Sore hari di Malang selalu disambut dengan hujan hampir setiap hari, demikian pula hari Jumat sore kali ini, meskipun hanya gerimis kecil namun nampaknya kota Apel ini turut bersedih karena akan ditinggal oleh salah satu gadis cantiknya untuk pergi jauh ke kota Kembang.
"Kalau sudah sampai Kiaracondong kamu jangan lupa langsung kabarin Mas Wisnu buat dijemput ya, dek. Sering – sering telefon Bunda nanti, jam berapapun itu Bunda pasti angkat. "
Gadis cantik berusia 18 tahun itu mengangguk mendengar pesan sang Bunda. Ditatapnya lama paras cantik (dengan sedikit keriput di dekat area mata dan dahi) itu dengan sayang, rasanya ia ingin memperlambat waktu untuk terus tinggal di bawah atap yang sama, namun ada mimpi yang juga harus ia kejar. Mimpi itu sangat besar hingga ia rela meninggalkan kenangan indah di Kota Malang yang damai ini, menuju kota lain yang katanya diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum.
"Bandung... berbaik hatilah padaku selama aku berada di tempatmu. Aku juga akan sangat berterima kasih jika dapat menemukan cintaku di sana."
****
Maharani duduk bersama para calon penumpang kereta api Malabar yang lain, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghabiskan waktu 20 menit sebelum kereta datang. Namun salah satu orang di sana berhasil menarik perhatiannya.
Seorang pria terlihat kesal dalam sebuah perdebatan kecil di pintu gerbang masuk stasiun. Terlihat seorang wanita yang sepertinya adalah kakak perempuan terus mendorong koper dan memaksa pria itu untuk membawanya. Kejadian itu terlihat menggemaskan karena pada akhirnya pria itu kalah dan pertengkaran kecil mereka berakhir dengan pelukan perpisahan.
"Lucu sekali.." gumam Maharani pelan
Maharani yang awalnya tersenyum dan mengamati kejadian tadi menjadi gugup ketika melihat langkah pria itu mendekat ke arahnya. "Aduh gawat !"
"Lihat, bukankah ini sangat menggelikan?!"
Tunggu, Maharani melongo dan bingung dengan apa terjadi. Apa pria tadi tengah berbicara dengannya?
Mengetahui respon lawan bicaranya yang kikuk, pria itu mengarahkan dagu ke koper mereka yang tepat bersebelahan."Koper kita."
Maharani langsung sadar ketika ternyata koper mereka sama persis. Benar- benar sama. Oh, kecuali boneka beruang yang tergantung pada gembok koper milik pria tak dikenal itu.
"Ah.. iya, kopernya sama," jawab Maharani, suasananya sungguh canggung .
Pria itu mendengus malas lalu memilih untuk memasang earphonenya dan melihat ke arah lain. Melihat itu, Maharani merasa kebingungan.
'Apa yang salah dengan koper berwarna merah jambu?' pikirnya dalam hati.
Pria itu mendengus sebal lalu melepas salah satu eraphone nya dan menatap Maharani. "Tentu saja salah, pria sejati tidak seharusnya memakai barang berwarna pink."
WOW
"Apa itu tadi? Apa dia baru saja memabaca pikiranku?"
.
.
~next
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Different Cities (Haechan - Ryujin)
RomanceKamu akan dibawa pergi ke 3 kota yang berbeda dalam cerita ini. "Ternyata benar apa kata orang - orang. Ketika Tuhan menciptakan Bandung saat sedang tersenyum, maka Tuhan menciptakan Jogja saat sedang jatuh cinta, lalu Malang tercipta saat Tuhan sed...