami yang berada di kandungannya, setidaknya aku mampu membangkitkannya kembali dari kematian.

"Ashleen? Ashleen?!" aku berusaha memanggilnya berkali-kali, ketika bulu matanya mulai bergerak aku menghentikan aliran sihirku dan menyentuh kedua lengannya.

"Kumohon sayang, cepatlah bangun."

Lengannya mulai bergerak, perlahan kedua matanya terbuka, jantungku berdetak sangat cepat, aku tersenyum lebar, di Adamantium, aku telah menjadi penyihir pertama yang mampu menghidupkan kembali makhluk yang telah mati, aku telah menjadi penyihir terhebat sepanjang masa.

Sayangnya Ashleen terlalu lemah untuk meresponku, setelah ia membuka mata ia hanya melihatku sekilas, setelahnya ia kembali tak sadarkan diri.

***

"Hng.."

Aku tersenyum ketika mendapati Ashleen telah sadar, matanya memandangi langit-langit ruangan, aku secara khusus telah menyiapkan ramuan agar ia cepat pulih.

"Kau harus minum ramuan ini." aku membantunya bangun, kusandarkan ia dipelukanku dan menyuapi ramuan buatanku perlahan.

"Mati saja kau, Ares." bisiknya lemah.

Aku sedikit terkejut dengan perilakunya, kukira ia masih belum mampu mengumpat, tetapi rupanya kesayanganku ini pulih dengan cepat. Aku menyeringai kepadanya, setelah aku memastikan ia meminum ramuanku aku mengecup lehernya pelan, "Senang kau kembali sayang." bisikku pelan sebelum isakan tangisnya terdengar.

***

"Seharusnya ia sudah lahir." ucapku dingin.

Kami berdua berdiri di pusara berukuran kecil yang berada di pemakaman keluarga kami, disana diletakkan batu nisan berukuran besar dengan simbol keluarga kami, tak ada nama disana, hanya batu nisan yang sebagian besar kosong dengan keterangan bahwa pemilik batu nisan itu merupakan keturunan dari pasangan yang bernama Ares dan Ashleen.

Kulihat Ashleen yang memandangi pusara tersebut, wajahnya datar dan dingin, tak ada ekspresi rasa bersalah atau kesedihan di wajahnya yang cantik, membuatku berpikir bahwa perempuan itu tak punya hati nurani, tetapi setelah mengingat apa yang terjadi di masa lalu aku menepis pemikiran tak punya hati nurani itu.

Ia tak mengatakan apapun, Ashleen memilih untuk pergi dari sana, aku marah, seharusnya ia merasa sedih atau bersalah dengan kematian anak kami, aku menarik tangannya kasar, dan mencoba menyeretnya kembali ke depan pusara.

"Lepaskan aku!" ia berteriak marah.

"Kau tau kenapa aku membawamu kesini?"

"Aku tak peduli sama sekali! Sekarang lepaskan tanganku!"

Aku tak mendengar ucapannya, kuseret ia ke depan pusara anak kami, kami berdiam disana hampir seharian, aku memaksanya agar merenungi kejadian ini, ia menangis pilu, kenyataan bahwa ia sedang menangisi hidupnya dan bukan anak kami membuatku marah.

***

"Aku sudah mati, tapi kenapa kau malah menghidupkanku lagi?!"

Kami bertengkar hebat sedari tadi, Ashleen tetaplah Ashleen, bahkan setelah ia kuhidupkan ia tidak berterimakasih sama sekali dan tetap menjadi dirinya seperti biasa.

Aku menindih tubuhnya diatas ranjang, wajah cantiknya memerah dan berlinang air mata, cantik sekali, aku suka sekali melihatnya tersiksa dan menderita seperti ini.

Ia meronta dan berusaha mendorongku, tetapi Ashleen bukan penyihir sepertiku, ia manusia biasa yang seharusnya tak mampu bertahan hidup diduniaku, Adamantium terlalu kejam untuk manusia.

"Aku membencimu! Aku membencimu! Kenapa kau jahat sekali padaku?!"

Entah sudah berapa kali ia mengatakan itu, aku tak dapat menghitungnya, tapi aku suka sekali mendengar ia berbicara, kebanyakan ia selalu meneriakiku dan memakiku, tapi hanya dengan ini aku bisa mendengar suaranya selain melalui tangisannya.

"Susah payah aku bunuh diri tapi kenapa-"

"Kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja." aku memotong kalimatnya cepat.

Ia terisak pilu, "Benar, aku tak bisa meninggalkanmu, tapi kenapa di kematianpun kau tetap tak mau melepaskanku?"

Aku memeluk tubuhnya erat, ia berusaha meronta agar aku melepaskannya, tetapi yang kulakukan hanyalah memeluk tubuhnya erat hingga ia sulit bernafas.

"Kumohon, lepaskan aku."

Aku mengecup kepalanya, kueratkan pelukanku karena takut kehilangannya, kepalaku menyusun skenario terburuk ketika aku hidup tanpa Ashleen, sama seperti beberapa minggu lalu setelah kematian Ashleen, aku hampir gila dibuatnya, Ashleen seperti candu yang menetralkan kegilaanku, kewarasanku hilang begitu ia mati karena bunuh diri.

Jantungku berdegup cepat, wajahku memerah, amarah menyeruak, "Jangan bermimpi, sampai aku mati pun aku tak akan melepaskanmu."

Isakan Ashleen semakin pilu, aku sama sekali tak merasa iba, "Kau menculikku dan membawaku ke dunia tak masuk akal ini, kau menghancurkan hidupku Ares."

"Kau milikku, kau milikku Ashleen." aku terus bergumam berkali-kali, takut kehilangannya.

***

Komentarnya jangan lupa, gw butuh apresiasi nih sebagai penulis amatir, jangan lupa saran dan kritiknya ya.

Ciao🌌

San

Lover of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang