21. Alaska Kritis

523 84 1
                                    

Tolong beri aku waktu untuk mengungkapkan, betapa berartinya kamu dalam hidup ku.

Lalisa Ayuki Nugroho.

Septian terus mondar-mandir di depan ruangan dimana Alaska berada, fikiran nya tidak tenang dengan keadaan Alaska didalam sana.

Dokter keluar dari ruangan, dengan cepat Septian lantas mendekati dokter itu. "Gimana keadaan anak saya, dok?"

dokter itu tampak menghembus nafas dengan kasar. "Kondisi anak Anda sangat kritis, kita harus segera mencari pendonor darah untuk nya."

Septian mengerjab tidak percaya. Septian meneguk ludah dengan susah payah.

Septian segera berlari keluar area rumah sakit, tujuannya hanya satu yaitu mencari pendonor untuk Alaska.

Iqbal menatap kepergian Septian dengan heran. "Om Septian kan Ayah Alaska, kenapa gak dia aja yang jadi pendonor?"

"Mungkin golongan darah mereka berbeda," Jawab Rian.

Disisi lain Lisa memandangi rumah yang disebut teman-teman Alaska sebagai markas, rumah itu sangat rapi dan indah.

Lisa menyusuri sampai dapur, Lisa ingin memasak sesuatu untuk dimakan, namun Lisa tidak pandai memasak.

Lisa membuka kulkas dan makan se Adanya disana, Lisa kembali kedalam kamar Alaska menyusuri setiap ruangan kamar itu.

Lisa memegangi jurnal milik Alaska dan membaca halaman pertama.

Untuk sunyi

Terimakasih telah menjadi teman baik ku selama ini, Untuk sepi terimakasih sudah bermain bersama ku di sore hari.
Teruntuk kalian yang menemani hari-hari ku, apa kalian tidak lelah terus mengikuti? Bahkan aku sendiri pun sangat lelah menjalani kehidupan ku.
Kalian tidak lelah terus mendorong ku dan memberikan semangat, bahkan aku sendiri pun tidak begitu menginginkan kehidupan ini.
Pergi lah.

Lisa tersenyum menatap isi jurnal Alaska. "Ternyata Kak Alaska puitis juga."

Pesan singkat.

Bagaimana hari mu? Aku sudah membaca pesan singkat dari mu, apa kau tahu pesan itu membuat ku tertawa keras di malam hari.
Payah! Aku sangat payah!
Boleh aku minta sesuatu padamu? Tolong jangan merepotkan perasaan ku.

Lisa kembali tertawa dan terus semangat membuka jurnal milik Alaska. "Kak Alaska lucu Banget sih."

Lisa tidak sengaja menjatuhkan sebuah foto dari jurnal itu, Lisa memegangi dadanya ada sedikit rasa sakit disana.

"Itu mantan nya."

"Kak Rian!"

Rian duduk disamping kasur Alaska dan memegangi foto itu. "Namanya Zea, dia satu angkatan sama kami. Tapi beberapa tahun yang lalu dia dapat beasiswa untuk pertukaran pelajar di Jerman, dan sampai sekarang hubungan Zea dan Alaska berakhir begitu aja."

Lisa hanya mengangguk, Rian lantas keluar dari kamar Alaska.

"Kak Rian mau kemana?" Tanya Lisa.

"Ke rumah sakit, jenguk Alaska."

"Aku ikut!"

"Ayo!" Ajak Rian.

Rian dan Lisa sudah berada di dalam mobil. Lisa memandangi kearah luar jendela. "Keadaan Kak Alaska gimana, Kak?"

Rian menatap Lisa sekilas. "Dia kritis."

Lisa menyeka air matanya, andai aja saat itu Lisa tidak pergi bersama Alaska, pasti semua itu gak akan terjadi sama Alaska. "Maaf! Semua ini salah Lisa."

****

Septian menggebrak meja kerjanya dengan sangat keras. "Bagaimana mungkin kalian tidak tahu siapa yang telah melakukan pengeroyokan itu pada Alaska!"

"Maaf, Tuan. Kami tidak mendapatkan jejak sedikit pun."

"Payah!"

Raja menarik Jovan dan membawa nya ke luar ruangan Septian. "Kenapa kita gak jujur aja? Dan kenapa Lo malah nutupin semua kesalahan orang tua Lisa?"

"Lo sadar gak sih, kita belum dapat izin dari Alaska. Kita nutupin kesalahan keluarga Lisa bukan berarti kita bela dia, kita lakukan itu demi kebaikan nama orang tua Lisa di mata Om Septian," ujar Jovan. "Kalo sampai Om Septian tahu, yang melakukan semua ini adalah bokap Lisa, dia mungkin gak akan pernah kasih izin Alaska buat nemuin Lisa lagi."

Drttttt

Jovan mengambil ponselnya yang tampak berdering.

"Kenapa?" Tanya Jovan pada Iqbal melalui sambungan telfon.

"Alaska Kritis!"

Jovan dan Raja lantas berlari menemui Septian. "Om, keadaan Alaska memburuk."

Mereka semua berlari keluar, dan segera berangkat ke rumah sakit.

Mobil Rian sudah terparkir di Halaman Rumah sakit dimana Alaska di rawat, Lisa dan Rian menaiki lift hingga sampai di depan pintu ruangan Alaska.

"Lo ngapain bawa dia sih, Yan? Keadaan Alaska semakin memburuk dan ini semua gara-gara dia!" Bentak Iqbal menunjuk Lisa.

"Maaf!" Lirih Lisa.

"Lo cuma bisa bilang maaf! Lo itu cuma kesialan buat Alaska, selama Lo ada, Alaska terus-terusan dapat masalah, mendingan Lo pulang!"

Alaska memohon pada Iqbal. "Kak, Please! Izinkan Lisa tetap disini untuk lihat kondisi Kak Alaska."

Iqbal tersenyum remeh menatap Lisa. "Hidup dan matinya gak penting buat Lo, Kalo Lo emang peduli sama dia, kenapa Lo gak minta bokap Lo buat bawa Alaska ke rumah sakit saat itu juga!"

"Jangan karena gue kasih Lo nginap di markas gue, Lo jadi semena-mena dan berfikir gue peduli sama Lo!" Sarkas Iqbal.

"Bal, jaga suara Lo ini rumah sakit!" Peringat Rian.

"Lo bawa dia jauh-jauh dari sini, gue muak liat muka dia!" Suruh Iqbal pada Rian.

Rian hanya mengangguk dan mencoba membawa Lisa dari sana. "Kak Please."

"Ayo, Sa!" Ajak Rian.

Rian membawa Lisa ke taman rumah sakit itu. "Maaf, Sa. Gue gak bisa bantu Lo lebih jauh, Iqbal dan Alaska adalah dua orang yang gak pernah kami bantah di pertemanan ini."

"Kenapa?" Tanya Lisa.

"Karena mereka adalah objek penting, mereka melakukan semuanya karena emang alasan yang jelas."

Lisa hanya mengangguk dan menyeka air matanya.

Jovan, Raja dan Septian berlari di koridor rumah sakit, Septian menatap nanar kearah dalam sana, dimana Alaska sedang di tangani.

Septian menyeka air matanya. "Jangan pergi dulu, Alaska. Tugas mu belum selesai disini."

Septian tersadar dari lamunan nya, ketika mendengar deringan dari handphone. "Halo!"

"Om, ini Daniel kesakitan."

"Kesakitan Gimana?"

"Dia terus-terusan pegangin perutnya, kita udah bawa ke rumah sakit, tapi kata dokter dia gak punya riwayat sakit apa-apa, semuanya baik-baik aja."

Septian menatap Alaska. "Kalian berdua semoga yang terbaik terjadi."

"Bangun Alaska! Bangun! Tugas mu belum selesai, jangan lemah dengan pergi begitu saja," Batin Septian.

Alaska Dan Rahasia [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang