Kepala ini terasa penuh.
Sesak dan panas oleh semua yang tercampur.
Ada kalanya terbentur, memar, lalu memudar.
Ada kalanya sakit melekat dan menjadi kawan.
Tiang penopang sudah nyaris runtuh.
Meleng sedikit, oleng sudah.
Susah!
(Hanggara Syauqi)
🍂🍂🍂
Membiasakan diri itu butuh waktu. Berusaha masuk ke lingkungan baru juga butuh penyesuaian. Angga sudah melewati hampir seminggu di J.A Express, tetapi masih saja asing melingkupi. Dia merasa ini bukan tempatnya.Berkali-kali berusaha mendekatkan diri pada sosok tangan kanan sang ayah, justru ketidaknyamanan yang dia dapatkan. Padahal Ardi adalah orang yang paling ramah yang dia temui.
Setelah pergulatan panjang, Angga teringat pada rencananya untuk mencari sekretaris pribadi. Pilihan Angga jatuh pada Rafka, sahabatnya. Di samping tekun, Rafka Hanenda adalah orang yang terampil dan disiplin.
"Lo gila, Ga? Apa jadinya gue kalau kerja di tempat Om Ahsya?"
"Gue minta bantuan lo, Raf, please! Suasana kerja di sana nggak nyaman. Gue butuh teman."
"Lo pikir baik-baik dulu, dong. Masa iya gue yang kudu ngurusin jadwal kerjaan lo di sana? Emang gue pernah masuk jurusan sekretaris apa?"
"Gue yakin lo bisa, Raf. Lo anak manajemen 'kan?"
"Ya emang gue anak manajemen, tapi 'kan ...."
"Fix, no debat lo pasti bisa, Raf."
"Masalahnya gue itu bagian Manajemen Pendidikan Islam! Benang merah sama sekretarisnya dari jalur mana, Angga!"
"Disambungin aja, Raf. Gue butuh lo sebagai pendamping. Besok lo harus ke kantor ayah. Gue tunggu di sana.
Perdebatan dua sahabat yang berlangsung di lantai atas Pandawa's Caffe harus berakhir dengan kemenangan di pihak Angga sebab Rafka kehilangan kata-kata. Lelaki itu tidak bisa mengiyakan juga tidak bisa terang-terangan menolak.
Ibarat maju kena, mundur pun kena. Rafka ingin sekali menolaknya, tetapi jauh di dasar hatinya ada persoalan balas budi yang sudah seharusnya dia kedepankan. Bukan dengan Angga, melainkan dengan keluarga Syauqi.
Keluarga kaya dan ternama yang secara rutin menanggung biaya hidup dan kuliahnya sampai proses wisuda digelar nanti. Ini juga perkara janji Rafka pada Ayah Ahsya. Janjinya untuk selalu ada dan menemani Angga.
Rafka Hanenda kepalang tanggung menyanggupi perihal janjinya. Jadi, meski jalan hidup seorang Angga akan hitam, putih, kelabu, Rafka akan selalu menemaninya. Itu adalah bentuk janjinya. Menyesatkan! Namun, seorang laki-laki adalah mereka yang memegang teguh janji dan perkatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eager Beaver ✔
Ficción General"Kerja keras setengah mati, tapi hasilnya nggak dibawa mati! Kamu kerja apa dikerjain?" Karena hidup sebercanda itu, maka hiduplah meski menjadi bahan candaan. Bekerjalah seperti tiada hari esok bahkan sampai tetanggamu mengira tuyul menjadi pelihar...