Extra Part 1

819 82 14
                                    

Lisa berjalan di area taman, Satu tahun telah berlalu. Lisa memegangi kertas hasil belajar di tangannya. Gadis berambut cokelat itu memandang nanar, kertas yang bercetak Nilai rata-rata 90.

Sebenarnya Lisa sangat ingin melanjutkan sekolah nya ke jenjang yang lebih tinggi, tapi tidak mungkin. Sekarang dia benar-benar sendiri, Lisa tidak mungkin menyusahkan Acha dan teman-teman Alaska yang sudah membantu nya sejauh ini.
Lisa duduk di sebuah bangku putih di taman, guyuran hujan mulai membasahi gadis blasteran belanda-indonesia itu.

Lisa menangis dalam diam, satu persatu kenangan mulai mencambuk hati nya. "Kak Alaska apa kabar," lirih Lisa. "Mana ke keajaiban yang pernah Lisa Amin kan, kita akan bertemu suatu hari nanti."

Hujan turun sangat lebat, bersamaan dengan petir yang sangat menggema. Namun semua itu tidak menyurutkan langkah Lisa, dia lantas berdiri dan ingin segera pergi, namun matanya menangkap sosok Jovan yang telah berdiri di samping nya.

"Kak Jovan!" Seru Lisa.

Jovan pun sama, dia hanya memakai jas hitam yang sudah basah kuyup. Lisa Sangat bingung dengan tujuan Jovan untuk menemui dirinya.

Jovan memegangi bahu Lisa. "Alaska ada disini, Sa. Lo gak mau nemuin dia?"

Lisa diam, bibirnya sangat Kelu untuk mengucapkan sepatah kata. Lisa tidak akan mungkin berani menemui Alaska. Disaat kehancuran sudah menimpa pria itu. Bagaimana Tanggapan Septian mengenai Lisa? Dia pasti akan mengusir Lisa.

"Ada apa Kak Alaska ke Jakarta?" Tanya Lisa.

"Sekarang Alaska yang udah mengambil alih Seluruh perusahaan Dirgantara, terutama perusahaan yang ada di Jakarta. Dan Daniel yang pegang perusahaan William. Alaska pulang untuk mengambil kembali apa yang seharusnya sudah menjadi miliknya," ucap Jovan.

****

Riuh tepuk tangan terdengar begitu menggema dikediaman keluarga William, siapa lagi pelakunya kalau bukan Alaska the Genk. Setelah satu tahun menghilang tanpa kabar. Hari ini Alaska kembali, untuk mengambil alih perusahaan Dirgantara yang ada di Jakarta, dulu perusahaan itu masih di pegang oleh negara. Dan hari ini telah diserahkan pada Alaska.

"Ciee! Ehm yang jadi CEO!" Goda Daren.

Mereka tertawa dengan sangat kencang, Septian yang baru memasuki rumah ikut geleng-geleng dengan kelakuan remaja-remaja ini.
Bahkan Daniel, sebenarnya sudah sangat marah. Karena mereka membuang plastik Snack dengan sembarangan.

"Al, Lisa sekarang benar-benar hancur," kata Gio yang di angguki oleh semua teman-temannya.

"Kenapa?" Tanya Alaska.

Gio menatap Alaska dengan heran. "Lo bego banget sih! Lo pikir Lisa bisa bertahan hidup gimana lagi? Dia gak punya siapa-siapa dan gak punya apa-apa! Selama ini kami yang nolong semua kebutuhan nya, apalagi semua orang menghujat Lisa."

Alaska diam dan mengambil ponselnya. "Gua gak peduli, dia bukan siapa-siapa gua lagi."

Edo menurunkan ponsel Alaska, dan menatap manik mata Alaska. "Apa Lo ingat, Al. Sebelum semua kejadian itu. Lisa yang terus suport Lo, kasih Lo semangat. Mata Lo gak bisa bohongi kita, Al. Lo gak bisa bohongi kami. Kami tahu Lo masih sayang sama Lisa."

Jovan mengangguk. "Pergi dan temui Lisa, Al. Dia butuh Lo."

Alaska mengangkat jari nya, dan memperlihatkan cincin yang sudah melingkar manis di jarinya. semua teman-teman Alaska sangat bingung, dengan kelakuan sahabatnya.

"Gua udah tunangan," ucap Alaska. "Dan waktu pernikahan gua, tinggal sedikit lagi. Gua gak bisa mencintai Lisa lagi."

Acha yang duduk di samping Raja, sangat terkejut mendengar pernyataan dari Alaska. Bukan cuma Alaska, tapi semua teman-temannya.

"Kenapa buru-buru sih, Al?" Tanya Jovan.
"Lihat ke belakang, Al. Ada satu orang yang butuh rangkulan, Lo. Ada satu gadis yang butuh pelukan Lo."

Raja menggeser duduknya agar berada di samping Alaska. "Apa Lo tahu, Al." Kini Raja mulai membuka suara.

"Lo egois dengan perasaan Lo sendiri, Lo bohongi perasaan Lo sendiri. Kita semua juga tahu, Al. Lo masih cinta sama Lisa, Lo dendam sama bokap nya, tapi kenapa anak nya juga ikut-ikutan? Jangan menghukum diri lo, Al."

Alaska berdiri dari tempatnya dan segera pergi ke dalam kamar. "Gua gak pernah cinta sama, Lisa. Apapun keadaannya."

Teman-teman Alaska hanya mengelus dada dengan pasrah, ternyata sangat sulit meyakinkan se ekor anjing. Bahwa daging lebih nikmat daripada tulang.

Alaska duduk di balkon, bayang-bayang semua kenangan bersama Lisa. Berputar lagi di otaknya. Apakah Alaska sanggup untuk menatap Lisa? Alaska berharap itu tidak akan terjadi. Alaska memandangi nanar cincin yang ada di jari nya, waktu Alaska semakin sedikit. Hari pernikahannya semakin dekat. Namun, wajah Lisa masih terlukis indah dalam ingatan Alaska. Bagaimana jadinya hubungan rumah tangga Alaska dengan Zea, kalau di dalam hatinya masih Ada nama Lisa. Iya! Gadis yang akan menikah dengan Alaska adalah Zea, salah satu gadis yang pernah ada dalam lingkaran masa lalu Alaska.

Acha berjalan mendekati Alaska dengan hati-hati, dia perlahan memegang kedua bahu Alaska. Alaska sangat terkejut, dan menyeka air matanya.

"Lo masih ingat, kata-kata Lisa. Dulu Lo malah mementingkan Zea disaat Lisa masih pacar Lo?" Tanya Acha.

Alaska hanya menggeleng, toh dia memang tidak mengingat semuanya.

Acha tersenyum dengan miris. "Saat itu Lisa pernah bilang sama Lo, kalau cinta lama belum selesai, jangan buat hubungan dengan orang baru. Itu adalah Lo sekarang ini."

"Gua gak cinta sama Lisa!" Cegah Alaska.

"Jangan bodoh, penyesalan selalu datang di akhir. Hati-hati dengan penyesalan, gak usah gengsi untuk berkata Maaf! Hubungan yang tidak dilandasi oleh cinta hanya akan berakhir sia-sia!"

Setelah mengatakan hal itu, Acha keluar dan meninggalkan Kamar Alaska.

Suara kicauan burung di sore hari, menambah kerinduan Alaska. Hujan di sore hari, mengingat kan Alaska kembali pada momen terindah dalam hidupnya, bagaimana kebahagiaan nya di samping Lisa. Bagaimana hari-hari yang penuh makna dan perjuangan. Semua perjuangan Lisa ternyata sudah berakhir. Bertepatan dengan kepergian Alaska.
Apakah Alaska harus kembali? Bagaimana dengan pernikahan nya?
Semua hanya akan menjadi sangat kacau.
Alaska mengerang, semua nya terasa begitu sangat kacau. Kalau dia memilih Lisa, Septian sudah pasti sangat membenci Alaska terutama keluarga Zea. Mereka pasti sangat kecewa pada Alaska, kalau dia memilih Zea, rumah tangga mereka hanya akan berakhir sia-sia nantinya, karena Alaska tidak mencintai Zea sedikit pun.

Daniel memegang pundak Alaska dengan pelan, dia tahu dengan kebimbangan adik bungsunya itu. "Cinta bisa tumbuh seiring Dengan berjalan nya waktu."

Alaska Dan Rahasia [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang