Happy reading ❤🤍
*****
Alea dan Alena saling pandang dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuh mungil mereka. Hari ini tak ada drama tukar sekolah. Dan sesuai dengan ucapan Alea tadi malam, pagi ini mereka sudah siap membuktikan ucapan siapa yang benar. Minyak angin atau cap lang.
"BIK RIRI!" teriak Alena, memanggil Riri tanpa mengalihkan pandangannya dari Alea.
Riri yang baru selesai membereskan pakaiannya segera menghampiri kedua gadis itu. "Iya, Non. Ada apa?" tanyanya, sopan.
Alea menatap Riri. "Tolong Bibik liat cap lang yang ada di kamar Mama!" suruhnya.
"Minyak angin!" sahut Alena, sedikit sebal.
Alea merotasikan kedua bola matanya, lalu menatap Alena. "CAP, LANG!" ujarnya, penuh penekanan.
Alena berdecak sebal, menatap tak suka ke arah Alea. "Coba Bibik liat di kamar Mama, itu cap lang atau minyak angin?" ujarnya, sambil menatap Riri.
Riri mengangguk patuh, lalu berjalan menuju kamar Karina. Walau tak mengerti apa yang didebatkan kedua gadis itu di pagi buta begini, dia tetap menuruti ucapan mereka.
Sudah hampir lima menit, namun Riri tak kunjung kembali, membuat Alea berdecak sebal. "BIK, UDAH BELUM!"
"Iya, Non!" Riri muncul di balik tembok, membuat Alena memegang dadanya, sedikit terkejut.
"Bibik, ngagetin aja deh!" sebal Alena.
"Lebay," cibir Alea, pelan.
Alena melirik tajam Alea. Untung masih pagi. "Lo tau gak sih bahayanya jantung kalo lagi kaget?"
"Yang anak IPA mah beda, pembahasannya kesehatan mulu!" celetuk Alea, sedikit menyindir.
"Dari pada bahas masa lalu mulu!"
"Non!" Riri menatap Alea dan Alena secara bergantian, menghentikan perdebatan kedua gadis itu. "Minyaknya."
Alena menatap Riri. Sedikit tersenyum, lalu bertanya kepada Riri. "Jadi apa? Cap lang atau minyak angin?" tanyanya.
Riri menggaruk tengkuknya, menatap kedua gadis itu dengan kikuk.
"Apa, Bik?" tanya Alea, tak sabaran.
"Balsem, Non!"
Alea dan Alena sontak bangkit dari duduknya. Terkejut. "Kok balsem sih, itu kan cap lang!" ujar Alea, tak terima.
"Cap lang dari mana, itu tuh minyak angin!" ketus Alena.
"ITU TUH CAP LANG!" sebal Alea, sedikit menaikkan nada bicaranya.
"MINYAK ANGIN!" ujar Alena, tak mau kalah.
"CAP LANG!"
"MINYAK ANGIN!"
"Kalian gak ke sekolah?"
Adu mulut Alea dan Alena sontak terhenti. Kedua gadis itu sama-sama menoleh ke sumber suara. Menatap Karina yang entah sejak kapan berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AleaAlena (Akan Diterbitkan)
Roman pour AdolescentsCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! Ini cerita pertama aku, harap dimaklumi karena begitu banyak kekurangan, jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, terima kasih. **** Alea menatap dala...