To each his own (2)

476 47 23
                                    

Part 2

Beware;

Intimate scene


.
.



As if you didn't know
Satu hal yang tak kau tahu
You ignored all the darkest of warnings
Kau hiraukan semua peringatan buruk itu
Found our end in the silence of morning
Mendapati akhir hubungan kita di heningnya pagi
It fell beneath the cold
Serasa menggigil

I'll take the desert, you take the coast
Ku pilih jalanku,kau pilih jalanmu
But to each his own
Dan masing-masing punya takdir sendiri
I'll take the desert
Aku akan memilih takdirku



.





Keduanya sudah berbaring nyaman di atas kasur empuk kamar hotel bernomor 113 itu. Baik Namjoon maupun Jimin pada akhirnya memutuskan diri untuk saling terbuka untuk mengenang rasa yg nyatanya tak pernah berubah setelah tiga belas tahun berlalu. Bahkan Namjoon mencoba meruntuhkan segala batas yg menjadi kecanggungannya selama ini terhadap makhluk indah yg sedang tersenyum manis di hadapannya.

Sebelah tangannya yg bebas, di bawa membelai wajah yg begitu kenyal dan lembut dengan warna kontras sipu di pipi. Masih sama cantiknya saat terakhir kali Namjoon bertemu di ceremony pembukaan restoran Mingguk yg pertama, sekitar empat tahun lalu. Meski hanya sebentar ada disana karna sesuatu hal, namun masih segar dalam ingatan Namjoon pakaian cantik yg di kenakan Jimin dengan topi baret warna hitamnya. Wajah flawless dengan sedikit goresan make up tipis, menjadikan wajah Jimin di hari itu terlihat begitu cantik.

 Wajah flawless dengan sedikit goresan make up tipis, menjadikan wajah Jimin di hari itu terlihat begitu cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan sekarang, rasanya wajah Jiminpun semakin bertambah cantik. Apalagi di lihat dari jarak sedekat ini. Bagaimana mata cantik dengan kontak lensa berwarna abu terangnya membentuk bulan separo saat senyum sipunya merekah. Tak ada tandingan, dialah mahakarya Tuhan yg sempurna. Dan Namjoon sangat memuja seluruh keindahan itu.

Tangan Namjoon berhenti tepat di dagu Jimin. Dengan sedikit mendorong keatas, Namjoon membuat Jimin sedikit menengadahkan wajahnya sambil ibu jarinya bermain di bilah bibir bawah ranum milik Jimin.

"Boleh kah?"

Pertanyaan itu bukanlah basa basi semata seorang Kim Namjoon, melainkan sebuah kehormatan dominan yg Namjoon miliki untuk makhluk indah yg pantas di elu elukan seperti Jimin.

Jimin mengangguk ringan, memasrahkan diri pada dominan yg haus akan kisah cinta pertama lama terpendamnya. Karna demi apapun, Lampu hijau yg Jimin berikanpun adalah hasil dari akumulasi rasa yg tak pernah bisa dia hilangkan sampai detik ini. Maka biarkanlah waktu yg membuat semua rasa menjadi sebuah ingatan manis untuk dirinya.

Sekisah Dua Kisah MinimoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang