14

10.3K 1.4K 70
                                    

Puas mengelilingi kebun binatang, mereka akhirnya pulang. Dengan Damar yang mengantarkan Nara dan Kaia pulang. Sebab Raden mendadak dihubungi oleh Athena untuk mengambil beberapa busana di butik.

Untuk kedua kalinya Nara harus berada di dalam satu mobil bersama Damar. Menolak pun tidak bisa. Kaia tidak mau berpisah dengan Damar.

Di dalam mobil Kaia duduk di pangkuan Nara. Nara memberikan dot susu lainnya yang masih terisi penuh kepada Kaia. Pipi gembil bayi itu menempel di atas dada Aunty nya. Efek mengantuk dan ingin segera tidur siang.

Hati Nara mulai sedikit was-was. Ia sangat paham kebiasaan Kaia saat akan tidur. Semoga saja bayi itu tidak melakukannya. Setidaknya untuk saat ini.

Tangan mungil itu mulai menggerayangi dadanya. Dengan segera Nara menjauhkan tangan mungil Kaia. Namun Kaia yang keras kepala seperti kedua orang tuanya kembali melakukan aksinya.

Lagi-lagi Nara menyingkirkan tangan mungil nakal itu.

"Ntyyyy~" sungut Kaia sebal.

Sungutan Kaia membuat Damar menatap bayi itu. "Kenapa?"

"Nggak. Nggak apa-apa. Udah lo fokus nyetir aja." jawab Nara cepat. Ia tidak ingin Damar sampai salah fokus.

Tak butuh waktu lama Kaia sudah tertidur pulas di pangkuan Nara. Dot susu yang berada di mulutnya sudah terlepas. Nara membenarkan posisi duduk Kaia supaya bayi itu terlelap lebih nyaman.

Nara mengambil ponselnya di dalam tas dengan satu tangannya. Senyum cantik Nara terbit begitu saja ketika membaca banyak pesan dari teman-temannya. Lalu ia membalasnya satu persatu. Selepas itu ia masukkan ponselnya ke dalam tas lagi.

Nara memandangi Kaia yang tertidur sangat nyaman di pangkuannya. Ia teringat dengan ucapan Damar. Bohong namanya kalau hati Nara tidak berbunga. Tapi bayangan pria itu yang meninggalkannya tanpa kabar membuat hati Nara kembali sakit.

Mengerti jika Nara bukanlah siapa-siapa bagi Damar, tapi apakah Damar peka dengan sikapnya yang sudah terang-terangan?

Tidak mungkin Damar tidak menyadarinya. Kejadian saat Nara mabuk dulu adalah bukti nyata. Ah, entahlah.

Sampailah mobil mereka di halaman luas kediaman keluarga Seodigta. Nara kesulitan saat melepaskan seatbelt sebab tertahan oleh Kaia di pangkuannya. Damar uang yang melihatnya pun berinisiatif untuk membantu.

"Kaia sama saya,"

Dengan penuh kehati-hatian, Damar mengambil alih Kaia. Bayi itu menggeliat namun tak lama kembali tidur di bahu lebar Damar. Seperti kemarin, pria itu meninggalkan Nara lebih dulu.

Nara yang turun dari mobil Damar sembari memasukkan botol susu Kaia membuat jalannya tidak fokus. Dan alhasil menabrak sisi kanan punggung Damar. Untungnya tidak terlalu keras sehingga tidak sampai membangunkan Kaia dari tidurnya.

"Kenapa berhenti tiba-tiba sih?" protes Nara.

Damar hanya diam layaknya orang yang berpikir keras. Tidak peduli dengan Damar, Nara hendak kembali melanjutkan jalannya namun tiba-tiba tali tasnya di tahan oleh Damar.

"Apa sih!?"

"Temenin saya makan siang." ucap Damar cepat tapi Nara bisa menangkap ada nada gugup yang tersimpan.

"Hah?" kejut Nara.

Merasa kagok sebab beberapa langkah lagi mereka sampai di pintu utama. Kenapa Damat tidak mengatakannya saat di perjalanan tadi? Pasti Nara akan langsung mengiyakan

Memang saat di kebun binatang tadi pria itu belum makan dan hanya minum sebotol air mineral.

"Kenapa nggak bilang pas di jalan tadi? Sekarang makan siang disini aja." ucap Nara.

Moira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang