15

10.4K 1.3K 72
                                    

Seminggu berlalu dan Damar sudah resmi menjadi pemegang sepenuhnya perusahaan milik Yudananto. Damar tahu betul ini bukanlah mudah. Perusahaan raksasa yang Yudananto miliki berapa ratus ribu karyawan yang bergantung.

Peresmian Damar tentu saja mengundang keraguan dewan direksi. Bagaimana bisa seorang dengan tamatan SMK lalu menempuh pendidikan hanya selama 3 tahun tanpa pengalaman bekerja apapun bisa memimpin perusahaan besar?

Tetapi pertanyaan tersebut dipecahkan oleh Damar di hari kelima bekerja. Semua karyawan menyukai gaya kepemimpinan seorang Damar.

"Halo, Van. Hari ini saya ada jadwal lain tidak?" tanya Damar melalui sambungan telepon.

"Tidak, Pak." jawab Evan, pria yang menjabat sebagai sekretaris Damar.

"Ok, terimakasih. Saya hari ini izin keluar ya Van sampai pulang."

"Siap, Pak."

Damar menutup panggilannya. Ia bersiap untuk pulang. Ah tidak, lebih tepatnya bersiap ke kediaman Jonas Seodigta. Berniat mengajak Nara untuk makan siang bersama.

Di jalan menuju rumah Nara, Damar tersenyum sendiri membayangkan betapa romantisnya ia dan Nara makan siang di restoran yang sudah Damar reservasi sebelumnya.

Damar mengernyitkan dahinya saat sebuah mobil asing yang mengikutinya dari belakang. Bahkan sampai parkir di samping mobilnya. Apakah tamu dari Jonas?

Langsung saja Damar turun dari mobilnya. Bertepatan dengan pemilik mobil di sampingnya yang juga keluar dari mobil.

Pandangan mereka bertemu. Dan mereka sama-sama berpikir bahwa mungkin mereka adalah tamu dari tuan besar rumah ini.

Damar melangkah lebih dulu. Sementara seorang pria muda mengikutinya dari belakang. Tangan Damar terulur memencet bel dan menunggu seseorang membuka pintu.

Tak memakan waktu lama, seseorang membuka pintu tersebut dan ia dikejutkan oleh dua pria tampan yang berdiri di hadapannya. "Nak Damar? Mas Sean?"

Ternyata Bi Asih yang membuka pintu tersebut. Bi Asih mempersilakan keduanya untuk masuk terlebih dulu. Sebelum menanyakan perihal apa yang membawa mereka bertamu ke rumah Seodigta.

Damar dan Sean mendudukkan dirinya di kursi tamu. Mereka duduk saling berhadapan. Sedangkan Bi Asih berdiri tidak jauh dari kursi tamu.

"Nak Damar dan Mas Sean ada perlu apa ya kemari?" tanya Bi Asih.

"Nara ada Bi?" tanya Damar dan Sean bersamaan. Mereka saling memandang sebab terkejut dengan tujuan mereka yang sama-sama mencari Nara.

"Em, ada. Mbak Nara ada di rumah. Sebentar Bi Asih panggilkan dulu. Sebelumnya Nak Damar dan Mas Sean ingin minum apa?"

"Tidak usah, Bi." kedua kalinya mereka menjawab secara bersamaan. Membuat mereka kembali memandang satu sama lain. Seorang Damar yang ramah dengan orang lain kini baru saja menatap datar kepada orang di seberangnya ini.

"Yasudah Bi Asih izin manggil Mbak Nara dulu ya. Nak Damar dan Mas Sean tunggu sebentar," pamit Bi Asih.

Damar mengambil ponsel miliknya di saku dalam jas nya. Mengecek email-email baru yang mungkin saja penting. Merasa tidak ada yang terlalu penting, Damar mematikan ponselnya dan menyimpannya kembali.

"Teman Nara?" tanya Damar berbasa-basi. Pada dasarnya Damar tidak bisa untuk tidak beramah tamah dengan orang baru.

"Yaa begitulah. Anda sendiri?"

"Sama seperti Anda." jawab Damar. Tidak mungkin 'kan ia menjawab kalau Nara adalah calon istrinya sementara ia belum melamar Nara.

Suara langkah kaki terdengar di lantai marmer rumah besar ini. Nara yang masih berbalut kaos putih kebesaran dan dengan rambut yang dicepol serta tak lupa kacamata bacanya, menghampiri kedua pria yang berpakaian rapi. Kali ini ia sudah mandi.

"Ada apa?" Nara mendudukkan dirinya di kursi single yang satu garis dengan meja.

"Makan siang?" tawar Damar cepat. Ia takut keduluan dari Sean.

"Kita ada janji kan mau pergi?" tanya Sean. Ia sedikit jengkel saat Damar lebih dulu daripada dirinya.

Mendapatkan dua penawaran sekaligus membuat Nara terbingung. Kedua pria ini tanpa memberikan kabar padanya tiba-tiba sudah ada di ruang tamu rumahnya. Dan sekarang mereka mengajak pergi dan makan siang?! Astaga.

"Bukannya besok?"

"Tapi aku maunya hari ini." jawab Sean.

"Kalian sudah memiliki janji untuk pergi bersama besok, jadi hari ini Nara makan siang sama saya." ujar Damar dengan sedikit senyuman.

"Kamu nggak mungkin usir aku kan?" Sean memasang wajah memelasnya.

"Janji kalian itu besok. Itu artinya kalian perginya besok. Bukan haru ini. Kalau hari ini Nara makan siang sama saya dulu." Damar tidak mau mengalah. Lagian janji mereka adalah besok. Jadi sudah seharusnya mereka pergi besok.

"Tapi saya maunya hari ini. Besok saya sibuk." ujar Sean yang juga tidak mau mengalah.

"Besoknya lagi."

"Saya sibuk."

"Besoknya lagi."

"Saya sibuk.

"Besoknya lagi."

"Saya si–

"Apa sih?! Kalian aneh banget deh. Dateng-dateng ngajakin pergi sama makan siang. Emangnya siapa yang mau pergi sama makan sama kalian hah?" Nara sebal dengan tingkah mereka. Menyesal telah meninggalkan kegiatan mendesainnya hanya untuk menghampiri mereka yang datang ke rumahnya.

•••

Akhirnya Nara menerima tawaran keduanya. Ia menyamankan diri duduk di kursi kemudi. Tak lupa ia juga menggunakan kacamata hitamnya. Ia menengok ke arah kursi penumpang di belakang yang sudah terisi oleh Damar dan juga Sean. Kedua pria itu duduk diam sesuai perintah Nara.

"Nah, kalo akur gini kan ganteng." ledek Nara kepada Damar dan Sean.

Karena mengikuti Nara, Damar terpaksa membatalkan reservasi yang sudah ia konfirmasi. Tak apa, yang penting ia bisa makan siang bersama Nara. Mendapatkan mutiara mahal juga perlu perjuangan.













Sean Alandraka Bumi

nara cantik kiw bagi tipsnya dong biar direbutin buaya-buaya tampan🤨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


nara cantik kiw bagi tipsnya dong biar direbutin buaya-buaya tampan🤨

tbc.

Moira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang