|16| Gebetan

773 124 21
                                    

.
.
.

|16|

Gebetan


Aku keluar dari ruangan Dirga untuk meminta air, namun yang kutemukan hanya ada Damar dan gebetan barunya, Alea sedang ngobrol asik di atas stool, bertemankan segelas lemonade dingin dan kue kering. Kalau tidak salah, sudah sekitar tiga mingguan lebih sejak acara kencan itu. Dari sana, keduanya sudah semakin dekat dan terbuka. Hubungan mereka kini tidak hanya sebatas pergi ke kafe atau nonton bioskop saja, tampaknya Alea sudah cukup akrab dengan keluarga ini sampai-sampai tidak segan untuk datang berkunjung setiap akhir pekan.

Tanpa mengacuhkan keberadaan mereka, aku melewati meja kemudian membuka kulkas untuk menemukan botol air dan susu kotak milik Dirga.

"Oh, ya, ada ice cake di frezer buat Dirga dari Alea," Damar menginformasikan.

Sekilas, aku melirik sebelum membuka frezer yang di dalamnya terdapat sebuah kotak tanggung berisi ice cake kesukaan Dirga.

"Semua?" tanyaku sambil mengangkat kota tersebut.

"Sini dulu, gue potongin," Damar melambai, lantas meraih pisau dari knife holder di sampingnya. Aku pun melangkah maju menghampirinya.

Dia membuka kotak itu dengan hati-hati. Saat pisau itu hendak menyentuh permukaan kue, mereka melanjutkan percakapan.

"Minggu depan, kamu mau liburan? Yang dekat-dekat aja, kayak ke puncak," tanya Alea dengan nada sedikit merengek, tanpa memperhitungkan bahwa bukan hanya dirinya saja dan calon pacarnya di ruangan ini.

"Sorry, tapi kayaknya bakal susah kalau nggak libur panjang," Damar menyahut santai. Melihat ada sedikit ekspresi kecewa dari lawan bicaranya, segera ia melanjutkan, "Perginya sekitar sini aja, gimana? Mau nonton, atau makan?"

"Nonton aja kali, ya? Tapi, lanjut makan."

Sesaat, Damar menghentikan gerakan tangan. Lalu, memandang perempuan di sampingnya itu, dan mengangguk.

"Boleh."

Sementara itu, aku yang macam umbi-umbian, terpaksa harus berpura-pura untuk tidak mendengar percakapan mereka.

Aduhhh, memang harus ya mereka bicara sekarang? Kalau mau merencanakan kencan, tolong simpan saja semua sendiri!

"Udah, belum?" tanyaku tak sabar, langsung memutus perbincangan mereka.

"Sebentar," Damar kembali mengiris, kemudian membaginya ke piring.

Segera kuambil piring tersebut tanpa diperintah. Sebelum pergi, sempat aku menoleh.

"Kalau mau makan, mampir ke Retro aja. Ada potongan buat pasangan kalau pas malam minggu," kataku merekomendasikan. Setelah ini aku harus minta bayaran ke Mbak Sita karena telah mempromosikan kafenya.


"Udah dekat aja perasaan. Katanya, belum move-on," aku mencibir lirih sambil menutup pintu kamar.

"Dih, memang omongan nggak bisa dipegang, bisanya di-screenshot!"

Dirga yang melihatku masuk sambil komat-kamit, hanya menatap penasaran.

Matchmaking! [Ganti Judul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang