B-7 Cinnamon Roll

51 17 3
                                    

Cinnamon Roll dan susu cokelat hangat menjadi pilihan Maharani untuk mengawali pagi yang cukup dingin. Ia tidak pernah mengira jika hujan akan turun sepagi ini. Padahal ia sudah berencana untuk menjelajahi setiap sudut Braga sambil mencari beberapa aksesoris kecil dari pedagang yang berjualan di bazar. Ah, bukan hanya aksesoris saja, melaikan ada hal lain juga yang sudah lama ia nantikan.

"Sebenarnya siapa yang aku tunggu?" Monolognya sambil sesekali menyesap susu cokelatnya. Membiarkan hangat menyerbu dan menenangkan perasaan gugupnya.

"Aku bahkan tidak tahu apakah dia akan benar-benar datang atau tidak, tetapi aku sudah segugup ini." Maharani hanya bisa tertawa ketika irama jantungnya berdetak sedikit lebih kencang daripada biasanya.

Maharani melihat sekelilingnya, mencari keberadaan pengunjung lain yang sayangnya tidak bisa ia temukan. Mungkin tempat ini masih sangat sepi karena hujan pikirnya. Ia mulai menyesal andai saja ia berbelok ke toko kopi yang ia lewati sebelumnya, maka ia tidak akan menjadi pelanggan satu-satunya di sini. Setidaknya dia melihat ada seorang pelanggan yang duduk di dalamnya.

.

.

.

Maharani mulai merasakan hawa kebosanan yang datang menyerang, bermain ponsel sendirian mungkin bukanlah ide yang bagus untuknya. Ia hanya menekan asal instastory teman-temannya yang sebagian besar memposting tentang pagi hangat mereka bersama selimut. Sungguh mejengkelkan.

Tetapi secara tidak terduga, jarinya tertahan pada salah satu username seseorang yang tidak pernah terlihat aktivitasnya di sosial media.

Secangkir minuman dengan sepiring nasi goreng tampil sebagai kombinasi yang unik untuk pagi hari ini. Ditambah lagi tas kamera yang ditempatkan pada kursi terpisah seakan-akan ikut duduk menemani untuk sarapan bersama.

"Jadi dia ada di sini?"

Maharani tahu pasti dimana letak tempat di dalam foto itu. Dengan gugup ia membentangkan kembali payung merah muda di antara gerimis kecil menuju suatu tempat yang seharusnya ia datangi sejak awal.

Sudah terlambat sayang, orang yang kau cari sudah pergi beberapa saat yang lalu.

Tidak ada siapa-siapa lagi di tempat itu. Maharani mengedarkan pandangan ke sisi jalan yang lain. Berharap menemukan sosok yang menjadi alasan ia rela pergi sepagi ini di tengah hujan. Chandra.

Ketemu.

Lelaki itu berjalan belum terlalu jauh, menuju jalan besar lalu berbelok ke kanan. Tidak masalah, Maharani hanya butuh untuk berlari kecil dan melambaikan tangan sambil memanggil namanya. Setelah itu, ia akan menang untuk menjadi orang yang menyapa paling pertama pada pertemuan ini.

Kecuali ketika tiba-tiba payung yang Maharani bawa tertiup angin dan terbang jauh. Alih-alih mengejar Chandra, perhatian Maharani saat ini adalah mengejar payungnya yang terus saja terbang menjauh ke arah yang berlawanan. 

.

.

~next

Three Different Cities (Haechan - Ryujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang