Di Sini, Untukmu

975 89 6
                                    


Galau melahirkan cerita pendek
Dengan emosi campuran

Maaf untuk Typo yg bertebaran,



.
.
.

akankah bisa ku katakan, bahwa kau lah yg terindah untukku ?




Sudah pukul 4 sore, ketika Namjoon keluar dari kelas bisnisnya. Hari ini, dia tak punya jadwal khusus le pertemuan sampai nanti jam 7 malam. Tapi, langkahnya tergesa. 1 detik setelah Dosen salam, tanpa ba bi bu  ia langsung melesat keluar kelas menuju tempat dimana mobilnya di parkir. Lalu, tancap gas.

Di tengah pelajaran, Kim Taehyung, manusia yg tak pernah mengaku manusia itu mengiriminya pesan di room chat. Mengatakan bahwa sahabatnya, Jimin— crush sepanjang abad Namjoon) mendapat peringkat 3 di sekolah. Dan Namjoon tau ini bukan pertanda yg baik.

Namjoom sudah sangat hafal spot terbaik seorang Park Jimin datangi ketika lrlah kesahnya berkumpul. 4 tahun menjadi Crush, membuatnya khatam apa apa saja yg kerap di lakukan si bonsai cantik yg menyedihkam itu.

Semoga saja belum terlambat.

Dan sungai Han menjadi tujuan utama Namjoon, untui menyambangi Jimin.

Setengah jam berkendara dengan pikiran tak baik baik saja membuat segalanya berjalan begitu lamban. Kakinya melangkah cepat menyusuri sisi sungai, tempat dimana biasa orang orang putus asa ingin mengakhiri hidup. Dengan nafas menderu dan perasaan sedikit lega bercampur syukur, Jiminnya tidak ada disana.

Atau Jimin sudah menceburkan diri??

Namjoon segera mendekatkan diri di pagar pembatas sambil matanya melongok ke bawah, Mencari riak air. Tak ada. Yg dia lihat, airnya nampak tenang. Menandakan tak ada sesuatu yg jatuh kesana.

Matanya kembali memindai, hingga pandangannya menatap lurus sosok tak asing yg duduk tenang di atas ayunan.

Jimin ada di sana, dengan raga yg nampak kosong. Dan itu menyakiti hati Namjoon.

***

Menjadi peringkat 3 tingkat Nasional adalah hal yg cukup membanggakan bagi anak di seusianya, kan? Belum lagi nilai ujian TOIEC dengan nilai yg hampir terbilang sempurna.

Tapi itu semua hampa bagi Park Jimin. Bukan sesuatu yg membanggakan.

Disinilah dirinya berakhir, dengan kembali meminum obat guna menenangkan emosi yg hampir saja meleber keluar dari ubun pucuk kepalanya. Dia tak ingin pulang, dia tak ingin orang tuanya kembali bicara seolah dia adalah beban hidup mereka. Atau mungkin memang begitu?

Dongkol, seolah sudah menjadi makannannya setiap hari ujian. Dan kecewa jadi makanan penutup setelah ujian selesai. Sungguh tragis yg sempurna.

Dan dia menyalahkan Kakaknya dan kepintaran kakaknya.

Sayangnya dia menyayangi kakaknya, sehingga ia tak bisa sekedar meluapkan segala marahnya pada Jihoon. Miris.

Padahal Jihoon tak pernah belajar serius, dia tidur 7 jam setiap hari, makan 3kali sehari dan ah tak tau lah. Sedangkan dirinya, separuh waktu luangnya di gunakan berada di perpustakaan, mengorbankan waktu tidur yg hanya 4 jam sehari dan makan sekenanya hanya untuk, Be. La. Jar.

Tapi tak ada yg melihat perjuangannya, Tak satupun dari keluarganya. Tak ada stupun bentuk perhatian atau bentuk cinta. Dia terasingkan.

Matanya sudah sembab dengan hidung yg memerah, Tak peduli udara sore ini berhembus cukup kencang dan dingin. Dia hanya ingin tenang dan bersembunyi dengan sedikit perhatian.

Sekisah Dua Kisah MinimoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang