Diklat jurusan Geska, dan...ada lah pokoknya

3.1K 734 746
                                    



Halooh, selamat datang di kehidupan Barista. Tapi di part ini aku gak yakin mau dikasih tag 🔞🌚 apa enggak.
Ya pokoknya kalau mungkin kalian tidak nyaman bolehlah dibaca cepet atau dilewati beberapa bagian wkwkwkw

Untuk work Katanya Mahasiswa(?) akan aku beri target, ya. 700 vote dan minimal 700 komen aku baru akan update kelanjutan ceritanya. Yuk, biar saling semangat dan bareng-bareng ngereceh di lapak cogan-cogannya.









Kalau sudah membahas diklat jurusan, yang dirasakan para mahasiwa baru itu ada dua. Golonan satu itu golonan yang semangat setengah mati, seperti terpilih menjadi anak setenah Dewa dan akan mendapatkan pengalaman berkemah yang tidak jauh berbeda dengan Percy Jackson. Apakah nanti akan mendapatkan pengalaman luar biasa yang bahkan bisa disamakan dengan perjalanan mencari kitab suci? Ya, tidak tahu. Tergantung jurusannya apa dulu.

Tapi untuk kategori yang satu ini, sepertinya malah lebih banyak point votingnya. Dibilang semangat juga tidak, tapi mau menolak juga yang benar saja. Masih mahasiswa baru kok sudah mau cari masalah. Pokoknya ikut dan ingin cepat-cepat selesai dan pulang. Atau berpikir jika diklat jurusan itu merepotkan karena nanti mandinya gantian, belum lagi kalau ada insiden dalaman tidak sengaja tercebur di bak mandi.

Duh, Levi mengingat pengalaman itu ketika perkemahan Sabtu Minggu waktu SMP dulu. Tidurnya juga sebentar, malamnya dikecup-kecup sama nyamuk. Apalagi jika harus dilakukan di bumi perkemahan. Sudah otomatis berteman dengan kodok dan was-was ketika tidur kalau ada kadal yang tiba-tiba patrol malam-malam di atas sleeping bag. Pengalaman yang tidak ingin dibagikan pada siapa-siapa, pikir Levi.

Nah, sekarang permasalahannya ada pada Geska. Kemarin dia sudah bertanya pada Levi apa itu diklat jurusan. Berdasarkan penjelasan singkat ala kadarnya sebab tidak ingin mendadak jadi pemateri, Geska mengerti jika ini adalah pendidikan dan pelatihan dari jurusan yang akan mengampunya selama empat tahun ke depan. Apa saja kegiatannya, Geska juga tidak sepenuhnya tahu.

Levi ini sebenarnya diam-diam khawatir, jadi tidak mungkin dia meninggalkan Geska begitu saja karena kalau nanti ketiduran, sudah pasti runyam urusannya. Jadi, ketika sosoknya mendadak begitu berwibawa kendati wajahnya sudah sedatar papan cucian Ibu kos Susi, Geska juga menurut saja waktu Levi bilang dia harus berangkat lebih dulu.

"Sudah bawa obat nyamuk belum?" tanya Levi memastikan sembari menunggu di atas motor matik berwarna merah miliknya, "Nyamuknya sudah seperti pterodactyl."

"Itu nyamuk apa dinosaurus?" lugu Geska dan menimpali saja lelucon Levi yang tidak ada lucu-lucunya.

"Sepupunya," datar Levi. "Sudah ayo cepat, aku malas kalau di suruh push up karena telat briefing."

Langit juga masih belum terang sepenuhnya, jam empat Subuh dan Levi rasanya ingin menggerutu kenapa berkumpul panitianya pagi sekali. Kalau Geska sebenarnya tidak terlalu memprotes, lebih baik berangkat dengan Levi dibandingkan terlambat sebab ia tidak cukup pandai bangun pagi. Tukang tidur, sampai kakak bilang,

"Nanti kalau sudah mulai aktif kuliahnya, jangan lupa cari pacar. Setidaknya ada yang bangunin tidur."

"Ada alarm."

"Alarm sudah terlanjur patah hati kau abaikan setiap hari."

"Ada kak Levi."

"Jangan merepotkan Levi terus. Kau bukan adiknya."

Yeee, padahal kan Geska ini sudah dianggap adik sama Levi. Geska juga sebenarnya tidak paham kenapa kakaknya itu sering sekali berpesan sedikit-sedikit Levi ini Levi itu, Geska jadi curiga mereka berdua ini berbau ikan,something fishy. Ketika mengingat percakapannya dengan sang kakak, Geska refleks bertanya dari belakang punggung Levi. "Iya kan, kak?"

Katanya Mahasiswa(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang