HAPPY READING ❤🤍
*****
Alea dan Olin kini sedang bersembunyi di balik pohon tak jahu dari keberadaan Ziviana. "Lo bisa jauh-jauh gak, sih? Gak usah mepet-mepet!" sebal Alea, karena Olin yang terlalu dekat dengannya.
Olin berdecak sebal, lalu memberikan pukulan kecil dipundak Alea. "Jangan berisik, nanti kalo kita ketahuan gimana?"
"Ketahuan gimana? Kita ini lagi di pembatas jalan, Olin!" ujar Alea, mengingatkan satu fakta. Fakta bahwa keduanya sedang berada di pembatas yang terletak di tengah-tengah jalan.
"Terus gimana?" tanya Olin.
"Apanya?"
Olin menatap Alea. "Itu beneran Ziviana?"
"Yang bila semut siapa?" tanya balik Alea, tanpa menatap Olin.
"ASTAGFIRULLAH!" Olin membolakan kedua matanya. Tak menatap Alea.
Alea sontak menoleh ke arah Olin dengan kerutan di dahinya. "Kenapa?"
"Dia sama Om-Om!" ujar Olin, sambil mengarahkan kepala Alea ke arah Ziviana.
"Bokapnya kali!"
Olin kembali berdecak sebal. "Bokap Ziviana gak setua itu!" celetuknya.
Alea mengembuskan napas kasarnya. "Terus kita harus gimana?" tanyanya, bingung. "Nolong Ziviana?"
Olin menatap Alea dengan wajah datarnya. "Lo pikir Ziviana diculik?"
"Ya, terus? Kita ngapain di sini kalo gak nolong dia?"
"Ngintip."
Alea memberikan lirikan sinis pada Olin. Detik berikutnya kedua gadis itu sama-sama bungkam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"NA, ALENA. ITU OM-OMNYA NGELUARIN UANG!" ujar Olin, heboh.
Alea terdiam. "Sejak kapan Ziviana suka ngutang?"
Olin menatap takjub Alea . "Pikiran lo positif banget ya, Na!"
"Tapi ...."
Seakan satu pemikiran mulut keduanya langsung bungkam. "Jangan bilang ...."
"Gak, enggak!" Olin menggelengkan kepalanya. "Gue kenal Ziviana, dia gak mungkin kayak gitu."
"Lo mikirin apaan?" tanya Alea. Menatap Olin dengan pandangan penuh curiga.
"Lo sendiri mikir apaan?" tanya balik Olin.
"Ziviana rentenir!" jawab Alea. "Lo?"
"Open BO!"
"Hemm." Alea berdeham sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. Masuk akal juga. "Tapi sejak kapan Ziviana suka jualan?" Alea menatap Olin.
"Perlu gue tanya ke pohon?" tanya Olin dengan wajah datarnya.
Alea berdecak sebal, tak menjawab pertanyaan Olin dan memilih untuk kembali memantau Ziviana. Namun, Alea tak menemukan keberadaan Ziviana di sana. Gadis itu tiba-tiba saja menghilang.
"Ziviana ke mana?" tanya Alea, sedikit heboh.
"Itu Ziviana!" tunjuk Olin. Alea segera mengikuti arah pandangan Olin, di sana dapat dia lihat Ziviana yang tengah membuka pintu taksi dan hendak masuk ke dalamnya.
"BURUAN IKUTI!"
****
Alena melangkahkan kakinya keluar rumah, ingin pergi membeli cemilan sambil menunggu kedatangan Alea. Malam ini rumah megah itu kembali sepi, tidak ada Karina, Riri, Alea, mau pun Alan. Sangat-sangat sunyi hingga berhasil memberi kesan horor pada rumah megah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AleaAlena (Akan Diterbitkan)
Ficção AdolescenteCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! Ini cerita pertama aku, harap dimaklumi karena begitu banyak kekurangan, jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, terima kasih. **** Alea menatap dala...