🌱 Part 02 🌱

7 1 0
                                    

Naura beranjak dari tempat tidurnya, dab bergegas ke kamar mandi untuk berwudlu' dan berganti baju santai. Rok plisket abu muda, atasan lilac dan bergo abu menjadi outfit pilihannya hari ini.

Tanpa menunggu lama Naura bergegas menuju ruang makan, disana udah ada ummah, abah, mbak qonita dan ustadz ilham.

"Assalamu'alaikum" sapanya sambil mencium telapak tangan kedua orang tuanya

"Wa'alaikumussalam, sehat nduk? Sini duduk samping abah" jawab abah sambil menunjuk kursi kosong disampingnya.

Ritual sarapan yang agak kesiangan pun di mulai, tak ada yang berbicara semua fokus pada hidangan dan menikmatinya dengan rasa syukur yang tiada tara. Begitulah abah mengajarkan adab makan pada anak dan istrinya.

Setelah 10 menit berlalu, sarapan pun selesai. Abah kemudian membuka suara.

"Qonit, Naura, dan nak Ilham. Apakah hari ini bisa kumpul sebentar? Ada hal penting yang mau abah bicarakan."

"Mboten bah, sepertinya hari ini semuanya free." Jawab mbak Qonita mewakili ketiganya

"Baiklah kalau begitu, selesaikan dulu makannya. Abah tunggu di ruang keluarga."

Mereka bergegas menghabiskan makanan penutupnya, lalu beranjak menuju ruang keluarga.

Semua orang sudah berlalu, hanya tersisa Naura seorang diri dan 2 mbak santri yang siap membereskan piring-piring kontor.

"Ndak usah ning, biar kami saja yang bereskan" cegah mbak santri saat Naura mengangkat beberapa piring kotor ke dapur

"Sudah mbak tak apa, ini juga sisa ku kok. Jadi udah jadi kewajibanku membereskannya sendiri. Aku juga santri loh."

Mbak santri hanya bisa mengiyakan ucapan Naura. Hanya Naura seorang yang enggan dibantu mbak santri, semua dilakukannya sendiri.

Setelah selesai Naura kemudian menuju ruang keluarga.

"Assalamu'alaikum, maaf Naura telat tadi masih bantu beres-beres di dapur."

"Wa'alaikumussalam. Gapapa ra, sini duduk samping Abah." ucap abah ketika naura tiba di ruang keluarga

Naura hanya menurut permintaan abahnya, lalu beliau mulai membuka obrolan.

"Apa kabar ra? Gimana 3 tahun di pesantren, udah dapat calon yang tepat belum?"

"Ish abah ya, Naura itu di pesantren untuk nimba ilmu bukan cari jodoh."

"Yeee sok polos kamu dik, paling udah naksir ustadznya." Goda mbak qonita

"Dih, aku gak kayak gitu ya mbak." Jawab Naura ketus

"Sudah, sudah. Ra ummah mu bilang ke abah katanya kamu keterima kuliah di jakarta, bener begitu nak?"

"Alhamdulillah inggih bah, tepatnya di Universitas Pensilvania."

"Wah keren, ngambil jurusan apa ning?"
Timpal ustadz ilham dengan wajah takjubnya

"Jurusan ilmu perpustakaan ustadz."

"Jurusan kok perpustakaan dik, paling ntar belajar nata buku doang." Sela mbak qonita

"Ih nggak gitu juga mbak, jurusan perpus itu keren, mata kuliahnya seru dan banyak santainya."

"Elaah kamu ini kalau mau santai mah jangan kuliah, tidur aja tuh."

"Benar kata ning Naura, Jurusan perpustakaan akhir-akhir ini memang sedang dibutuhkan. Kabarnya guna menunjang perpus masa depan yang serba virtual."

"Noh dengerin kata ustadz ilham, Naura setuju tuh."

"Sudah jangan debat, pokoknya apapun yang jadi pilihan Naura abah selalu dukung kamu nak."

"Makasih banyak abah." Jawab Naura sambil memeluk abahnya

Ummah yang dari tadi hanya diam saja akhirnya buka suara juga.

"Tapi ra, jakarta itu terlalu jauh. Kamu perempuan. Kenapa gak kuliah sekitar rumah saja. Nanti ummah belikan motor biar kamu bisa pergi ke kampus sendiri."

"Ummah, ini bukan soal jarak, tapi Naura yakin banget bisa jaga diri baik-baik di jakarta. Soal motor ummah boleh belikan Naura lain kali aja. Saat ini Naura hanya minta restu ummah gih." Jawab Naura sambil memegang tangan ummahnya memberi pengertian.

"Apa kamu tidak punya keinginan menemani ummah disini nak, bantu ngajar santri putri seperti mbak mu."

"Ummah, Naura pengen banget-banget tinggal di rumah, berbakti pada abah & ummah, tapi untuk saat ini Naura belum siap untuk mengajar, Ilmu Naura masih terlalu dangkal. Lagian Naura tak berbakat mengajar."

"Kamu pasti bisa nak, tinggal nunggu waktu yang tepat aja. Kalau memang kamu udah mantap ke jakarta. Abah dan ummah akan izinin, kapan mau berangkat?"

"Untuk pendaftaran ulangnya 4 hari lagi bah, tapi insyaallah Naura berangkat lusa."

"Baiklah kalau begitu, siapkan semuanya. Kalau ada kebutuhan apapun kamu bisa minta tolong ke mas dan mbak mu. Oh ya abah sampai lupa. Ilham ini sekarang kakak iparmu, jadi jangan panggil ustadz lagi."

"Inggih mbak siap." Jawab Naura sigap, ustadz ilham hanya tersenyum melihat tingkah Naura yang berbanding terbalik saat berada di luar rumah, yang cuek dan bodo amat-an.

Obrolah siang itu terpaksa diakhiri, karena adzan dzuhur berkumandang. Semua orang kembali ke kamar masing-masing untuk siap-siap shalat berjama'ah di Masjid.

📖📖📖

Selamat malam readers, maap ya uploadnya molor, soalnya lagi ngalamin mood swing nih.

Selamat membaca ❤️

Untuk ApaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang