HAPPY READING ❤🤍
*****
Alea dan Karina berjalan beriringan di koridor rumah sakit. Berjalan menuju ruangan Juana yang lumayan jauh.
Alea menatap Karina. "Aku beneran gak papa kok, Ma!" katanya, mencoba menggagalkan pemeriksaan yang akan ia lakukan.
Karina menoleh sekilas ke arah Alea. "Hasil pemeriksaan kemarin sudah keluar, kita harus lihat!" ujar Karina, memberitahu.
Alea terdiam. Sedikit legah karena dirinya tak harus diperiksa. Namun, dia tak bisa menutupi rasa penasaran yang sangat menggebu.
****
"Jadi, gimana hasil pemeriksaannya, Dok?" tanya Karina.
Kini Alea dan Karina sudah duduk berhadapan dengan Juana di ruangan pria itu.
Juana mengembuskan napas beratnya. "Kemungkinan Alena untuk sembuh sangatlah kecil, dan secepat mungkin kita harus mendapatkan donor tulang sumsum untuk Alea!" jelas Juana.
Alea membolakan matanya, badannya mendadak kaku untuk digerakkan. Apa dia tidak salah dengar?
"Sakit Alena, separah itu?" tanya Alea tiba-tiba, membuat kerutan di dahi Karina terlihat.
Alea yang sadar akan ucapannya langsung berdehem, lalu kembali mengeluarkan suaranya. "Maksud saya, obat yang saya mi ...."
"Kita sudah bahas soal obat. Obat itu hanya penghilang rasa sakit dan tidak berpengaruh untuk kesembuhan!" sela Juana, sambil menatap Alea.
Karina menatap Alea, menggenggam tangan mungil Alea yang sudah mendingin. Karina tersenyum tipis hingga Alea terpaku melihat senyuman itu. "Mama bakal dapatin pendonor buat kamu!" kata Karina.
****
Alena duduk di atas ranjang. Menunggu kedatangan Alea ditemani buku novel kesayangannya, hingga suara decikan pintu mengalihkan titik fokusnya. Ia menatap Alea yang sudah berdiri di depan pintu.
Alena menutup novelnya, segera menghampiri Alea. "Tadi gimana?" tanyanya, cepat.
"Mama tau?" tanya Alena, lagi. "Kita gak ketahuan, kan?"
Alea mengembuskan napas kasarnya. Baru saja pulang dia sudah ditodong banyak pertanyaan. Alea menggeser tubuh Alena yang menghalangi jalannya. Namun, pergerakkannya terhenti saat permukaan kulitnya tak sengaja menyentuh lengan Alena.
Alea menatap Alena. "Lo sakit?"
Alena menggelengkan kepalanya, bohong. "Enggak!"
"Lo sakit!" tegas Alea.
"Cuma gak enak badan!"
Alea menunjuk ranjang menggunakan dagunya. "Istirahat, gue masakin bubur!" kata Alea. Bergegas keluar kamar untuk menuju dapur.
"GAK USAH BANDEL KALO DIBILANGIN!" teriak Alea, mengurungkan niat Alena yang hendak menghentikkannya.
****
Di kamar super besar ini kedua gadis sedang dilanda keheningan, hingga salah satu dari keduanya membuka pembicaraan.
"Cuma segini?" tanya Alena. Melihat bubur yang baru saja Alea buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AleaAlena (Akan Diterbitkan)
Ficção AdolescenteCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! Ini cerita pertama aku, harap dimaklumi karena begitu banyak kekurangan, jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, terima kasih. **** Alea menatap dala...