Liora - Third

1.4K 101 14
                                    

Ketika Pradipta tengah terlelap begitu dalam, diam-diam aku menyelinap keluar dari dekapannya. Tanpa mengenakan sehelai benangpun aku berjalan menuju kamar mandi dan memutar keran shower, kutatap rintik-rintik air yang mulai berjatuhan menerjang tubuhku, seiring dengan semakin basahnya tubuhku aku juga teringat perbuatan Dipta semalam kepadaku, tangisku kembali berbunyi, kugosok setiap inci tubuhku dengan kasar untuk menghilangkan bekas sentuhan Dipta pada tubuhku.

"Pradipta sialan.."

Menjijikan, aku benci, benci sekali pada Pradipta.

Mengapa setelah sekian tahun terlewati aku tetap lemah dihadapannya?

Aku masih ingat bagaimana pertemuan pertama kami, kami bertemu di acara ulang tahun kakakku yang ke 12. Kukira Pradipta hanyalah salah satu teman baik kakakku yang biasanya akan ia bawa ke rumah untuk bermain bersama. Namun Pradipta lebih dari itu, ia sering hadir di setiap acara yang diselenggarakan keluargaku, dengan sikapnya yang manis dan latar belakang keluarganya yang tidak main-main ia mampu meluluhkan hati semua orang di keluargaku. Sikapnya juga baik padaku, ia bersikap layaknya seperti seorang kakak yang melindungi adiknya, dulu aku senang bermain bersamanya, tetapi ada saatnya dimana sikap Pradipta membuatku sengsara setengah mati, ia mulai membatasi pertemananku tanpa keluargaku tahu akan fakta ini, ia membuatku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk menjadikannya pusat kehidupanku, dan ketika kami berdua saja, ia selalu menunjukkan sisi lain dirinya yang tak pernah ia tunjukkan kepada keluargaku, kesinisannya, keegoisannya, ancamannya, dan juga kata-kata aneh yang baru kusadari artinya setelah aku beranjak dewasa.

Rupanya selama ini Pradipta terobsesi padaku.

Ketika aku menyadari obsesi Pradipta, perlahan aku menjauhinya dan menyingirkannya dari hidupku, aku mulai berpacaran dengan teman SMA ku, aku bermain dan bersenang-senang tanpa menyertakan Pradipta dalam hidupku, tetapi saat itu aku tak tahu, bahwa ada harga mahal yang harus dibayar untuk itu.

Kehormatanku yang ia ambil saat usiaku 16 tahun. Aku tak tahu bahwa Pradipta akan menggila dan murka ketika aku berani menjauhinya bahkan berhubungan dengan laki-laki lain. Sejak saat itu aku takut, takut sekali pada Pradipta. Tak cukup menyiksaku dengan segala tekanannya, ia juga mengancamku agar aku mau menyetujui permintaannya agar kami berdua bertunangan.

Bagaimana aku bertahan menjalin hubungan dengan pria tidak waras seperti Pradipta?

Namun Pradipta tetaplah Pradipta, ia menggunakan segala cara agar pertunangan itu tetap berlangsung, ia mengerahkan kekuasannya untuk memastikanku berada disisinya, mengikatku dengan erat agar aku tak lari kemana-mana hingga rasanya aku mau mati saja.

Saat itu adalah masa-masa terburuk dalam hidupku, kegilaan Pradipta semakin menjadi-jadi ketika kami sudah bertunangan, ia bersikap semena-mena di belakang keluargaku, dan ketika aku mengadu tentang betapa jahatnya Pradipta, laki-laki itu akan memasang wajah malaikatnya hingga tak ada satupun orang yang mempercayaiku. Aku merasa terkhianati oleh keluargaku sendiri, aku merasa sendiri, dan di tengah kesendirian itu, Pradipta selalu ada untukku hanya untuk membuat hidupku semakin sengsara.

Aku mengusap air mataku kasar, aku tak mau lagi kembali ke masa-masa itu, sudah cukup aku mengalah dan membiarkan Pradipta merenggut kehidupan masa mudaku, aku tak akan membiarkannya kali ini.

Aku harus segera pergi dari sini, aku butuh udara segar untuk berpikir saat ini, aku butuh jauh dari Pradipta. Maka setelah kupastikan tubuhku benar-benar bersih dan tak ada aroma seks juga aroma Pradipta di tubuhku aku mengenakan pakaian yang tadi kuambil diam-diam.

Aku menarik nafas dalam sebelum keluar dari kamar mandi, beberapa detik aku diam dibalik pintu ini, lalu setelah siap aku memutar kenop pintu kamar mandi perlahan sekali.

Lover of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang