Minggu yang cerah, dan aku yang berada diantara ramainya pengunjung Uniquely dihari Minggu. Memesan Ice Americano sambil menunggu seseorang datang. Dua jam yang lalu aku memutuskan untuk membalas pesannya dengan kata 'Oke, ayo kita ketemu', saat itu juga aku sadar, aku ingin benar-benar mengakhiri semuanya bersama, meski sebenarnya aku tahu ini sudah berakhir sejak lama. Tapi aku ingin membuat hatiku lega dan tak terbebani lagi, aku tak ingin menangis setiap malam, aku tak ingin terluka setiap mengingat semua kenangan itu lagi. Bahkan sebelum datang kesini, aku sudah menyiapkan hati yang luas saat akan bertemu dan mendengar apapun nanti, apapun yang akan terucap dari bibirnya.
Sreet
Tak lama kemudian, pandanganku teralih ketika seseorang menarik kursi di depanku. Dengan balutan kemeja putih dan celana uniqlo cream yang tampak begitu serasi, ia tersenyum padaku sebelum duduk, seakan sengaja ingin pamer bahwa sampai kapan pun hanya dia laki-laki paling menawan untukku.
"Elle?" Sapanya, membuyarkan keterkejutanku, "Udah lama nunggunya?"
"E-eh, iya. E-eh enggak kok, santai aja" Jawabku.
Apa kalian tahu? Saat ini hatiku sudah meletup-letup, ingin menawar pada Yang Maha Kuasa, supaya aku bisa memutar waktu ke delapan tahun yang lalu. Bisakah?
"Maaf ya. Tadi harus nyelesain ngurus beberapa hal sebelum kesini."
Aku hanya tersenyum sebagai jawabannya, menunggu adalah keahlianku bukan?
Kita berdua masih sama-sama diam sampai beberapa menit kemudian Matchalatte dingin pesannya diantar ke meja nomer 7, meja yang kini tengah kami tempati. "Makasih, mba." Ucapnya kepada seorang waitress Uniquely.
"Jio?" Panggilku, yang reflek membuat perhatiannya teralih padaku. "Apa kabar, Ji?" Sambungku, berusaha menahan gemuruh didalam sana.
"As you see, Ell." Kekehnya sambil menyecap Matchalatte dingin yang baru ia sentuh. "Aku sehat. Masih sama kayak dulu kan?"
Aku mengangguk. Jio memang tidak berubah, bahkan semenjak delapan tahun yang lalu, saat pertama kali aku bertemu dengannya. Mendengar apa yang ia ucap barusan, aku merasa senang dan kecewa dalam waktu bersamaan. Senang karena tahu Jio baik-baik saja, dan kecewa karena tanpaku dia merasa tetap utuh. Tetapi diantara dua perasaan itu, aku akan memberinya lebih banyak rasa bahagia.
"Kamu sendiri apa kabar? Lama banget kita lost contact"
Aku kacau. Setelah kamu menjauh sejak lulus SMA, semenjak kamu pacaran sama orang lain, semenjak kamu gonta-ganti cewe, semenjak kamu mengabaikan aku. Aku ngga pernah baik-baik aja semenjak kamu tinggal. Apa menurut kamu, ada didunia ini perempuan yang sanggup bertahan sendirian selama 8 tahun dengan perasaan bertepuk sebelah tangan? Alih-alih menjawab demikian, yang aku lontarkan hanyalah,
"Aku baik kok." lalu mengangguk, "Iya ya, aku sibuk juga" dengan air muka bahagia, yang sebenarnya hanya pura-pura.
Setelahnya aku dan Jio membicarakan apa saja yang bisa kami bicarakan. Melupakan perasaan masalalu kami berdua, dan aku yang perlahan-lahan menyerah untuk hanya mendapatkan sebuah kalimat penjelasan tentang kepergiannya. Untuk saat ini, kami memilih untuk menjadi kawan lama yang akhirnya kembali bertemu lagi, di Uniquely.
Bersambung .....
******
Hallo temen-temen,
Yay update. Gimana? Masih mau ikut perjalanan Gabrielle menuntaskan masalalunya?
Kira-kira setelah ini, apakah Gabrielle akan menemukan jawabannya atau masih akan terjebak seperti tahun-tahun sebelumnya?
Tunggu chapter-chapter berikutnya yaa.
Untuk minuman, kalian team Gabrielle atau Jio nih ? Kalau aku team es teh aja hehehe
YOU ARE READING
Au Revoir
Short StorySelama ini hanya aku yang menggenggam terlalu erat, hingga akhirnya aku sadar, aku kesakitan dan berdarah-darah. Terimakasih Jio, untuk kesempatan bertemu dan setiap kalimat penjelasanmu. Au Revoir. ft. Ten Lee cover pict by pinterest