Part 4 - Divided

129 16 6
                                    

"Huh..."

Jika dihitung mungkin itu sudah kali kelima Historia mengeluarkan nafas panjang. Mungkin tinggal menunggu waktu hingga tatapan Levi mulai menajam padanya. Jangan salahkan Historia jika ia terus-terusan mengeluh dalam diam. Sudah sekitar tiga jam ia terkurung di dalam perpustakaan istana. Baiklah, mungkin terkurung bukanlah kata yang tepat, tetapi tetap saja ia merasa bosan.

"Ruangan ini bisa saja terpenuhi dengan nafas mengeluh milik Yang Mulia," ujar Levi masih dari tempatnya yang sedikit dekat dengan pintu keluar. Seolah ia menjaga agar Historia tidak akan berhasil kabur dari perpustakaan itu.

Mata Historia mulai menyipit dan bibirnya mulai mengerut. "Aku sudah membaca kurang lebih dari lima buku sejarah kerajaan dan apa masih kurang juga?"

"Bukankah kepala parlemen mengutus Anda untuk setidaknya menghafalnya?"

Ekspresi Historia masih tak berubah, "Mungkin akan lebih baik jika aku berbagi beban dengan Levi-san terhadap buku-buku usang ini."

Kepala Levi memutar dan menatap Historia sedikit tak percaya, "Mungkin juga lebih baik jika Anda bertanya taktik perang padaku ketimbang ratusan huruf-huruf di kertas itu. Dan mungkin jika Erwin masih ada, dia akan membantu Anda lebih baik lagi."

Historia sedikit terkejut lelaki itu menyebut nama Komandan Erwin. Dirinya sedikit merasa bersalah karena mengingatkan luka lama. Tetapi kepalanya menggeleng dan menggumam dalam hati, "Tidak. Bukan salahku juga."

"Tapi, Levi-san. Bukankah biasanya master(1) yang menemaniku menelaah dokumen-dokumen ini? Kenapa malah Levi-san?"

***

Beberapa saat sebelum Waren Hoffman, sang Ketua Parlemen menyarankan Historia untuk mempelajari lebih lanjut dokumen dan sejarah kerajaan, Levi diminta menemuinya. Sedikit Levi menaruh sedikit keingintahuan akan hal itu, karena jarang sekali kakek tua itu ingin menemuinya. Seingatnya kakek tua itu selalu memasang ekspresi tak suka jika berhadapan dengannya.

"Kau sudah datang," pemilik suara sedikit serak itu mulai beranjak menuju pintu ruangan dan menutupnya.

Levi sedikit menaruh curiga karena tak ada seorangpun di ruangan itu ataupun di sekitar ruangan. Mengingat sosok di depannya adalah Ketua Parlemen, setidaknya Polisi Militer akan menempatkan satu untuk mengawalnya.

"Aku tak ingin lama berbasa-basi denganmu. Langsung saja kukatakan untuk menjaga Ratu untuk tidak menghadiri pertemuan parlemen kali ini."

Lelaki itu mulai bertanya-tanya, "Apa yang kau maksud dengan mengecualikan Ratu?"

"Oh, tenanglah sebentar, " kakek tua itu sedikit tersentak mendengar nada suara Levi yang mulai naik. "Aku tak ingin berbuat sesuatu yang mencurigakan, hanya saja pertemuan kali parlemen akan benar-benar terbagi menjadi dua sisi. Beberapa parlemen masih beranggapan bahwa Ratu masih terlalu muda untuk duduk di tahta."

"Dan menurutku kau bukankah parlemen yang ada di sisi satunya," perkataan itu seolah membaca pikiran Waren.

Waren malah tersenyum tipis, "Aku akui kau benar. Tapi aku masih menganggap darah kerajaanlah yang paling pantas duduk di tahta."

Kerutan di dahi Levi mulai terlihat. Ia kurang setuju dengan permintaan yang ditujukan padanya.

"Kau hanya perlu menemani Yang Mulia Ratu di perpustakaan hingga pertemuan itu selesai."

"Mungkin lebih baik jika kau katakan untuk mengawasi Yang Mulia Ratu untuk terkurung sementara di perpustakaan."

Perkataan mantan Kapten itu membuat Waren sedikit terkejut, "Huh, kau benar-benar tak suka untuk berbasa-basi."

"Baiklah. Tapi aku hanya setuju untuk menahannya selama tiga jam dan tidak lebih."

Waren menyukai kesepakatan itu.

***

Levi mendecak kesal. Bisa-bisanya kakek tua itu masih belum mengabarinya setelah menahan Historia untuk tiga jam. Dan subjek di depannya pun terlihat mulai bosan dan lelah.

"Jadi, kenapa bukan master(1) yang menemaniku?"

"Apakah Anda keberatan?"

Jawaban itu sedikit diluar dugaan Historia, "Hmmm... Bukan keberatan, tapi mungkin terlihat aneh?"

"Apa yang aneh Ratu ditemani pengawal pribadi kerajaan?"

Historia tak merespon. Lelaki itu ternyata memiliki bakat untuk berdebat lebih hebat daripada yang ia kira. Ia kembali mengeluarkan nafas mengeluh, "Baiklah. Aku akan membaca satu buku sekali lagi. Lebih dari itu aku akan memberontak untuk keluar."

"Seorang Ratu? Memberontak?"

"Oh, ayolah, Levi-san. Bukankah Ratu memiliki wewenang paling tinggi?" jawabnya dengan senyuman penuh kemenangan.

***

Note:

1. Master: mentor kerajaan yang menangani pendidikan keluarga kerajaan.

PS. Another apologize for late updating :')

Five Feet and Below [Levi x Historia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang