Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Kali ini, kereta mereka berhenti di sebuah stasiun yang ada di Jawa Tengah. Solo? Entahlah..
"Apa kamu mau turun sebentar?" Tanya Chandra ketika melihat Maharani membuka mata setelah sempat tertidur sebentar. Chandra memang berniat untuk turun karena biasanya kereta akan berhenti lebih lama di stasiun ini.
Maharani mengedarkan pandangannya kepada para penumpang yang mulai keluar gerbong, sebenarnya Maharani agak ragu karena melihat beberapa dari mereka mulai menyalakan rokok.
Mengetahui arah mana yang Maharani pandang, Chandra sepertinya tahu jika gadis di sampingnya ini enggan untuk keluar.
"Ayo."
Di luar dugaan, Maharani malah bersiap untuk berdiri dengan membawa tas kecilnya.
Entah dorongan dari mana, tangan dingin Chandra dengan berani menggenggam tangan mungil Maharani lantas menariknya berjalan keluar melewati orang – orang yang terlelap dengan selimut biru mereka. Tentunya berbeda dengan Maharani yang merasa terkejut namun masih mengikuti kemana pria yang baru dikenalnya ini pergi untuk membawanya.
Mereka berhenti sedikit jauh dari asap rokok, namun belum terlalu jauh dari gerbong eksekutif 2. Jika sewaktu – waktu kereta akan berangkat, mereka dapat langsung naik ke salah satu gerbong, tenang saja.. semua gerbong kereta saling terhubung satu sama lain. Dan perlu dingat sekali lagi, kereta sangatlah panjang.
"Segar sekali rasanya..." Maharani menghirup udara malam sambil meregangkan tubuh. Memang sangat pegal rasanya setelah duduk sekitar lebih dari lima jam, bahkan masih ada 5 jam lain yang menunggu sebelum mereka sampai ke Kota Bandung.
"Kamu bilang tadi suka bintang, kan? Coba lihat ke atas!"
Maharani lalu mendongak mengikuti apa yang dikatakan oleh Chandra. Seketika ia terpesona melihat hamparan bintang yang bertebaran memenuhi gelapnya langit malam.
Merasa sudah cukup lama melihat hamparan bintang dan menghirup udara malam, Chandra pada akhirnya membuka suara dan menanyakan hal yang sebenarnya sudah ia simpan sejak tadi.
"Karena kamu bilang tadi dari jurusan astronomi, sekarang bisa tolong carikan aku yang mana konstelasi ursa mayor itu?" Tanya Chandra yang sukses membuat Maharani mengernyit.
"Ursa mayor?"
"Sebenarnya aku juga ingin melihat ursa minor, tetapi seharusnya letak mereka tidaklah jauh karena mereka adalah ibu dan anak."
Sepertinya Maharani mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini. Sudah ia duga bahwa Chandra sebenarnya sangat terbuai dengan cerita mitos yang ia dengar. Bukankan tadi Chandra juga bilang bahwa bulan sabit itu sebenarnya dimakan oleh raksasa?
"Kamu tau cerita tentang ursa mayor dan ursa minor?"
Chandra mengangguk antusias sebagai jawabannya.
"Beruang besar dan beruang kecil. Kata Bunda, Dewa Zeus mengangkat Callisto dan Arcas ke langit supaya kekal bersama. Bisakah kamu menunjukkan padaku yang mana mereka?"
Maharani tersenyum dan menepuk pelan pundak Chandra.
"Kita tidak bisa melihatnya dari sini. Bintang itu dapat dilihat di langit utara. Mungkin kita harus pergi ke Bosscha ketika tiba di Bandung nanti untuk melihatnya."
Terlihat raut wajah kecewa dari Chandra, "jadi.. kita tidak bisa melihat mereka dari sini?"
"Tidak bisa. Ayo, sepertinya kereta akan segera berangkat. Apa kamu mau tetap ada di sini dan mencari konstelasi yang kamu ingin lihat tadi?" Chandra menggeleng lalu mengikuti Maharani berjalan kembali ke dalam kereta.
"Mungkin aku memang harus ke Bosscha untuk melihat bunda dan adikku."
.
.
~next
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Different Cities (Haechan - Ryujin)
RomansaKamu akan dibawa pergi ke 3 kota yang berbeda dalam cerita ini. "Ternyata benar apa kata orang - orang. Ketika Tuhan menciptakan Bandung saat sedang tersenyum, maka Tuhan menciptakan Jogja saat sedang jatuh cinta, lalu Malang tercipta saat Tuhan sed...