Aku terinspirasi dari lagu ini btw
***
Satu. Dua. Tiga. Tarik nafas.Berdiri di depan cermin besar ini membuatku melihat dengan jelas bagaimana keadaanku. Aku tak pernah menyangka bisa berpenampilan seperti ini, selama aku hidup aku tak pernah tahu aku mampu mengubah diriku menjadi perempuan yang cantik dan rapuh seperti sekarang.
Aku mengenakan gaun putih berlengan pendek yang panjangnya selutut, rambut hitamku tergerai bebas, aku tahu sekali bahwa pria itu sangat menyukai penampilanku yang polos, ah Aksena, ia tipikal dominan yang sangat menyukai perempuan yang sangat rapuh hingga harus bergantung padanya.
Aksena, jika dia tahu bahwa semua ini adalah rekayasa dia akan membunuhku.
Namun Aksena tidak akan pernah tahu, karena aku akan membunuhnya sebelum ia membunuhku.
"Alika kesayanganku."
Aku lengah, ia sudah berdiri di belakangku entah sejak kapan, aku memandanginya sebentar melalui cermin sebelum berbalik dan berlari kecil ke arahnya.
Seolah seperti kebiasaan ia merentangkan tangannya, menyambutku ke dalam pelukannya, aku memeluk Aksena manja, dan ia balas memelukku erat. Aroma tubuhnya begitu khas, membuatku tertarik secara alami untuk berdekatan dengannya.
"Kapan Aksena pulang?" tanyaku antusias, aku mendongak, rupanya ia tengah menatapku penuh cinta.
Butuh perjuangan untuk membuatnya sampai ke tahap dimana ia sangat-sangat mencintaiku, aku mengorbankan segalanya untuk misi penting ini, mental, dan fisik, tanpa sadar juga aku mulai mengikis karakterku sedikit demi sedikit, tetapi aku tahu bahwa aku harus terus menjaga kewarasanku agar misi ini selesai, dan satu-satunya cara agar kewarasanku terjaga adalah dengan mematikan perasaanku, agar aku bisa segera menghancurkan dinasti milik keluarga Aksena dan sekaligus membunuhnya.
Aku adalah seorang mata-mata, dan aku ditugaskan untuk menghancurkan semua tentang Aksena. Kejahatannya benar-benar sudah tak terhitung.
"Baru aja, aku langsung pulang karena aku tahu kamu ga bisa ditinggal lama."
Aku menggigit bibir bawahku, lalu menenggelamkan wajahku di dada bidangnya.
"How cute." bisiknya seraya mencium puncak kepalaku lembut.
Aksena menarik tubuhku, ia berjalan mundur hingga tubuh kami terjatuh di ranjang, ia menjauhkan tubuhku sedikit dan mengatur agar aku duduk di pangkuannya.
"Alika kangen banget, coba aja kalo Aksena disini terus sama Alika." ucapku manja.
Aku ingat saat pertama kali bermanja-manja dengannya, betapa aku sangat tersiksa harus berakting seperti itu, tetapi semakin keras aku mematikan perasaanku semakin berhasil aku melakukannya, tubuhku seolah terbiasa, beruntungnya aku mudah beradaptasi.
Aksena tersenyum lembut, ia mengecup bibirku pelan, beberapa detik setelahnya Aksena mulai bergerak melumat bibirku pelan, ia menciumku dengan penuh perasaan, tubuhku didekap dengan nyaman, ia seolah memastikan diriku agar dapat merasakan cintanya, secara naluri aku mengalungkan lenganku di lehernya, seiring dengan panasnya ciuman kami, aku meremas rambutnya pelan.
Kami sudah cukup lama dalam hubungan ini, kami sudah melakukan semua hal yang dilakukan pasangan pada umumnya, malam ini akan menjadi malam terakhir untuk kami berdua, karena aku sudah berhasil mendapatkan yang aku inginkan dari Aksena, besok pagi, aku akan membunuhnya.
"Ak..sena." aku mengerang pelan.
Ia melepas ciumannya, wajahnya terlihat sangat mendamba akan diriku, begitu pun dengan aku, aku yakin wajahku memerah, mataku sayu, dan bibirku yang agak membengkak ini terbuka sedikit, tentu aku harus bersikap seperti biasanya, aku harus mematikan perasaanku.
"Damn, you don't know how much I miss you." bisiknya serak.
Aksena menjatuhkan diriku ke ranjang, kami bergeser ke tengah ranjang, kemudian ia mendekapku erat, menciumi rambut hitamku, mengusap punggungku lembut, "Aku sayang banget sama kamu." ujarnya.
Aku membentuk pola lingkaran secara tidak teratur di dada Aksena, bersikap seperti perempuan malu-malu, tetapi aku tak berkata apapun, sejak menjalin cinta dengan Aksena aku tak pernah mengungkapkan perasaan cinta secara verbal, aku tak tahu mengapa Aksena tak pernah menanyakannya, disini hanya dia yang selalu mengungkapkan rasa cintanya secara gamblang.
"Makasih Aksena."
Aksena menghentikan gerakannya, ia memandangku bingung, "Kenapa?"
Aku tersenyum, "Makasih karena udah kasih Alika kesempatan, kalau aja waktu itu Aksena ga nolongin Alika, Alika ga tau Alika udah ada dimana sekarang."
Jika aku perempuan normal, seharusnya aku tidak bersikap seperti ini, pertemuan pertama kami sangat aneh, tapi bagaimanapun juga itu merupakan bagian dari skenario, aku diculik dan hampir menjadi korban perdagangan manusia, Aksena menyelamatkanku dari situasi tersebut, yang ironisnya ia adalah dalang di balik kejahatan tersebut.
"Aku agak ngerasa bersalah soal itu, tapi kalo waktu itu kamu ga ada disana kita ga bakal pernah ketemu."
Aku memeluk Aksena dengan sebelah tanganku, tubuhku semakin bergeser mendekatinya, semakin menenggelamkan kepalaku agar kehangatan yang dimiliki Aksena bisa kurasakan, ia sangat suka sekali jika aku bermanja-manja dengannya.
"Ah.. Aku benar-benar ga bisa ngelepasin kamu. Kamu milik aku kan?"
Kegilaannya Aksena mulai muncul, jika kami sedang berdua ia akan mulai meracau tentang pikiran gilanya akan diriku.
"Kalau bukan Aksena siapa lagi?"
Aksena bangun dari tidurnya, ia bergerak ke atas tubuhku dan mengurungku, "Bilang kalau kamu milik aku."
Aku mengalungkan tanganku ke lehernya, mengecup bibirnya lembut selama beberapa detik, "Alika milik Aksena, Alika selalu milik Aksena."
Aku sempat tak menyadarinya, telinga Aksena memerah, ekspresi wajahnya, tingkah lakunya, sikapnya kepadaku, semuanya benar-benar murni menunjukkan bahwa ia telah jatuh sedalam-dalamnya padaku.
Aksena langsung meraup bibirku kasar, ciuman kami berlangsung cukup lama, kami terengah ketika jarak antara bibir kami tercipta, wajah Aksena memerah, aku tak tahu apakah wajahku juga memerah, sepertinya iya, aku tidak yakin. Setelah beberapa detik dilalui keheningan, Aksena mengecup seluruh wajahku, mulai dari dahi, kedua pipiku, hidung, dan berakhir di bibirku, Aksena turun dari atas tubuhku, kembali mendekapku erat.
"Milik aku, kamu milik aku, cuma aku. Kamu ga bakal pernah bisa lepas dari aku."
Sebelum kami benar-benar terlelap, Aksena terus meracau kalimat-kalimat kepemilikannya akan diriku seperti malam-malam sebelumnya, aku sedikit merinding, kenyataan bahwa aku akan membunuhnya besok membuatku sedikit miris, aku tak bisa membayangkan bagaimana patah hatinya Aksena jika ia tahu semua tentangku adalah rekayasa.
***
Hello!!
Gimana menurut kalian? D'you like it? Gimme your vote and comment!
Masih ada part selanjutnya ya.Ciao, San
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover of Mine
RomanceBaginya gadis itu adalah segalanya, dan ia akan melakukan apapun agar kekasihnya tetap tinggal di sisinya. DILARANG MELAKUKAN PLAGIARISME ❌❌