Detikku berharga untuk mereka yang menghargai.
Menitku berguna untuk mereka yang paling utama.
Tidak ada yang sia-sia jika sudah sesuai kegunaannya.
Hanya saja, dalam hitungan detik dan menit semua bisa berubah.
Tidak ada yang sia-sia 'kan?
Sebab saat raga ini sudah menggila,
Hanya secuil damai yang mampu menjadi penenang.(Hanggara Syauqi)
🍂🍂🍂
Sosok Ardi Rusman menjadi pusat perhatian Hanggara Syauqi. Si putra tunggal itu menjadi lebih sering mengamati tangan kanan sang ayah itu dalam diam. Sering kali tertangkap basah hingga bertukar pandang nyatanya tidak membuat Angga terbuka.
Jauh di dalam pikirannya dia merasakan Ardi seorang yang tidak asing dalam hidupnya. Dari penasarannya, selepas pulang kantor Angga mencoba membuntutinya hingga akhir perjalanan.
Tempat tinggalnya adalah alamat dari Panti Asuhan Ar-Rahman. Begitu mobilnya masuk, anak-anak berhamburan dan berebut untuk bersalaman dengannya. Melihat situasi ini, pikiran Angga melayang ke masa kecilnya.
Namun, tetap saja terasa ada yang kosong dari kepingan ingatan di masa kecilnya itu. Entah di bagian mana, Angga merasakan seperti ada yang dia lupakan. Semakin mencoba mengingat, semakin kabur ingatan yang dicarinya.
Lelaki itu memutuskan untuk meninggalkan lokasi panti asuhan tersebut. Dia mengendarai motor birunya dan beralih menuju kafe sebelum pulang. Saat sudah hampir sampai, dirinya justru dikejutkan dengan ramai yang tidak biasanya dari kafenya.
"Kalem dikit, Bos! Nggak usah pakai otot kalau emang mau cari bukti kita buka ini legal apa nggak!" Bang Satya pasang badan menghadapi oknum yang tiba-tiba datang dan berbuat gaduh.
Angga bergegas turun dari motornya dan berlari menghampiri kerumunan tersebut. Dia meminta pengunjung yang belum mendapat kursi untuk kembali keesokan harinya. Angga juga meminta beberapa pelanggan untuk segera menyelesaikan kegiatan dengan alasan kafe akan tutup lebih awal.
Inisiatif itu dia lakukan supaya tidak menarik perhatian dari pengguna jalan dan juga pengunjung kafe di sekitaran Pandawa's Caffe.
"Bang, ajak mereka masuk!" titah Angga pada Bang Satya. "Den, tutup kafe lebih awal, biarkan semua pekerja beresin pekerjaan kita. Lanjut bahas ini di dalam saja. Nggak enak sama pengunjung kafe lain."
Tiga orang yang mengaku aparat itu kemudian masuk ke kafe mengikuti Angga dan Bang Satya. Rafka yang sudah lebih dulu tiba di kafe memberi kode pada Hisyam untuk menenangkan para pekerja wanita yang ketakutan.
"Permasalahannya apa? Saya pemilik kafe ini," ujar Angga.
"Kita dapat laporan kalau kafe Anda ini menjual minuman keras, belum memiliki izin usaha, dan mempekerjakan pekerja di bawah umur." Salah satu orang dengan pakaian hitam itu berujar dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eager Beaver ✔
Fiction générale"Kerja keras setengah mati, tapi hasilnya nggak dibawa mati! Kamu kerja apa dikerjain?" Karena hidup sebercanda itu, maka hiduplah meski menjadi bahan candaan. Bekerjalah seperti tiada hari esok bahkan sampai tetanggamu mengira tuyul menjadi pelihar...