Suicide Hotline

1.3K 120 5
                                    

Am back :)


Sorry for Typo

And enjoyed :)



.
.
.




Suicide Hotline





Tepat jam 12 malam, Namjoon masuk ke dalam penthousenya. 2 jam lalu ia keluar untuk mengusir penatnya dengan menyewa sepeda dan mengayuh di sepanjang track pesepeda di sekitaran Sungai Han. Setelah itu, ia kembali ke penthouse dengan menggunakan transportasi umum .

sekarang ia lelah. Di henyakannya tubuh tinggi yg sedikit berbobot itu ke sofa empuk depan perapian yg menyala. Mata solidnya menatap kosong langit langit penthouse yg sewarna kayu, membiarkan tubuhnya rileks sesaat setelah mengalami hari yg padat.

Merasa kantuk tak kunjung datang, ia kembali bangkit menuju pantri dapur untuk membuat minuman yg akan membantu kantuknya datang. Akhir akhir ini, Namjoon mengalami insomnia. Dia akan baru tertidur jika waktu larut sudah hampir habis menuju fajar. Tak ada alasan pasti kenapa ia jadi susah tidur kali ini, hanya berasumsi bahwa ia sedang berada di titik jenuh dalam hidupnya.

Hingga ponsel pintar yg ada di dalam sakunya berdering, menginterupsi kegiatan aduk mengaduk isi cangkir agar tercampur itu.

"Halo, panggilan bunuh diri?"

Namjoon menaikan sebelah alisnya. Sedang di sebrang sana, terdengar suara agak serak namun manis sekali di pendengaran Namjoon.

"Bukan. Aku rasa kau mendapatkan nomor yg salah." Jawab Namjoon sambil membawa cangkir hangatnya mendekati sofa yg menghadap langsung ke luar jendela.

Setelah meletakan cangkir di atas sofa empuk di sebelahnya, Namjoon melihat ke layar ponsel yg disana tertulis nomer tak di kenal. Pantas saja.

"Benarkah? Kalau begitu maaf kan kesalahan ku. Aku hanya ingin," ada jeda di sana sebelum akhirnya suara manis di sebrang telpon kitu kembali bicara.

"Kill my self."

Apa ini oktober mop? Atau prank yg terlambat karna kemarin adalah hari ulangtahunnya? Sungguh jika ini adalah sebuah lelucon, maka Namjoon menganggap ini adalah hal yg paling tidak lucu.

"Kau bercanda?"

"Tidak." Suara manis itu sungguh tenang sekali. "Kupikir, telpon umum yg tersedia di sekitar sungai Han memang menyambungkan ke Suicide Hotline."

Otak Namjoon mulai merewind jalur sepanjang sungai Han, rempat favoritenya bersepeda. Memang disana ada sebuah telpon umum tersedia, namun ia tak pernah tahu bahwa trlpon yg di sediakan disana untuk menyambungkannya ke apa tadi?! Suicide Hotline?! Panggilan bunuh diri?!

"Kau harus menarik kata katamu."

"Kenapa?" Namjoon tersenyum tipis sambil meraih cangkir tehnya. Menyesap lembut teh yg menghangatkan kerongkongan tandusnya.

"Karna kau manusia. Kau ingin menyakiti dirimu, maka kau membutuhkan pertolongan."

Suara manis di sebrang telpon terkekeh, entah mengapa kekehannys saja begitu sumbang. Membuat Namjoon mulai membayangkan wajah dari orang yg menelponnya.

"Ya, itu tidak lama lagi. Kau tahu itu. Karna kematian adalah satu satunya jalan keluar bagiku."

Sekisah Dua Kisah MinimoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang