Day and Night

577 62 13
                                    

Sedikit perhatian,
Ini cerita yg mengandung unsur
18+


.
.
.




Wajahnya perlahan memucat, bahkan bibirnya seolah kelu hanya dengan membaca judul yg tertera di lembar jurnalnya. Jimin hampir saja mendapat serangan jantung kalau saja Minam- atasannya, tak mengguncang tubuh minimalisnya.

"Ayolah.. aku janji akan memberimu uang bonus dan uang makan di muka."

"T- tapi, kenapa harus aku, noona?" Tanya Jimin ragu. Jimin sendiri bukan tipikal orang yg mudah protes, cenderung langsung mengerjakan perintah atasan.

Tapi, untuk yg satu ini. Jimin rasanya tak bisa.

"Kau pernah magang di kantor itu dulu, kan?? Jadi kurasa, akan lebih mudah jika kau yg melakukan wawancaranya." Terang Minam yg memang tak mengetahui apa apa. Ayolah, ini berat untuk Jimin.

Tak munafik ada perasaan senang dalam diri Jimin mendapat tugas mewawancarai kekasihnya sendiri. Tapi Jika mengingat keadaannya, Jimin jadi ciut.

"N-noona, setahuku Tuan Ceo Kim Namjoon itu adalah orang yg sangat sibuk. Jadi alang-"

"Suamiku kenal baik dengannya," potong Minam cepat. "Dan dia secara khusus sudah meluangkan waktu sibuknya siang ini untuk majalah kita."

Tak ada lagi kalimat bantahan yg keluar dari mulut Jimin, hanya ada ego dan logika yg kini tengah berseteru dalam hati. Jujur ia ingin bertemu kekasihnya. Rindu karna sudah 1 minggu mereka tak bertemu, bahkan bertukar kabar melalui pesanpun tidak. Jimin tak ingin mengacau, apalagi bertemu di kantor.
Tetapi akhirnya, ia mengalah pada hatinya.

"Jam dua siang ini, kau bisa langsung datang dan bertemu di ruangannya. Aku juga menugaskan Jungkook untuk menjadi rekan meliputmu kali ini. Jadi kalian harus rukun, oke? Aku akan memberikan uang bonus dan uang makan beda amplop kalian agar tak memicu perang pertengahan abad."

Dan Jimin semakin terpuruk mendengar penuturan kabar dari Minam barusan, yg membuat kedua bola matanya melebar

Astaga, kenapa harus dengan Jeon sialan- Jungkook?!







Semua terjadi begitu saja layaknya cerita Picisan klise di layar kaca seperti; bertabrakan, saling berpandang, meminta maaf, kemudian ternyata wajahnya di setiap waktu. Dan itulah alasan untuk percaya jika cinta bisa tumbuh sekehendak dirinya.

Jimin merasakan semua itu.

Bagaimana ia menahan debaran jantung yang dengan kurang ajar hanya dengan melihat atasannya berjalan didepan meja kerjanya, melihat penuh perhatian lembaran kertas hasil presentasi karyawan atau ketika dia sedang meneguk kopinya.

Semuanya membuat Jimin menggila!

Siapa yang tahu? Kalau nyatanya Tuhan memang selalu berbaik hati padanya. Namjoon didatangkan ke dalam hidup Jimin saat dirinya sedang benar-benar membutuhkan pertolongan, di antara hidup dan matinya. di mana malam itu Jimin mengalami kecelakaan karena hujan lebat yang mengguyur kota. Membuat taksi yang ditumpangi malam itu tergelincir dan menabrak truk molen pengangkut semen. Di antara sadar yang tipis, Jimin masih sangat mengenali Siapa orang yang telah membopongnya keluar dari dalam taksi dan membawanya ke rumah sakit. Dengan rela membiarkan jas mahalnya menyelimuti tubuh Jimin yang sudah bersimbah darah. Tak sampai disitu, Namjoon juga menyumbangkan sekantung darah untuknya dan menjadi satu-satunya orang yang rela bolak-balik menjenguk, mengingat Jimin hanyalah Sebatang Kara.

Hati Jimin telak terbawa olehnya, Jatuh dalam pesona bos besar yang sempurna.

Jimin jatuh cinta kepada Kim Namjoon.

Sekisah Dua Kisah MinimoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang