Part 45

1.7K 334 6
                                    

HAPPY READING ❤🤍

*****


Keyvan menatap sebal Alea yang tengah berlari kecil menuju ke arahnya, hampir 10 menit dia menunggu gadis itu di depan gerbang SMA Harapan Bangsa dan dengan seenak jidatnya Alea menghampirinya dengan senyuman di wajahnya.

"Lama banget sih lo, ngapain aja?" tanya Keyvan, sesampainya Alea di hadapannya.

Alea merotasikan kedua bola matanya. Malas. "Lo pikir mudah buat kabur?" tanyanya.

Keyvan berdecak sebal. "Buruan naik!" suruhnya.

Alea langsung memasang helm di kepalanya sebelum naik ke atas motor milik Keyvan.

Keyvan langsung melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, membelai jalan raya, menyalip kendaraan lainnya dengan sangat lincah. Sedangkan Alea? Gadis itu dengan santai malah memainkan ponselnya, membalas pesan dari Gavino tanpa rasa takut sedikit pun.

Gaga bukan burung
Lo di mana?

Alea
Kenapa? Kangen?

Gaga bukan burung
Gue lagi diintrogasi nih!

Alea
Sorry, gak nanya

Gaga bukan burung
Diem, Le. Gue gak mau emosi

Gaga bukan burung
Balik ke sekolah sekarang!

Alea
Gak bisa, gue ada urusan yang sangat penting-ting-ting!!

Gaga bukan burung
💨💨💨

Gaga bukan burung
Beban Negara gak usah belagu!

"LO GAK PAPA NIH KE SMA GARUDA? EMANG LO GAK TAKUT RAHASIA LO KEBONGKAR?" tanya Keyvan, sambil teriak.

"ALEA?!" teriak Keyvan, lagi. Saat tak kunjung mendapat sahutan dari gadis itu.

"KENAPA?" balas Alea. Bertanya.

"GAK!" ujar Keyvan, mengurungkan niatnya untuk bertanya.

"GAK JELAS!"

****

"Lo yang lakuin semua ini?" Alena menatap Ziviana dengan wajah datarnya.

Ziviana terdiam sejenak sebelum mengeluarkan suaranya. "Gue terpaksa, Na. Maaf!"

Olin berdecak sebal. Hampir kehabisan kata-kata. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ziviana. "Zi, kalo lo terpaksa, kasih tau kita alasannya," ujarnya.

Ziviana terdiam.

"Ziviana," panggil Olin.

Ziviana menggelengkan kepalanya. "Sekarang, gue gak bisa!"

"Gak sekarang? Terus kapan?" tanya Olin, mulai sebal.

"Lo ada dendam apa sama gue? Gue punya salah sama lo?" tanya Alena, menahan diri untuk tetap tenang.

Ziviana mengembuskan napasnya secara kasar. "Gak gitu. Gue tau gue jahat, tapi gue sayang sama Kalian!" tegasnya. "Gue harap persahabatan kita gak sampai di sini!"

Alena menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya. "Lo egois!" ujar Alena, pelan. Hampir seperti bisikkan.

Ziviana menatap dalam kedua bola mata Alena, lalu berkata, "Maaf!"

AleaAlena (Akan Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang