Haii! I'm comeback!
▪ Udah tekan bintang?/Vote.
▪ Sering sering komen ya gengs! Biar authornya juga semangat ngetik.❤
▪ So, Happy reading!
Enjoy ~
______________________________________
Suara tembakan pistol menggema dalam ruangan kedap suara. Suaranya terus bersahutan, berlomba anak peluru mana yang akan mengenai tengah titik merah. Ruangan serba putih, luas dan panjang. Semua penghuninya memegang pistol. Di dalam garis semua mata jadi menajam menatap titik merah tepat pada dada patung, tangan yang terulur kedepan menarik tukas pistol hingga mengeluarkan suara yang nyaring.
Di sinilah tempat Acha sekarang. Intelejen School. Tempat dimana para ahli senjata dan persenjataan tersedia. Di mana semuanya di latih tekun dalam tekanan, penuh ketegasan dan kedisiplinan. Menjadi anak bangsa yang benar-benar pintar dan cekatan, pasti akan melihat tempat ini.
Mata Acha tak lepas dari titik merah pada patung, matanya sangat tajam bagaikan singa ingin menerjang mangsanya. Kepalanya agak memiring. Deru nafas Acha terdengar jelas, sangat pelan dan teratur. Gadis itu memakai headphones khusus yang sudah di sediakan.
Dor!
Satu tembakan membuat patung putih yang jauh di depannya itu hancur. Tembakannya tepat di titik merah--yakni bagian jantung pada patung.
Acha menghembuskan nafas kasar. Lalu sedetik kemudian, gadis itu menembakkan peluru secara brutal ke seluruh patung yang berbaris. Hanya memakan waktu 30 detik semua patung-patung itu sudah hancur tak terbentuk.
"Gotcha!" Pekik Acha bangga.
Gadis itu cengengesan saat baru menyadari bahwa dia dalam pengawasan salah satu mafia yang sedari tadi mengawasinya dari belakang.
Deretan gigi gadis itu terlihat jelas sampai mafia itu pergi.
Acha cepat cepat membuka headphonesnya, headphones itu terhubung langsung dengan Digital Room. Semua kata yang terlontar dari mulut terdengar langsung, juga nafas dan detak jantung. Hal itu menyebabkan Digital Room disebut ruang paling berbahaya setelah ruang untuk para penghianat agen rahasia.
Acha menyapu pandangannya. Sama sekali tidak ada yang gadis itu kenal disini. Semuanya fokus berlatih, ada juga beberapa yang istirahat mengelap keringat. Ini pertama kalinya Acha ke lokasi ini. Lokasi keramat, dimana tak semua orang yang tahu.
Acha lagi lagi menyapu pandangannya, seluruh sisi dan sudut di kelilingi para mafia. Ia sendiri ngeri melihat badan mereka yang besar dan persenjataan mereka yang tertempel di tubuh. Memang, di sekolah intelijen ini diawasi langsung oleh para mafia.
"Kay."
Acha tersentak, spontan langsung menoleh kesamping mendapatkan Lucy yang membawa 2 buah iPad.
Acha berdecak kesal. "Ck! Kemana aja sih lo? Gue tungguin juga."
"Ini, ada yang mau gue tunjukin ke elo!" Ucap Lucy serius, menyodorkan satu buah iPad pada Acha.
"Apaan nih?" Tanya Acha setelah beberapa melihat isi iPad yang ditunjukkan Lucy.
"Sesuai yang lo lihat, ini materi misi kita selanjutnya." Jawab Lucy.
Acha mengernyit bingung. "Kelanjutan misi kita yang kemarin?"
Lucy menggeleng cepat dengan raut gelisah. "Bukan. Lain dari yang sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Hidden
FantasyMenghadapi keluarga yang hampir hancur, dan terjebak dalam agen rahasia. Tak lupa dengan kisah cinta yang tidak pernah tak berakhir dengan tangis dan kecewa. ____ "Berhenti belain dia terus!" "Nana pacar gue!" "Sedangkan aku tunangan kamu!" _____ "...