The Agreement - First

1.6K 102 5
                                    

Aku merasa bosan dengan kehidupanku saat ini.

Pencahayaan kamar ini temaram, tirainya sengaja dibuka lebar, menampilkan suasana malam kota yang dipenuhi kelap-kelip lampu di bawah sana dari balik jendela besar, dari atas sini semuanya yang ada di bawah terlihat kecil.

Bergelung di dalam selimut tebal tanpa sehelai benangpun sudah menjadi rutinitasku hampir setiap malam, aku menarik selimut hingga ke leher, aku tak suka dengan suhu rendah ruangan, pasti laki-laki ini yang menurunkan suhunya tanpa aku sadari, aku mengubah posisi tubuhku menghadapnya, memerhatikan raut wajah terlelap dari pria ini, terlihat damai dan membuatku ingin terlelap juga.

Hidupku berada di luar jalur bermoral, sudah dua tahun ini aku sangat nyaman dibuatnya, tetapi belakangan ini aku merasa ada yang salah, seperti sesuatu tak berada di tempatnya, aku merasa ada sesuatu yang kurang, tetapi aku masih belum yakin apa itu.

"Tidur, Naomi."

Pria di hadapanku juga tak mengenakan apapun selain selimut tebal yang juga menyelimuti tubuhku, wajah bantalnya sangat terlihat jelas, ia menepuk sisi kosong didepan kami yang menjadi jarak kami saat ini, "Besok kamu upacara kan?"

Aku mengangguk pelan, kemudian menggeser tubuhku dan memeluknya, tubuhnya panas, aku suka sekali dengan kehangatan tubuhnya, aku semakin menempelkan tubuhku kepadanya.

"Dingin?" suaranya masih serak.

Aku menggumam, ia tersenyum lembut seraya memeluk tubuhku erat, kami sama-sama tak mengenakan apapun, tetapi aku tahu pria ini masih waras untuk tak melanjutkan percintaan kami tadi.

"Aku kan udah bilang jangan diturunin suhunya." rengekku pelan.

"Gapapa, biar kamu terus peluk saya semalaman."

Aku memukul sedikit dadanya, ia malah semakin mengeratkan pelukannya, kepalaku menyender di dadanya, aroma maskulin begitu memancar dari tubuhnya.

"Radeva?" panggilku pelan.

"Hm?" matanya kembali terpejam, tetapi aku tahu Radeva masih punya kesadaran.

"Aku mau ngomong serius, kayanya ada yang salah sama hidup aku, kayanya aku-"

"Ssttt." Radeva memotong kalimatku, aku terdiam dan menunggu apa yang akan ia katakan, kenapa ia memotong pembicaraanku? Biasanya ia selalu mendengarkan keluh kesahku sehabis kami bercinta.

"Besok kamu upacara, besok kamu UAS, tidur kamu harus cukup." ucapnya lembut.

Benar apa yang diucapkan Radeva, seharusnya aku langsung tidur saja sejak tadi, jika saja Radeva tak memberitahuku hal ini, mungkin aku akan terjaga sepanjang malam, Radeva memang penasehat terbaik dalam hidupku, aku percaya semua ucapannya semata-mata untuk kebaikanku sendiri.

***

Aku senang sekali jika berhasil mengerjai Radeva seperti ini.

Kali ini aku menggunakan seragam sekolah yang sudah dimodifikasi oleh penjahit langgananku, kemeja putih ketat dan rok pendek di atas lutut, sedikit nakal dibandingkan seragam murid tak bermasalah.

"Naomi, kamu serius pakai seragam seperti ini?"

Aku mengerling ke arahnya, sebenarnya aku mengenakan seragam ini hanya untuk menggoda Radeva, dan seperti yang kuduga konsentrasinya buyar ketika aku lewat di depannya.

"Dua rius!"

Aku berjalan santai sambil menggendong tasku ke meja makan, Radeva yang masih memasak lalu mematikan kompornya, dengan lihai ia mengambil dua telur mata sapi dan meletakkannya di atas piring, kemudian berjalan menuju meja makan.

Setiap pagi Radeva memang selalu menyiapkan sarapan untuk kami, untuk urusan dapur memang Radeva yang akan menangani karena profesinya memang mendukung untuk menguasai dapur, ia adalah seorang chef berbakat, sering mondar-mandir di layar kaca khususnya di acara memasak, usianya 28 tahun, tentunya memiliki restoran entah ada berapa dan dimana, juga wajahnya lebih dari cukup untuk memanjakan mata.

"Nanti bakal banyak laki-laki yang merhatiin kamu." ujarnya seraya melepas celemek yang dikenakannya, Radeva berjalan menuju gantungan dan kembali ke meja makan, sedangkan aku memilih untuk mulai menyantap sarapan.

"Ya, biarin dong, kan kamu ga berhak-" sontak aku langsung menutup mulutku ketika aku sadar apa yang akan aku katakan kepadanya.

Radeva yang seolah tahu apa yang akan aku katakan tak menjawab apapun, ia lebih memilih menyantap sarapannya, tiba-tiba saja suasana di meja makan ini menjadi kaku dan suram, aku paham betul mood Radeva selalu anjlok jika aku baik sengaja ataupun tidak mengingatkan hal ini, fakta bahwa Radeva tidak berhak apapun atas diriku.

Kelakuan kami memang hina, sejak satu tahun yang lalu tanpa status apapun kami melakukan hubungan seks demi kepentingan kami masing-masing, Radeva yang butuh pelampiasan dan ingin bermain aman, tetapi tidak ingin menikah, dan aku yang memenuhi kriteria perempuan kesukaannya dengan kondisi sekarat karena kelaparan adalah kombinasi yang sempurna untuk mengawali dosa ini. Hubungan kami tentu saja simbiosis mutualisme, syaratnya hanya dua, rahasiakan dari siapapun juga, dan tak saling mencampuri urusan masing-masing.

Sangat disayangkan Radeva malah memilih jalur seperti ini, padahal menurutku ia adalah laki-laki yang memiliki potensi besar sebagai seorang pasangan, tetapi sepertinya ini hanya sementara saja, aku tahu suatu saat nanti Radeva pasti akan meninggalkanku dan menemukan perempuan dewasa yang cocok bersanding dengannya.

Lalu seperti apa hubungan kami?

Radeva adalah laki-laki yang baik hati dan tentu saja tidak pelit, ini yang paling kusuka, selain berbagi kehangatan diatas ranjang, kami tidak memiliki hubungan apapun, kami hanya teman baik, tidak lebih, dan aku cukup tahu diri untuk tak menaruh harapan besar padanya, sudah beruntung aku ditolong olehnya, bagaimana aku bisa berharap lebih untuk menjadi kekasihnya?

Sarapanku sudah habis, aku meminum susu yang sudah disiapkan Radeva hingga tandas, setelah meyakinkan diri aku membuka suaraku, "Kamu kan tahu ini tahun terakhir aku, aku lagi jadi senior lho, sesekali dong aku pakai baju kaya gini selama aku SMA, kan ga sampai terbuka kemana-mana. Gimana menurut kamu?"

Radeva menghentikan makannya, kemudian ia tersenyum lembut kepadaku, "Gapapa Naomi, kamu bebas pakai baju apapun yang kamu mau." Ucapnya seraya mengusap pucuk rambutku pelan.

Aku terenyuh melihat senyum hangat Radeva yang begitu memesona, hatiku menghangat hingga aku ikut tersenyum kepadanya, kulanjutkan kembali makanku, pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya, kami melewati sarapan dengan damai.

Aku beruntung sekali bisa bertemu Radeva, aku beruntung bisa mengenal Radeva yang memiliki hati lembut dan juga baik, aku tak peduli dengan berbagai macam sebutan yang ada di masyarakat, sugar daddy, simpanan, pelacur pribadi, aku sama sekali tak peduli, yang aku tahu Radeva telah banyak membantuku selama ini, aku takkan pernah melupakan semua kebaikannya.

Harusnya seperti itu, tapi aku tak pernah tau Radeva memiliki sisi kelam yang seakan menunggu untuk menenggelamkanku ke dalam kegelapan hidupnya.


***

New story! Jangan lupa vote dan commentnya biar makin semangat nih next chapternya hehe.

Lover of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang