Suasana di dalam kereta yang pada awalnya sangat hening dan tenang mulai pecah dengan suara tabir yang dibuka untuk membiarkan cahaya pagi masuk. Kereta akan tiba pada destinasi terakhir tidak lama lagi, tentu hal tersebut memaksa mata kantuk dan lelah dari kedua insan di bawah koper merah jambu untuk mau tidak mau mulai membereskan barangnya.
"Apa kamu sudah punya tujuan ketika tiba di Bandung nanti?" Tanya Chandra sembari mengenakan jaket cokelatnya.
"Aku akan dijemput kakak sepupuku. Dia sudah diamanahi Bunda untuk menjemputku hari ini."
"Syukurlah.. aku pikir kamu mahasiswa rantau yang harus menuju rumah kos sendirian."
"Sendirian pun aku juga berani." Sahut Maharani.
"Ya ya ya... kamu memang pemberani." Keduanya tertawa ringan dengan percakapan sederhana itu.
Maharani mengambil sesuatu di dalam tas kecilnya.
"Mau ambil satu?"
Dua buah permen bergambar beruang dan anak ayam ia letakkan bersebelahan, Maharani meminta Chandra untuk memilih salah satunya.
"Bolehkah?" Tanya Chandra memastikan dan dibalas anggukan oleh Maharani.
"Tentu saja, aku kan sudah menawari."
Pada akhirnya Chandra mengambil permen dengan gambar beruang.
"Terimakasih. Apakah ini permen perpisahan?"
"Uhm.. bisa dibilang begitu? Kita sudah banyak mengobrol dan aku merasa cukup aman duduk bersamamu semalaman ini. Jadi, ini permen perpisahan setelah perkenalan singkat kita di sini."
"Bagaimana jika suatu hari kita bertemu lagi, apa kamu ingat wajahku?"
Maharani manatap Chandra dengan seksama. Mengamati setiap sudut dari wajah pria di depannya seakan – akan berusaha untuk menyimpannya dalam ingatan.
"Aku mungkin tidak akan ingat."
Kata itu cukup meruntuhkan ekspektasi Chandra yang merasakan pipinya sempat memanas karena ditatap oleh gadis cantik di depannya. Bahkan, secara tidak langsung ia juga turut mengamati wajah Maharani yang tentunya sangat indah untuk dipandang berlama – lama.
"Tapi mungkin instagram akan mengingatmu."
Benar juga, ini bukan jaman batu lagi. Sudah ada sosial media yang dapat menghubungkan mereka. Tetapi..
"Kenapa kamu mudah sekali memberikan akun instagrammu? Bagaimana kalau yang kamu temui bukan aku? Melainkan orang jahat yang ingin berbuat tidak baik terhadapmu? Lain kali jangan pernah memberikan akun pribadimu kepada orang lain, terutama yang baru kamu temui—"
"Seperti kamu?"
Chandra tercekat. Dia bukan orang jahat. Tentu saja bukan... dia hanya mahasiswa seni biasa yang tidak sengaja bertemu dengan gadis asing setelah berusaha menghapus perasaan suka tidak terbalas pada gadis asing sebelumnya.
Seperti déjà vu, Chandra merasa hidupnya sungguh menyedihkan. Kenapa ia selalui dihadapkan dengan situasi seperti ini? Memiliki perasaan kepada gadis asing yang tidak dapat ia kenal lebih jauh, karena sebuah pertemuan tidak sengaja.
"Kenapa malah melamun? Tidak mau memberikan akunmu? Kalau kamu ternyata orang jahat, kamu nanti akan berhadapan dengan Mas Wisnu yang super duper galak. Tidak hanya diceramahi, tapi tubuhmu akan terbagi – bagi ke dalam beberapa bagian lalu mengambang di sungai."
"Mengerikan sekali..."
Chandra mengetikkan akun instagram miliknya di ponsel Maharani. Lalu ia segera membuka ponselnya sendiri dan melakukan follow back pada akun Maharani. Sekarang, mereka terhubung sebagai teman di media sosial.
"Jika suatu hari nanti kita bertemu di salah satu tempat di Bandung, aku akan menyapamu lebih dulu." Kata Chandra
"Mungkin akulah yang pertama kali meyadari keberadaanmu dan mulai melambaikan tangan ketika mata kita bertemu." Maharai tidak ingin kalah
"Oh ya? Bagaimana kalau kita jadwalkan saja?"
Maharani menimang – nimang tawaran itu. Lucu sekali, mereka berebut untuk menjadi yang paling pertama untuk menyapa ketika bertemu. Hei.. Bandung itu sangat luas jika mereka lupa.
"6 Juni nanti di Bosscha."
"Kenapa 6 Juni? Apa itu hari ulang tahunmu?" Tanya Maharani dan Haechan mengangguk.
"Bagaimana kalau 17 April di Braga?"
"Apa itu hari ulang tahunmu?" Kini berganti Chandra yang bertanya dan Maharani yang mengangguk.
Baiklah, Chandra kalah lagi. Memang benar sepertinya jika wanita tidak pernah salah.
"Oke, deal!"
"Deal!"
Keduanya berjabat tangan bersamaan dengan suara petugas yang mengatakan bahwa mereka telah sampai di stasiun Bandung. Para penumpang juga turut menurunkan barang bawaan masing – masing sebelum mengantri untuk keluar dari gerbong kereta. Begitu pula dengan Chandra dan Maharani.
"Jangan lupa dimakan permennya. Itu permen kesukaanku." Kata Maharani sambil berusaha menurunkan koper merah jambunya menuruni tangga.
"Jangan lupa juga untuk bertemu dua bulan lagi." Chandra dengan sigap membantu Maharani untuk menurunkan kopernya.
"Tentu saja.. dan aku baru ingat kalau sekarang tanggal 14 Februari. Jadi, selamat hari valentine orang asing yang baru saja aku temui."
Chandra tersenyum dan berjalan mengikuti Maharani untuk menuju pintu keluar stasiun. "Terimakasih juga permennya."
"Itu permen cokelat kalau kamu mau tahu." Sahut Maharani cepat.
"Baiklah, terimakasih permen cokelatnya. Aku benar – benar merasa bahwa kita bukanlah orang asing, bahkan kita berbagi cokelat di hari kasing sayang."
Mereka berhenti tidak jauh dari pintu keluar. Mengabaikan para sopir taksi dan orang – orang yang berlalu lalang, Chandra dan Maharani melakukan perpisahan untuk pertemuan singkat mereka.
"Aku harap kamu tidak sibuk di hari kita seharusnya bertemu." Ujar Maharani
"Aku akan lebih senang jika kita dapat beremu kembali, entah mungkin secara tidak sengaja, sebelum 14 April nanti."
Keduanya tersenyum dan melambai untuk terakhir kalinya, di hari itu. Menuju dua orang berbeda yang sudah menunggu kedatangan mereka. Perjalanan berjam – jam yang seharusnya melelahkan itu seakan – akan menjadi perjalanan paling menyenangkan selama hidup mereka. Bermula sebagai orang asing yang tidak saling mengenal, hingga membuat janji untuk bertemu kembali di lain hari.
Tidak ada yang tahu apakah ini adalah jawaban dari harapan mereka bedua selama ini. Maharani degan rasa penuh penasaran akan si cinta yang menjadi tujuan ia ke Bandung, ataukan Chandra dengan perasaan yakinnya bahwa ini bukanlah perasaan sebelah tangan seperti yang selama ini ia rasakan. Entahlah...
Untuk saat ini, biarkan kedua orang itu menjalankan hidupnya masing – masing. Cukup bisikkan saja kata – kata pengingat ketika tiba saatnya mereka harus bertemu kembali. Sampai di sini saja cerita singkat di kereta ini, sampai jumpa di cerita yang lain. Mungkin... tentang mereka nanti di hari seharusnya mereka bertemu kembali.
-selesai-
.
.
Tidak, cerita ini tentu belum selesai hanya sampai di sini. Maukah kalian menunggu sebentar lagi untuk melihat apa yang terjadi pada Chandra dan Maharani di Bandung? Bukankah mereka akan bertemu? Bukankah mereka telah berjanji untuk pergi mencari konstelasi ursa mayor? Mari kita lihat saja bagaimana takdir berjalan.
~next
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Different Cities (Haechan - Ryujin)
RomanceKamu akan dibawa pergi ke 3 kota yang berbeda dalam cerita ini. "Ternyata benar apa kata orang - orang. Ketika Tuhan menciptakan Bandung saat sedang tersenyum, maka Tuhan menciptakan Jogja saat sedang jatuh cinta, lalu Malang tercipta saat Tuhan sed...