Ada yang terbakar, tapi bukan emosi

270 46 14
                                    

Karena banyak DM positif yang masuk, Katanya Mahasiswa akhirnya update! Yes, dan bertepatan dengan tahun ketiga bulan puasa hahahaha. Lucu, sih ini cerita receh update nya jadi setiap bulan puasa :')











Selain berkumpul dalam acara hura-hura di salah satu kedai kopi lantaran minim kegiatan, tentu saja acara semacam ini juga disenangi para mahasiswa. Sederhana, tapi saat diikuti dan dilaksanakan, memang sangat menyenangkan.

Yaitu kegiatan masak-memasak bersama-sama. Benar. Kalian tidak salah baca. Kenyataannya, kegiatan yang terkadang terasa seperti uji kemampuan Master Chef ala kadarnya banyak disenangi. Lucunya, yang senang kegiatan seperti ini malah yang tidak bisa memasak sama sekali. Mereka enak, tinggal berdiri, mengikuti sang ahli masak ke mana-mana seperti ikan remora sembari membawa piring dan sendok sebagai senjata utama untuk menjarah daging-daging bakar yang baru matang dari panggangan.

Ada tiga juru masak ahli di Barista. Satu Arya, dua Levi dan ketiga adalah Geska. Sisanya tim hore dan tukang cuci piring saat acara memasak dan makan-makan selesai. Setidaknya, masing-masing dari Barista memiliki kesadaran diri tinggi.

Pembelaannya Aditya, Juna, Vincent dan Jimmy memiliki alibi kuat. Katanya, hanya jadi tim haha-hihi membutuhkan tenaga dan observasi ekstra untuk melihat, mana masakan yang matang terlebih dulu. Vincent dan Jimmy juga membuka jasa icip-icip plus tukang komentator untuk masakan yang kekurangan penyedap rasa. Generasi micin tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Berbeda dengan rumah-rumah di luar negeri, di mana halaman belakangnya luas dan dihias indah untuk menjadi tempat pesta daging bakar, tentu saja di rumah Arya yang dijadikan tempat pesta barbeque adalah halaman depan. Singkirkan dulu sentuhan suasana luar negeri karena di kampung Arya kebanggan lokal adalah nomor satu.

Sebenarnya Arya punya halaman belakang, tapi sudah dipetak-petak untuk kandang ayam, bebek dan juga angsa. Terlebih tanaman toga obat-obatan milik ibu Arya rimbun bukan main. Alhasil, tidak malu untuk merakyat dengan masyarakat, halaman depan bersama dengan terasnya bukanlah tempat yang buruk sebagai tempat bakar-bakar daging. Halaman depan rumah Arya berumput hijau segar yang dirawat seperti anak sendiri oleh ayah Arya, saat sore hari pun terasa menenangkan untuk didapati.

Meja kayu besar di letakakkan di tengah-tengah. Beberapa kursi kayu tinggi di tata melingkar untuk siapa pun yang ingin duduk dan membantu memotong daging dan sayuran segar. Sementara meja teras berisi teko kopi, teh dan juga es jeruk sebagai opsi minuman pelepas dahaga para Barista berserta Cecil maupun Adinda.

Aroma gurih saus yang dioleskan pada daging mulai menari-nari di udara. Tangan Geska dengan lihai membolak-balikkan daging di atas panggangan. Sempat berganti kaus dari warna putih menjadi hitam, sebab tidak ingin ada noda saus kalau-kalau sesi memanggangnya berantakan di sana sini. Kedua mata bundar Geska fokus, sefokus tenggorokannya yang menalan saliva berkali-kali. "Wah, sausnya terlihat enak. Bang Levi memang jago kalau membuat resep seperti ini. Benar apa kata kak Verly." Melirik ke arah daging yang matang dan mentah di atas meja, Geska lalu menambahkan. "Tapi apa dagingnya tidak kurang?"

Levi yang mengoles saus racikannya ke arah daging mentah menimpali. "Ditambah saja, tadi beli lebih, kok. Nanti bisa dibagi-bagi juga ke tetangga Mas Arya kalau dimakan sendiri terlalu banyak."

Saran itu tidak terdengar buruk, malah disetujui oleh Barista yang mendengarnya. Geska lalu melihat ke arah si pemilik teritori resmi. "Mas Arya, daging sapinya ada di mana?"

"Seharusnya ada di kulkas," jeda Arya saat memanggang sosis di alat panggangan lain. "Tadi Adinda yang menyimpannya. Di bawa keluar semua saja, biar sekalian memanggangnya."

Aditya yang mendengarkan mereka, terlihat selesai menata gelas kertas di atas meja. "Oke, tunggu sebentar, biar—"

"Biar aku saja yang mengambilkan." Vincent langsung berdiri, mengupas jagung manis tidak lagi menarik, sebab manisnya berpindah pada bibirnya yang tersenyum. "Selain daging mau diambilkan apa lagi? Sosis? Jagung bakar?"

Katanya Mahasiswa(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang