B-3 Memulai Percakapan

69 14 0
                                    

Hari benar – benar sudah berganti gelap saat ini. Para petugas kereta tengah sibuk membagikan selimut bagi para penumpang eksekutif. Kereta dorong baru saja lewat meninggalkan aroma kopi dan mie rebus membuat perut dua orang di bawah koper merah jambu berbunyi pelan.

Setelah itu Maharani membuka sebuah tas kecil berwarna biru yang ia simpan sejak tadi. Ia keluarkan sebuah kotak bekal bergambar princess cinderella dan langsung membuatnya tertawa kecil.

"Ih, Bunda kenapa malah bawain yang ini sih.."

Chandra menoleh dengan tatapan terkejut. Rasanya ia ingin pergi saja dari sini.

Merasa ada melihat, Maharani memberikan gestur 'kamu mau ini?' pada Chandra.

"Ah, tidak terimakasih. Aku juga sudah membawa bekal," jawabnya gugup.

"Kenapa tidak diambil? Sudah waktunya makan malam kan.. kita bisa makan bersama."

Chandra tersenyum kecil, "Aku akan makan nanti saja," jawabnya berusaha untuk lebih ramah.

"Yasudah.. aku makan dulu ya."

Sebenarnya perut Chandra juga sudah berbunyi minta diisi saat ini, tapi ia malu. Bukan karena lauk yang ada di dalamnya, sangat tidak mungkin karena isinya adalah ayam goreng madu kesukaannya. Ah sudahlah, sepertinya Chandra akan memakan bekalnya ketika gadis di samping sudah tidur.

"Lihat! Sekarang ternyata waktunya bulan sabit." Maharani menunjuk arah dimana bulan sabit bersinar terang tanpa tertutup oleh awan sedikitpun.

"Katanya bulan sabit itu ada karena dimakan oleh raksasa."

Maharani langsung menoleh ke arah Chandra dengan tatapan tidak percaya. "Kamu percaya hal semacam itu?"

Chandra terkekeh lalu menggeleng "Tentu saja tidak. Itu hanya dongeng yang Bundaku ceritakan waktu aku masih kecil."

Syukurlah.. Maharani pikir pria yang masih belum ia ketahui namanya ini benar – benar percaya dengan cerita aneh seperti itu. Merasa aneh jika sudah mulai pembicaraan tanpa mengenal satu sama lain, Maharani akhirnya memulai untuk mengulurkan tangan.

"Maharani." Ujarnya, mata indahnya menghilang seiring dengan senyuman ramah yang ia tunjukkan.

"Nama yang bagus, Aku Chandra..."

Kedua tangan anak adam dan hawa tersebut bertautan meskipun tidak terlalu lama. Seakan – akan jabat tangan singkat tadi adalah awal takdir yang akan mereka jalani untuk kedepannya.

"Asli Malang?" Kini Chandra yang memulai pertanyaan ketika atensi terhadap bulan sudah menghilang lantaran tertutup oleh pegunungan.

"Oh, iya... tapi sekarang sedang kuliah di Bandung. Kalau kamu sendiri dari mana?" Jawab Maharani

"Aku juga mahasiswa. Seni rupa ISBI semseter 5.Orang Bandung"

Benar, Chandra adalah mahasiswa tahun ke 3 seni rupa di Institut Seni Budaya Indonesia. Tapi, Jika ditanya orang mana, Chandra tidak bisa mengatakan bahwa dia orang Malang meskipun ia memang lahir di Malang. Ia tumbuh dan besar di Bandung karena keluargaya harus pindah ketika Chandra masih berusia 3 tahun. Bisa dibilang, tidak ada satupun kenangan yang Chandra ingat di kota dingin itu. Ya, kecuali ketika ia sedang berkunjung menemui kakanya yang berkuliah di kota itu.

Baginya, Malang masuk ke dalam salah satu dari 3 daftar kota yang paling menarik. Yang pertama adalah Bandung, yang kedua malang, yang ketiga... nanti kalian juga akan segera mengetahuinya.

Tidak ada satu haripun bagi Chandra untuk tidak berjalan – jalan menikmati jalanan kota Malang. Terkadang ia juga ikut pergi menyusup ke kampus kakaknya dan menyamar menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya.

"Rupanya aku duduk bersama orang seni yang tidak mau menggunakan koper yang identik dengan perempuan—"

"Dan kotak bekal bergambar princess shofia," potong Chandra cepat.

"Seriously?"

Chandra menghela napas pasrah lalu membuka tas kecil berisi kotak bekalnya.

Tadaaa... sebuah kotak bekal berwana biru muda dengan gambar princess shofia sedang tertawa seakan – akan ikut mengejek dan membuat Chandra semakin tidak ingin menyentuh kotak bekal itu sama sekali.

"Tidak masalah.. itu hanya gambar."

Chandar menaikkan sebelah alisnya dan menatap penuh selidik pada Maharani.

"Apa kamu mahasiswa psikologi?" Tanyanya dan dijawab gelengan oleh Maharani.

"Bukan, aku mahasiswa semester 3 Astronomi ITB."

"Pantas saja kamu suka melihat matahari dan bulan sejak tadi." Sahut Chandra seadanya

Maharani terkekeh mendengarnya "Balajar astronomi tidak hanya tentang itu, tapi iya, aku sangat menyukai tiga hal. Matahari, bulan, dan bintang."

Chandra mengangguk ketika mengetahui hal itu. Apakah semua orang memang memiliki tiga hal khusus pada diri mereka? Sungguh menarik, pikirnya.

Menyerah dengan rasa malu, akhirnya Chandar memutuskan untuk memakan bekal yang kakaknya siapkan spesial untuk adik yang sangat jarang ia temui. Lagi pula perutnya sudah semakin menangis minta diisi dari tadi.  

.

.

~next

Three Different Cities (Haechan - Ryujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang