-21-

45.6K 5.2K 204
                                    

Sebelum tidur rutinitas Wening kini sedikit bertambah yaitu membersihkan putingnya dengan dengan kapas yang dibaluri baby oil dan sedikit memberi pijatan pada payudara, sebenarnya Wening tidak paham akan hal itu namun dia menuruti perintah mbak-mbaknya yang sudah berpengalaman katanya bertujuan untuk memperlancar ASI-nya, Wening pun melakukan kegiatan ini bahkan dia juga sesekali memberi pijatan pada payudara sesuai dengan tutorial yang dia pahami di artikel kesehatan.

Tak hanya Wening saja sebenarnya yang berperan di kegiatan ini, tangan dan bibir Galih pun juga ikut andil, dengan semangat Galih membantu sang istri entah memijat atau pun membersihkan area benda kecil yang menonjol, bahkan bukan hanya memijat dan membersihkan Galih justru memberi remasan dan hisapan sampai Wening sendiri geleng-geleng kepala merasa kuwalahan tak kuasa menahan diri akibat rangsangan sang suami.

"Udah telepon Bapak, Dik?" Tanya Galih memasuki kamar dan Wening pun mengalihkan pandangannya menatap sang suami yang baru selesai mandi setelah pulang dari main badminton malam ini.

"Udah, tadi telepon sebentar pas udah sampai di hotel." Jawab Wening dengan sendu mengingat kedua orang tuanya sudah berangkat melakukan ibadah umroh, Wening sedih di saat dia akan melahirkan namun ibunya tidak bisa menemani.

"Belum selesai? Sini tak bantu." Tawar Galih dengan tangan terbuka melihat sang istri masih sibuk membersihkan area dada, "Bentar, ini tadi kayak keluar putih-putih, cuma dikit sih tapi." Jawab Wening tanpa memandang suaminya.

"Masa udah keluar susunya sih, Dik?"

"Kayaknya iya, kata Mbak Ana sama Mbak Winda wajar sih kalau udah keluar."

Galih meneguk ludahnya, seketika imajinasinya berkeliaran.

"Biasa aja lihatnya, males ah, Mas Galih mulai mesum ih!" Ujar Wening lalu melempar kapas bekasnya pada wajah Galih, namun bukannya marah Galih malah tertawa terbahak ketika ketahuan sang istri.

"Udah ketawanya, minta tolong ambilin wash lap-nya Mas." Pinta Wening lalu Galih mengambilkan kain yang sudah direndam Wening di baskom yang berisi air hangat untuk membilas payudaranya, "Sini tak bilas." Kata Galih dan mendaratkan kain lap basah di dada sang istri, Wening pun hanya terdiam dia tau saat sang suami mulai serius dan kepingin, saat ini dilihat Galih mulai serius dan tulus membantunya.

"Tadi Bapak pesan, Mas Galih suruh ambil mobilnya Bapak, disuruh taruh sini aja."

"Kenapa gitu?" Tanya Galih.

"Kalau di rumah nanti nggak ada yang rawat, Mas Bagus juga katanya bakalan sibuk akhir-akhir ini dan Mbak Winda pun juga nggak bisa, toh kalau ditaruh sini bisa persiapan kalau tiba-tiba mau lahiran." Jelas Wening pelan-pelan agar tidak menimbulkan salah paham pada sang suami.

Galih terdiam tanpa mengalihkan pandangannya dari tangannya yang bekerja, Wening takut setiap kali seperti ini, dia selalu was-was jika suaminya salah paham akan maksud dari omongannya dan permintaan orang tuanya.

"Kalau iya besok kita ambil, sekalian aku mau ambil udet sama korset yang kemarin dibeliin ibu." Tambah Wening berharap Galih memberikan respon, "Lha STNK-nya?" Tanya Galih.

"Ada di lemari, sama kuncinya."

"Ya besok sore diambil." Jawab Galih membuat hati Wening tenang, lagi pula Galih juga memikirkan keadaan istrinya yang sebentar lagi akan melahirkan, dia tidak boleh egois membawa sang istri dan calon anaknya dengan sepeda motor.

"Udah cukup Mas, udah malam juga. Besok pagi berangkat pagi kan?" Mengingat Galih harus berangkat pagi untuk menyiapkan keperluan kegiatan rutin setiap jumat sehat di sekolah. Menuruti permintaan sang istri Galih menyudahi kegiatan dan mematikan lampu kamar sebelum berbaring di sebelah ibu hamil yang sudah membenahi bajunya, malam ini Wening mengenakan daster tanpa lengan untuk mengatasi kegerahan.

Hati WeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang