Lisa berjalan ke sebuah minimarket di depan rumahnya, disana Lisa tidak sengaja bertemu dengan Septian yang tampak nya sedang berbincang dengan seseorang.
Lisa mendekati Septian dan tersenyum ke arah lawan bicara Septian, orang itu pergi dan Lisa mengulurkan tangannya mencoba menyalami Septian, namun Septian tak kunjung menerima uluran tangan Lisa.
"Kamu ada waktu malam ini?" Tanya Septian.
Lisa menurunkan tangannya, dan menunduk. "Ada, Om."
"Saya tunggu kamu di taman kinari jam 7 malam, saya ingin membicarakan sesuatu dengan kamu, hanya berdua." Septian lantas pergi meninggalkan Lisa.
Lisa menatap dengan nanar telapak tangannya. "Sabar ya, suatu saat nanti tangan lembut Om Septian akan kembali menggenggam tangan Lisa," ucap Lisa mencoba menyemangati dirinya sendiri.
Lisa meminta Acha untuk datang ke Rumahnya, Acha memandangi kamar Lisa yang sangat berantakan, baju yang dilemparkan asal-asalan. Acha mengembuskan nafas pasrah, Acha sudah tahu apa yang terjadi. Kalau Lisa sudah seperti ini, pasti menyangkut Alaska.
"Kenapa lagi Lo?" Tanya Acha yang sudah berdiri disamping Lisa.
"Acha tau gak? Hari ini aku tuh mau ketemuan sama Om Septian!"
Acha memicingkan matanya. "Bukannya kemarin udah?"
"Itu beda lagi, hari ini kami mau ketemu berdua doang, Alaska gak ikut!"
Acha semakin heran. "Jangan-jangan Om Septian suka sama Lo, Sa!"
"Ihh! Acha apaan sih!" Ucap Lisa dengan kesal. "Udah buruan bantu aku cari dress yang bagus."
Acha sudah mencari kan dress yang bagus untuk Lisa, namun tidak ada yang bagus menurut Lisa.
"Yah, gimana dong? Masa gak ada dress yang bagus?" Lisa merengek menatap hina semua dress nya.
Acha mengibaskan tangannya, rasanya sangat gerah melihat sahabatnya itu. "Lalisa, sebenarnya kita itu udah menemukan dress yang bagus, Lo nya aja yang gak PD!"
Lisa langsung diam dan mengingat sesuatu. "Kita beli dress baru aja, soalnya dress yang ini udah lama semua."
Lisa segera berlari ke arah kamar Ayah nya dan meninggalkan Acha. "Orang kaya emang beda ya," ucap Acha dengan miris.
Lisa membuka kamar Ardi dengan sangat hati-hati, Ardi tampak sibuk dengan laptopnya, Lisa mendekati Ardi. "Pa!" Panggil Lisa.
"Ya?" Ardi tidak menoleh pada Lisa, dan hanya fokus pada laptop di hadapannya.
"Lisa mau beli dress, soalnya dress Lisa tuh udah pernah di pake semua!" Rengek Lisa.
Tanpa menjawab lagi, Ardi langsung memberikan ATM nya pada Lisa.
Lisa berlari ke arah kamar dan berteriak. "ACHAA AYO KE MALL!!"
Acha merasa betis nya sangat nyeri, karena keliling mall, namun Lisa belum juga menemukan dress yang ia suka. "Lisa, Lo sengaja deh kek nya. Ini betis gue udah pegel banget loh."
"Ihh! Acha sabar dulu, ini bagus gak?" Tanya Lisa pada Acha sembari menunjukkan dress yang ia pakai.
Acha hanya mengangguk lemah, ia tahu bahwa Lisa tidak akan percaya walaupun ia berkata bahwa itu bagus.
Acha menyipit kan matanya ketika menangkap sosok Alaska dan Raja disana.
"Lisa!" Panggil Acha.
"Hm?"
"Suami Lo tuh!" Acha menunjuk Alaska, Lisa ikut menoleh pada arah Yang ditunjuk Oleh Acha.
"Ngapain mereka?" Tanya Lisa.
"Samperin kuy!" Acha langsung menarik tangan Acha menemui Alaska dan Raja.
"Kak Alaska ngapain?" Tanya Lisa.
"Hari ini anak-anak gue menang lomba, kira-kira kado yang bagus apa ya?" Tanya Alaska meminta saran Lisa.
Lisa sedikit heran dengan penuturan Alaska. Sejak kapan pria itu punya anak.
Raja mengerti kebingungan Lisa. "Anak panti!" Ujar Raja.
Lisa menatap sekeliling nya dan melihat toko buku. "Kasih buku aja, pasti mereka seneng banget."
Mereka semua berjalan ke arah toko buku dan membeli beberapa buku disana lengkap dengan alat-alat tulis lainnya.
Alaska membawa Lisa mengelilingi mall, dan membelikan Lisa beberapa Barang.
Lisa dan Acha akhirnya Pulang, karena hari yang mulai sore. Sampai di rumah Lisa membuka dress yang dipilih Alaska. "Bagus juga!" Gumam Lisa. "Untung aja kak Alaska gak tanya aku mau kemana, sampai Beli gaun segala."
Lisa menoleh pada jarum jam, ternyata sudah pukul 06.30 Wib, Lisa memegangi jantung nya berdegup tidak seperti biasanya, Lisa takut kalau pertemuan nya dengan Septian hanya akan menimbulkan kekecewaan seperti malam itu.
"Semoga bukan kecewa yang aku terima," lirih Lisa.
Lisa keluar dari kamar nya dan pergi menuju taman tempat ia berjanji dengan Septian.
Saat sudah sampai di taman Lisa mengedarkan pandangannya mencari sosok yang telah menunggu nya, Lisa menarik nafas dalam-dalam ketika melihat Septian yang duduk di sebuah kursi putih.
"Om!" Panggil Lisa membuyarkan lamunan Septian.
"Eh, Lisa. Ayo duduk!"
Lisa tersenyum dan ikut duduk disamping Septian, rasanya begitu canggung saat Septian hanya diam tidak membuka suara sedikitpun.
Suara-suara burung malam memecahkan keheningan disana, Angin malam menerpa rambut indah Lisa yang dengan sengaja ia gerai.
Septian berdehem pelan dan mulai membuka suara. "17 tahun yang lalu tepatnya dimana Alaska William dilahirkan, saya merawatnya sendirian tanpa dibantu oleh siapapun. Saya memberikan apapun yang ia butuhkan. Saya sangat mengerti perasaan anak saya."
Lisa memainkan jarinya, Lisa tersenyum. Sepertinya ekspektasi bahagia saat bertemu dengan Septian bukan lah hal yang terjadi saat ini, Lisa hanya tersenyum mendengar semua omongan Septian.
"Dulu saat Alaska berumur 10 tahun, Dia pernah berkata pada saya, bahwa dia sangat mengagumi saya. Saya bisa mencukupi apa pun yang dia mau, saya selalu memberikan segalanya. Alaska selalu menuruti apapun yang saya katakan, begitupun sebaliknya. Saya selalu menuruti apapun yang menjadi impian dan keinginan Alaska. Sampai akhirnya hari ini, Kamu juga tahu Lisa, Alaska adalah anak saya satu-satunya. Alaska juga adalah harapan saya satu-satunya."
"Lisa Sangat mengerti itu, Om."
Septian mengangguk mendengar Jawaban Lisa. "Malam itu juga, Setelah saya tahu siapa kamu. Saya meminta Alaska untuk tidak melanjutkan hubungan kalian." Septian menyeka air matanya. "Malam itu juga untuk pertama kalinya Alaska menentang saya hanya karena kamu, Untuk pertama kalinya Alaska membantah saya."
"Maaf!" Lirih Lisa.
"Tolong jauhi Alaska, Lisa."
Lisa juga menyeka air matanya, dadanya terasa begitu nyeri mendengar permohonan Septian yang begitu menohok. "Lisa mungkin akan menerima permohonan, Om. Tapi Lisa juga perlu tahu, Apa yang terjadi hingga, Om. Melarang Lisa dan Kak Alaska menjalani hubungan ini."
"Kamu tidak perlu tahu apa alasannya, hanya itu yang ingin saya sampaikan. Saya harap kamu mengerti!" Septian lantas berdiri dan meninggalkan Lisa.
Lisa tersenyum dengan kecut. "Kecewa ya?" Gumam Lisa.
Lisa berdiri dan pergi meninggalkan taman, hatinya sangat Hancur, fikiran nya Sangat kacau. Lisa berfikir bahwa dia akan mendapatkan sandaran dari Septian, ternyata tidak. Terlepas dari Keluarga Lisa yang menentang keras hubungan Lisa dan Alaska, hari ini Septian pun menentang hubungan mereka. Siapa yang bisa Lisa harapkan sekarang ini?
****
Halo calon orang sukses💜
Tetap semangat nunggu ALASKA up, tetap vote dan komen. Karena komen kalian adalah mood terbesar para penulis💜
Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke semua teman kalian okeh😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska Dan Rahasia [SELESAI]
Novela Juvenil_____FOLLOW SEBELUM MEMBACA_____ Alaska William, merupakan putra tunggal dari Septian William, sejak lahir Alaska tidak pernah mengetahui siapa dan dimana Ibu kandung nya, bahkan Alaska tidak pernah merasakan kehadiran sosok ibu di kehidupannya. Mes...