Nara membuka ruang kerja pribadi Jonas. Ia memunculkan kepalanya di celah pintu. Memastikan Jonas memang berada di ruangannya. Dan ya, Jonas sedang berdiri di dekat jendela. Pria paruh baya itu bekerja dari rumah.
Jonas menatap anaknya dengan pandangan menyipit.
"Apa?" tanya Jonas tanpa basa-basi.
"Hehe, enggak." Nara menggaruk rambutnya. Ia masuk dan menutup pintu.
"Papi~"
"Apa?"
Jonas meletakkan dokumen yang dipegangnya dan juga melepaskan kacamata bacanya. Ia menatap anaknya yang berjalan pelan ke arahnya.
"Papi capek ya? Mau Nara pijitin?" Nara menuntun Jonas supaya duduk di kursi kerjanya.
Jonas menyeringai, "Pasti kamu lagi nggak punya duit kan?"
Nara langsung menepuk pundak lebar Jonas. "Ih suudzon aja terus!"
"Loh Papi nggak suudzon!? Orang kamu kalo mau minta duit pasti modusnya kaya gini terus. Persis kaya Mami. Baik kalo ada maunya."
"Aduin ke Mami ah~" ucap Nara kemudian mengambil sikap pergi.
"Heh! Jangan berani-berani!" cegah Jonas. Marahnya nyonya besar membuat Jonas takut.
"Iya-iya, Papi." Nara mencuri kecupan ringan di pipi sang papi tersayang.
"Pijatan Nara enak nggak, Pi?" tanya Nara. Jonas memilih anggukan sebagai jawaban. Ia menikmati pijatan putrinya ini.
"Pi, Nara mau nikah."
"Apa? Nikah? Kamu nggak ngisi duluan kan?!" Jonas yang terkejut langsung membalikkan badannya menghadap Nara.
"Ya Tuhan, Papi! Lama-lama Nara cekik aja nih. Dah tua bawaannya suudzon mulu." kesal Nara.
"Kamu tuh bikin Papi kaget. Boro-boro bawa cowok ke rumah, Papi denger kamu pacaran aja nggak pernah." ceplos Jonas seenaknya. Tapi memang kenyataannya Nara tidak pernah terlihat ataupun terdengar menjalin hubungan dengan seseorang kecuali saat di masa sekolah dulu.
"Gimana Nara mau punya pacar?! Coba tanyain ke Bapak Agung Suryo Soedigta!"
Agung Suryo Soedigta adalah nama dari eyang Nara yang berada di Chicago. Alias ayah kandung Jonas. Kenyataannya Nara tidak di perbolehkan pacaran oleh Eyang Agung saat tinggal di sana.
"Emangnya kamu nikah mau sama siapa? Udah ada calon?"
"Ada. Nara mau nikah sama Damar. Nggak mau yang lain."
•••
Baru saja Laureen memijakkan kakinya di lantai dimana ruangannya berada setelah makan siang, kini harus kehilangan mood nya sebab orang tempo hari berdiri gagah tidak jauh dari meja sekretarisnya.
Mengingat ini masih di lingkungan perusahaan, Laureen berusaha untuk ramah. Ia memaksakan tersenyum manis ke arah pria itu.
"Siang, Tuan Dirgantara." sapa Laureen sembari tersenyum.
Pria yang dipanggil Dirgantara terkekeh mendengar nada bicara wanita ini. "Siang juga, sayang."
Laureen mendelik. Pria itu benar-benar menguji emosi Laureen yang bersumbu pendek. "Terdengar tidak sopan sekali ya, Tuan? Hehe," desis Laureen.
"Tidak sopan? Bagian mana? Katakan perkataan ku yang mana yang tidak sopan?"
Laureen ingin sekali melepas heels nya yang ia pakai dan melayangkannya ke wajah pria ini. "Lupakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moira [END]
FanfictionDamar telah resmi menyandang status 'menantu' dari majikannya sendiri. ⚠️ Markhyuck GS/GenderSwitch dldr