Prolog

13 2 0
                                    

"Abah, tadi ummah dapat telfon dari sekolah Naura, katanya Naura lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Jakarta." ucap ummah dengan nada sedih.

"Alhamdulillah kalau begitu, kenapa sedih? Ini rezeki anak kita."

"Tapi bah, ummah ingin sekali melihat Naura menjadi hafidzah, pintar ilmu agama dan mengabdi di pesantren seperti Qonita dulu."

"Ummah dengerin abah, kita tidak boleh mematahkan impian anak kita hanya karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Meskipun Naura dan Qonita lahir dan di didik oleh keluarga yang sama, abah yakin keduanya memiliki jalannya masing-masing, kita sebagai orang tua hanya bisa berdo'a dan meminta yang terbaik untuk keduanya."

"Tapi bah, ini Jakarta. Naura itu perempuan, ummah khawatir padanya."

"Sudahlah ummah jangan berpikir yang tidak baik, kita serahkan saja semuanya kepada Allah."

Dari sinilah cerita ini akan berawal, tentang sepak terjang kehidupan yang mengantarkan Naura keluar dari zona nyaman, hidup di tengah tekanan dan ketidakpastian, membangun bentengnya sendiri dan pada akhirnya ia menemukan jua alasan untuk apa ia berpijak.

Jakarta yang kabarnya kota metropolitan dengan sejuta isu kejahatan, rupanya membawa angin kebaikan pada hidup Naura.

Iya Naura, gadis desa dari pesantren yang ditakdirkan oleh Allah berkelana di kota yang dikenal dengan sejuta image buruk oleh lingkungan tempat ia dilahirkan.

"Aku yakin Jakarta tak seburuk yang mereka bayangkan. Kalau gak percaya aku akan buktikan!" Ucapnya mantap dalam hati

📖📖📖

Hey semua, salam kenal, ini adalah cerita pertamaku. Mohon dukungan dan sarannya ya.

Selamat membaca!

Untuk ApaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang