43. Tunangan?

388 60 1
                                    

Sore hari ditemani rintik, Septian membawa Alaska ke rumah Tua yang sering mereka kunjungi saat ulang tahun Alaska.

Rumah Tua itu sekarang sudah sangat lusuh, namun Septian selalu membersihkan nya, rumah itu sangat jauh di dalam hutan. Ntah apa Alasan Septian mendirikan rumah se jauh ini.

Disini mereka berdua, Alaska dan Septian duduk didepan rumah itu, disana terdapat dua buah kursi yang terbuat dari kayu.

"Kamu ingat, Al. Momen dimana Kita belum se jauh ini, Seseorang yang menjadi pemisah antara kamu dan orang tua mu bukan lah yang terbaik Al, karena yang terbaik adalah mempersatukan bukan Memisahkan."

Alaska hanya diam dan menunduk, Alaska pun cukup merasakan bagaimana hubungannya dan Septian sudah sangat jauh. Mereka tidak seperti dulu lagi.

"Alaska bisa meyakinkan Papa kalau Lisa adalah yang terbaik," jawab Alaska pelan.

Septian menitik kan air matanya, dia lantas menepuk bahu Alaska. "Tanpa kamu buktikan pun, Papa sudah tahu bahwa Lisa Sangat baik dan terbaik untuk kamu. Tapi tidak dengan keluarga nya Alaska."

Alaska menoleh pada Septian, benar. Alaska mati-matian menahan emosinya. Dia tidak ingin hubungan nya dengan Septian yang sudah jauh semakin jauh.

Alaska juga harus mengerti bahwa Septian adalah Ayah nya, Alaska tidak berhak untuk membentak Septian. "Apa yang Papa mau?"

Septian mengangguk. "Ayo ikut Papa!"

Alaska cukup heran dengan Septian, di sore hari begini Septian memakai jas yang sangat rapi. Alaska dan Septian memasuki sebuah restauran yang sangat megah.

Mereka duduk di salah satu kursi, disana sudah ada Zea dan kedua orangtuanya, sebenarnya Alaska heran apa lagi yang ingin Ayah nya ini lakukan.

"Harus nya kita tidak perlu berkenalan lagi," kata Ayah Zea sembari tersenyum.

Septian ikut tertawa. "Kalau untuk perkenalan lebih mendalam, biar kan mereka yang Nanti nya melakukan nya."

Alaska hanya diam dengan canggung, dia sangat malas untuk berdebat kali ini. Sudah cukup Alaska berdebat dengan dirinya sendiri, Tentang perasaan nya yang tidak tahu akan untuk siapa.

Septian berdehem pelan. "Maafkan Papa Alaska, tapi Papa sudah memikirkan semuanya. Dan ini adalah waktu yang tepat, kamu akan tunangan dengan Zea."

Alaska mengerjab sebentar, kepala nya terasa di hantam beban berat puluhan ton mendengar pernyataan Ayah nya itu. "Papa sendiri juga tahu 'kan, Alaska sangat membenci perjodohan."

"Ini bukan perjodohan, bukan kah kamu dan Zea saling mencintai?"

"Iya itu memang benar, Pa. Tapi Alaska bisa melakukan nya sendiri, tanpa harus dengan cara seperti ini."

Dari belakang Alaska, Lisa datang dan mendengar semua yang di lontarkan oleh Alaska.

Hatinya rasanya tidak bisa ia ungkapkan lagi, kecewa. Lisa Sangat kecewa pada Alaska. Kenapa dia pergi di saat Lisa sudah benar-benar nyaman.

"Jadi selama ini kita apa? Berjalan nya sebuah hubungan tanpa keseriusan? Dan ini akhirnya, kecewa dan kesia-siaan."

Alaska memutar tubuhnya dan melihat ke belakang, disana sudah ada Lisa dengan air mata yang tidak dapat ia bendung lagi.

Septian merasa sangat merasa bersalah pada Alaska, semua ini adalah rencananya. Kehadiran Lisa disini juga atas permintaan Septian. Dia sengaja meminta Lisa datang agar melihat pertunangan Alaska dan Zea.

Lisa segera pergi dari sana, dia tidak sanggup untuk melihat pemandangan itu lebih lama lagi.

"Jadi bagaimana, Al?" Tanya orang tua Zea.

Alaska berdiri dengan emosi. "Kalian semua juga tahu, Kalo Alaska masih pacaran dengan Lisa. Alaska udah gak punya rasa apapun ke Zea. Sampai Kapan pun Lisa akan tetap untuk Alaska."

Alaska pergi dari sana dan mengejar Lisa, Namun Alaska sama sekali tidak melihat keberadaan Lisa. Alaska datang ke rumah Lisa untuk mencari gadis itu. Tapi, Ellon melarang Alaska untuk menemui nya.

Alaska benar-benar merasa bersalah, mengingat semua janji nya pada Lisa, Alaska sudah tidak mencintai Zea sedikit pun. Semalaman dia berfikir dan dia mendapatkan jawabannya. Lisa adalah orang yang sebenarnya Alaska cintai.

Pagi ini Alaska cepat-cepat datang ke sekolah dan ingin bertemu dengan Lisa, namun gagal! Lisa datang sangat lama. Mengingat beberapa hari ini adalah KTS, seluruh kelas masih free. Hari ini ada pertunjukan seni, setiap kelas wajib Memberikan satu perwakilan mereka untuk bernyanyi.

Alaska mengerjab ketika melihat Lisa yang mewakili dari kelasnya untuk bernyanyi, Alaska tahu bahwa Lisa Sangat pintar bernyanyi dan suaranya juga sangat merdu.

Alaska masih menatap Lisa di atas panggung dengan mulai memetik senar gitar nya.

Disaat Kini ku mulai nyaman

Dan teganya engkau berubah

Setiap perkataanmu

Ku slalu mendengarkan

Setiap hari slalu teringat

Kebersamaan antara kamu dan aku

Kau slalu ada dikala ku butuhkanmu

Sekarang tidak lagi

Ku berusaha mengerti akan dirimu

Meski kamu sibuk dengan urusanmu

Ku slalu sabar, menanti akan kabar dari mu

Meski ku tahu kamu sibuk dengan yang baru

Setiap hari dirimu slalu

Terbenang di pikiranku

Hati ini.. ingin menangis

Air matapun ingin jatuh

Kau slalu melarangku

Karena kecemburuanmu

Kau slalu menuduhku

Meski ku tak berbuat itu

Ku berusaha mengerti akan dirimu

Meski kamu sibuk dengan urusanmu

Ku slalu sabar, menanti akan kabar dari mu

Meski ku tahu kamu sibuk dengan yang baru

Ku berusaha mengerti akan dirimu

Meski kamu sibuk dengan urusanmu

Ku slalu sabar, menanti akan kabar dari mu

Meski ku tahu kamu sibuk dengan Mantanmu

Alaska tahu bahwa lagu itu, sengaja di nyanyikan Lisa untuk menyindir dirinya.

Lisa segera turun dan berjalan menuju taman, Lisa duduk di sebuah bangku putih.

Alaska menemui Lisa dan duduk disamping gadis itu. "Semua yang lo lihat, gak seperti kejadian yang sebenarnya, Sa."

Lisa menoleh pada Alaska. "Kak Alaska sadar gak? Semenjak Kak Zea ada hubungan kita itu semakin jauh, Kak Alaska suka marah-marah gajelas, Kak Alaska suka ngilang tanpa sebab, bahkan Kak Alaska udah jarang ngasih kabar. Kak Alaska sibuk jalan-jalan dengan Kak Zea, bukan aku gak tahu, aku tahu kok. Tapi aku cuma pingin tahu sejauh mana Kak Alaska ingat dengan semua janji kak Alaska."

Lisa menyeka air matanya dan menggenggam tangan Alaska dengan erat. "Kalau cerita lama Belum selesai, tolong jangan buat cerita baru sama aku. Rasanya sakit!"

Alaska membalas genggaman tangan Lisa. "Maaf, Sa. Gue tahu gue salah."

Lisa memakai kembali hiasan kepala yang dulu pernah Alaska berikan pada dirinya. "Ingat dengan janji ini?"

Alaska mengangguk. "Ayo berjuang sama-sama, jangan biarkan aku berjuang dan berjalan sendiri. Aku juga butuh Sandaran dan topangan." Kata Lisa.

Alaska mencium tangan Lisa dengan lembut. "Ayo kita mulai!"

Alaska Dan Rahasia [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang