HAPPY READING ❤🤍
*****
Di hadapan dengan hidangan yang sangat lezat, Alea, Alena, serta Karina menikmati makan malam ditemani suara sendok dan garpu yang beradu di atas meja makan.
"Malam ini Mama tidur di kamar Alena." Karina menatap Alena. "Alea tidur sendirian gak papa, kan?" tanyanya.
Alea terdiam sejenak, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Dengan senang hati, Ma!"
Alena menatap Karina. "Kenapa tiba-tiba, Ma?"
Karina tak langsung menjawab. Dia lebih memilih untuk membasahi tenggorokkannya dengan segelas air sebelum menjawab. "Lampu di kamar Mama lagi rusak, dan ada beberapa kerjaan yang harus Mama selesaikan malam ini. Kamu tau sendiri kan, kalau Mama gak bisa fokus dalam keadaan gelap!?"
Alena tersenyum kecut, lalu menganggukkan kepalanya. "Alena ke kamar dulu!" ujarnya, lalu bangkit dari duduknya.
Alea menatap Karina serta Alena secara bergantian, lalu menetapkan tatapannya pada Alena. "Makanan lo masih banyak, gak sayang?"
Alena menatap Alea. "Gue kenyang!"
Kriyuk
Alea serta Karina menghentikan kegiatan mereka. Terdiam dengan kedua bola mata mengarah ke arah Alena.
Alena sontak menggelengkan kepalanya. "Bukan perut aku!"
****
Alena memegang lehernya yang sedikit sakit, sesekali dia menatap Karina yang masih saja mengotak-atik berkas di meja belajarnya. "Minyak angin yang kemarin Mama pinjem, di mana Ma?" tanyanya.
"Kamu kenapa? Lehernya sakit lagi?" tanya Karina, tanpa menatap Alena.
"Sedikit!" lirih Alena. "Di mana, Ma?" tanyanya, sekali lagi.
"Ma," panggil Alena, karena tak ada jawaban dari Karina.
"Kamu minta aja ya sama Alea!" ujar Karina. Sekali lagi, tanpa menatap Alena.
Alena mendengus sebal. Bolehkah dia menyebut Karina dengan sebutan wanita gila kerja? Bahkan sekedar mengatakan keberadaan minyak angin pun Karina kesulitan, sangking fokusnya pada berkas-berkas di hadapannya itu.
****
"Nih, minyak anginnya!" Alea memberikan minyak yang dia bawa kepada Alena dengan wajah masamnya.
Alena mengerutkan dahinya. Tak langsung menerima minyak itu. "Kok minyak goreng?"
"Terima aja, kan sama-sama minyak!" kata Alea.
Alena menatap sebal Alea. "Gue minta minyak angin, Alea. Bukan minyak goreng!"
Alea berdecak sebal. "Apa perlu gue campur nih minyak sama angin biar jadi minyak angin?"
Alena terdiam. Dia menggeleng-gelengkam kepalanya dengan pandangan tak percaya. "Otak lo di mana sih, Al?"
Alea merotasikan kedua bola matanya. "Jadi mau gak?" tanyanya, kembali menyodorkan minyak angin itu ke hadapan Alena.
"Ogah." ketus Alena. "Gue maunya minyak angin yang biasanya Mama pakek!"
Alea mengerutkan dahinya, berpikir. "Yang botolnya kecil?"
Alena menganggukkan kepalanya. "Iya, tau kan?" tanyanya, cepat.
"Itu namanya cap lang!" kata Alea, sedikit ngegas.
"Minyak angin, Alea!" kata Alena, tak mau kalah.
"Cap lang!"
"Minyak angin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AleaAlena (Akan Diterbitkan)
Teen FictionCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! Ini cerita pertama aku, harap dimaklumi karena begitu banyak kekurangan, jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, terima kasih. **** Alea menatap dala...