|07|
Perhelatan
Memandang skeptis kedalam ballroom, aku kembali menghentikan langkah sambil merapikan dress putih selutut dengan lengan sepanjang siku. Kulirik kaca menatap kearah ikatan rambut bergelombang rendah yang sengaja kusampirkan ke depan. Oke, aku tidak jelek-jelek sekali kok. Lumayan lah.
Setibanya disana, aku tidak langsung masuk. Bengong sebentar di depan, menatap orang-orang yang berlalu lalang. Hingga tibalah saat kedua mataku terpaku pada rangkaian bunga di depan berisi ucapan selamat dari para rekan dan sahabat untuk sang mempelai. Danu dan Lolita.
Salah tidak sih kalau ada sedikit rasa iri dan kesal melihatnya? Ingin menendang dan menghancurkannya?
Ku hentakkan kaki tanpa sadar, lantas berjalan cepat ke arah para penerima tamu yang tak pernah melunturkan senyuman.
"Selamat datang," sapanya sambil memberikan sebuah gelas pasangan sebagai cinderamata. Gelas aja pasangan, pasangan kamu mana, Yian!?
Bodo! Belum lahir kali!
Aku hanya mengangguk kemudian masuk kedalam ruangan besar yang telah didekor sedemikian rupa. Lagi-lagi hatiku seperti diiris sembilu saat mengamati setiap detail ruangan yang menjadi saksi perhelatan. Konsep tradisional jawa solo semi modern terlihat jelas pada hiasan-hiasan di atas bidakara. Memvisualisasikan kesan elegan, lembut dan mewah. Warna silver mix abu-abu tampak mencolok, hiasan es beku bertuliskan nama mempelai, juga rangkaian bunga lili di sekeliling ruangan.
Oh, ingin rasanya aku mengumpat. Semua ini kan konsep yang telah kami rencanakan dulu!
"Yian," aku menoleh saat seseorang menepuk pundak ku. Tampak sosok Rara dengan balutan dress kombinasi brokat dan satin serba hitam juga clutch perak. Sebelah alis ku terangkat melihat penampilannya. Heels hitam, gaun hitam, sampai rambut di-ombre abu-abu malah membuatnya terlihat seperti paranormal salah alamat dibanding tamu pernikahan.
Tangannya mengulur, memberikan gelas berisi lemon tea padaku.
"Nih, minum dulu. Suram banget tuh muka."
Aku menerima gelas lantas meneguk air di dalamnya hingga tandas hanya dengan sekali napas.
"E, buseeettt. Santai aja, Nyah. Jaim sedikit, kek."
"Bodo amat. Lo gak lihat gue lagi pengin nelen orang!?"
"Keep calm, beib. Tahan dulu keinginan buat ngobrak-abrik pelaminan. Ingat, tujuan kita datang kan? Lo harus nunjukin kalau lo bukan cewek lemah!" Ia mendorong pundak ku, "salaman dulu sana."
Aku spontan mendelik memandangnya. "Dihh! Males banget!"
"Heh! Ini nih yang buat lo stuck disini aja! Jangan takut ketemu dia, Yian!" Rara berbisik memberikan semangat. "Gini, kalau mau move on itu jangan setengah-setengah. Biarin aja dia nikah sama orang lain, kalau perlu senyumin sekalian biar sadar kalau tuh cowok nggak berarti apa-apa buat lo. Seenggaknya jangan buat Danu mikir kalau kebahagiaan lo masih ditangannya. Semakin berjaya dia nantinya!"
Aku memutar bola mata. Bukannya masih mengharapkan. Serius, aku bahkan yakin seratus persen telah berpaling dari pria itu. Hanya saja melihatnya tertawa bahagia disaat diriku masih sendiri seperti ini, ingin sekali aku menonjok wajahnya.
Kuembuskan napas perlahan. Inilah salah satu cara untuk meredam amarah.
"Udah sana antri salaman. Setelah itu kita sikat abis makanannya biar nggak *nombok," dorong Rara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking! [Ganti Judul]
ChickLit[Yian-Damar GANTI JUDUL] 🙏 Kehidupan Yian, si guru bimbel yang super sibuk sedang berada di fase mumet-mumetnya karena pekerjaan dan percintaan. Patah hati melihat mantan yang bahagia dengan pasangan barunya, belum lagi terpaksa menjadi guru privat...