|18| The Reunion

746 111 12
                                    

|18|

The Reunion


Mulutku terbuka lebar menyadari mobil Damar telah mencapai parkiran basement sebuah hotel ternama bintang lima. Sesaat, aku terbengong, menoleh ke arah laki-laki di sampingku yang masih tenang mengatur posisi mobil. Ia membuka seatbelt, lalu bergerak meraih sebuah paper bag besar di jok bagian belakang.

"Kita ke restroom dulu, ya," tangannya terulur, aku menerima bingkisan itu tanpa banyak tanya.

Dia membuka pintu, kemudian keluar dari mobil. Cepat-cepat aku mengikuti dan berjalan menjajarinya. Kami berdua melewati deretan mobil yang terparkir rapi. Melangkah beriringan menuju pintu lift.

"Heh, Bentar! Ini beneran kita ke acara reuni kampus lo?"

"Gue keliatan bohong, kah?"

"Tapi gue kan gak kenal teman-teman lo? Nanti, di dalam harus jawab apa kalau ditanya?"

"Bilang aja pergi sama gue. Memang mau lo jawab apa? Pacar?" tanyanya disertai seringaian tipis.

Praktis, aku bergerak memukul lengannya.

"Dih! Nggak!" sambarku, sementara ia hanya merespon dengan tawa.

Tak lama kemudian pintu lift terbuka. Kami kembali bejalan menyusuri lantai lima. Dari atas sana bisa kulihat aktivitas di lobby dan beberapa orang yang akan check-in. Damar kemudian memanduku berbelok ke dalam lorong untuk menemukan toilet.

Ia membalikkan tubuh, lantas menggenggam tanganku yang masih menenteng paperbag berisi gaun darinya, "Sebenernya, Alea minta disiapin baju buat acara ini sebelum kita kencan. Semoga ukurannya pas buat lo," katanya.

"Gue tunggu disini," ia menyahut lagi.

Mau tak mau aku menuruti perintahnya masuk ke dalam salah satu bilik.

Tak sampai membutuhkan waktu lima menit untukku menukar baju dari pakaian kasual menjadi dress selutut dengan lengan brokat sampai ke siku. Kuucap lega dalam hati. Untung laki-laki itu tidak memberi pakaian seksi dan terbuka. Padahal kalau dilihat, Alea cocok menggunakan gaun fit body yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Setelah keluar dari toilet, pantulan di cermin besar membuat langkahku terhenti. Aku mendekat, segera mengeluarkan pouch berisi alat make-up yang kebetulan selalu ada di dalam tas. Sambil mengusap blush on, aku mendecak kesal. Seenaknya saja dia mengajak tiba-tiba tanpa rencana seperti ini.

"Awas aja kalau dia nyuruh aneh-aneh lagi. Mending pulang aja," aku menggerutu sembari menutup resleting dengan kasar.

Begitu keluar, kulihat Damar sudah memakai jas hitam yang sedari tadi dibawanya.

Sebelum beranjak, ia memperhatikan penampilanku lebih dulu. Dahinya berkerut samar. Pandangannya lurus menatap.

"Rambutnya nggak dirapihin dulu?"

"Udah sisiran."

Tanpa diduga, tangannya terangkat. Merapikan bagian atas rambutku dengan jemarinya, "masa, sih? Kenapa masih berantakan gini?"

"U-uh...?" Aku terkesiap, meski detik selanjutnya memilih untuk memasang wajah sedatar mungkin.

"Soalnya, tadi gue pakai topi. Kenapa? Lepek banget, ya?"

Matchmaking! [Ganti Judul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang